Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 11 - CAP DARAH 11 : Kenyataan dan Kabut/ K^2

Chapter 11 - CAP DARAH 11 : Kenyataan dan Kabut/ K^2

Bayangan serpihan ingatan yang tertinggal pada ingatan ku, suara angin yang berdatangan, serbuk Bunga Dadelion, tidak banyak yang harus ku katakan dengan mulut ku yang tanpa suara ini, CAP dan surat yang semerah darah masih tertutup rapat.

"Daniel berapa lama aku tertidur?"tanyaku

"1 hari Tuan Mudaa.."

"HAH?!"

Kemungkinan aku tertidur lebih lama karena regenerasi mana yang terjadi, aku terbangun dari tempat tidur ku masih menggunakan pakaian tidur berjalan menuju meja makan yang sedang Daniel sajikan dan duduk disana, aku memutuskan untuk menanyakan ruang rahasia di rumah ini kepada Daniel.

"Daniel lebih lama tinggal disini dari pada aku pasti dia pernah mendengar rumor dan cerita di rumah ini" pikirku melihat Daniel yang sedang sibuk menyiapkan makan siang ku, aku mendekatinya dan berbisik secara pelan-pelan kepadanya "Daniel apa kamu tahu mengenai ruang rahasia di rumah ini?"

"RRUangan rahasiaa??!" ia terlihat terkejut ketika aku menanyakannya "Saya kurang tahu Tuan Muda tapi.... seingat saya ada sebuah ruangan yang tidak di izinkan di masuki sembarangan."

"Di mana?? Disana ada kejadian apa?"

"Di lantai bawah dekat ruang makan pelayan, ada satu kamar selalu di kunci dan hanya Ketua pelayan yang membersihkan-nya, saya belum pernah melihat apa lagi masuk ke kamarnya, Tuan Muda."

"Itu pasti ruangan-nya..." pikirku sambil tersenyum "Kenapa? Aku ingin melihatnyaa, ayoo Daniel."

"Tapiii Tuan Muda, saya tidak di izinkan untuk memasuki ruang tersebut, Ketua Pelayan sangat tegas dan disiplin, Tuan."

"Kita masuk tidak harus dari pintu, kan?" kataku sambil tersenyum dan mengangkat alis ku, Daniel melihat ku dengan raut wajah khawatir.

Selesai makan siang, aku mengganti pakaianku sebuah kemeja putih dan celana pendek, aku menurun tangga dan mendatangi ruangan rahasia yang Daniel maksud, ruangan tersebut berada di lantai satu dekat gudang dan tempat pelayan, terlihat beberapa pelayan berlalu larang.

"Selamat siang Tuan Muda" salah satu pelayan menyapa ku dan membungkuk lalu pergi.

Pintu kayu coklat tersebut terlihat cukup tua dengan warna coklat yang mulai luntur, tidak ada tulisan spesial atau mencolok di pintunya, hanya pintu tua polos dengan beberapa ukiran sederhana, ada beberapa pintu lainnya yang serupa, pintu tersebut merupakan pintu kamar pelayan.

"Ini kamar rahasianya?" tanyaku dan memperhatikan pintu tersebut "Terlihat pintu ini terkunci rapat."

"Iya...Tuan.Muda."

"Apa kita tidak boleh meminta kuncinya dari kepala pelayan?" ucap ku dan menyentuh ganggang pintu, mencoba membukanya "Hmm jika sesuai dengan di mimpi ku, pasti ada jendela atau ventilasi."

"Aaa.. Sepertinya tidak, Tuan, kepala pelayan sangat disiplin dan tegas" bisik Daniel di telingaku "Terkadang salah sedikit saja langsung di panggil ke ruangan-nya, dia Pria Tua yang cukup cerewet apalagi masalah Tuan Besar..."

"Selamat Siang, Tuan Muda" seorang Pria Tua berpakaian rapi dengan hiasan bros emas di jasnya terlihat dari rambutnya yang memutih, dengan mata berwarna biru tua, dia membungkuk dan menatap ku dan Daniel dengan dingin "Ada yang bisa saya bantu?, Tuan Muda."

"AAayahh?! Eh maksud saya Kepala Pelayan." Daniel terlihat sangat gugup dan panik dan mencoba bersikap setenang mungkin, walau terlihat dari wajahnya ketakutan.

"Jadi ayah Daniel adalah Kepala Pelayan, apa yang di katakan Daniel benar ternyata, kalo meminta kuncinya pasti 100% di tolak" pikirku dan mengalihkan pandangan ku "Ah anuhh aku hanya kebetulan lewat dan berhenti di sini hehe" ucap ku eksperi-nya tetap dingin dan sedikit menyeramkan "Tolong jangan melihatku seperti itu" gumam ku.

Suasana terasa sangat canggung dan sunyi, tiba tiba seorang pelayan laki laki menghampiri ku.

"Selamat Siang Tuan Muda Rain, Tuan Besar memanggil Anda ke ruang kerja utama."

"Bb...baiklah" ucap ku dan berjalan keluar dari situasi menyeramkan tadi "Ha... untung aku bisa keluar dari situasi tadi ihhh..."

Aku menunda untuk pergi ke ruangan tersebut karena Kepala Pelayan mengawasi ruangan itu cukup ketat, aku berjalan ke lantai atas dan menemui Tuan Han, sesampai disana terdapat Tuan Fray dan Tuan Han duduk di sofa ruangan.

"Rain silakan duduk" ucap Tuan Han " Tuan Fray akan menjadi guru dan pelatih pribadi mu, karena benturan mana penyakit yang sangat langka masih dalam tahap penelitian, jadi Tuan Fray akan membantu mu untuk mengendalikan mana mu, Rain"

"Saya Frey Chaiden merasa sangat terhormat bisa menjadi pembimbing Tuan Muda Rain Vanz de Kany Cahaya Negeri Zafia Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj" dia berdiri dan membungkuk, meletakkan tangan kanannya di dada dan tangan kirinya di belakang memberi hormat "Besok pelatihan akan segera di mulai pukul 9 pagi, silakan bersiap siap diri Anda, Tuan Muda Rain."

"Latihan anak 5 tahun paling lari, senam atau pemanasan" pikirku.

Jam menunjukkan pukul 3 sore aku berada di ruangan ini, Tuan Han dan Tuan Frey terlihat sangat dekat, mereka bercerita banyak hal yang tidak aku mengerti, Tuan Frey terkadang mengunakan bahasa informal dengan Tuan Han tetapi tidak ada satu pun yang mengingatkannya.

"Rain, apa kamu tidak bosan?, kamu boleh pergi" kata Tuan Han tersenyum melihat ku "Nanti malam aku akan pulang terlambat, maafkan aku tidak punya banyak waktu bersama mu, Rain."

"Tidak apa apa" ucapku berdiri dan berjalan ke pintu "Terimakasih, sudah merawat ku dengan sangat baik" aku berbalik dan melihat Tuan Han dan berjalan keluar meninggalkan mereka berdua disana.

Aku berjalan kembali ke kamar ku, karena ruangan rahasia tersebut di awasi Kepala Pelayan dengan sangat ketat, ku rasa harus mencari cara dan waktu yang tepat untuk mencoba memasukinya, sesampai di kamar aku berbaring di sofa kamar ku dan beristirahat sejenak, aku mencoba merantai semua petunjuk yang ku dapatkan, kepalaku terasa sedikit pusing dengan semua kejadian rumit yang ku alami.

"Dia adalah adik Tuan Han." aku berbaring di sofa dan pandanganku ke laut langit senja jingga yang sangat indah, namun pikiran ku entah di mana "Dia meninggal tertembak dengan seorang pria misterius dengan sebuah pistol berlambang naga, tapi mengapa nama, gelar, dan kematiannya tidak tertulis di buku sejarah mana pun, bahkan Daniel tidak mengetahui hal ini, kemungkinan terbesar adalah adik Tuan Han terlahir sangat lemah dan sakit-sakitan, berkas ingatannya tertinggal di ingatanku yang terlihat jelas..."

"JEAN" kataku tersenyum "Sangat mudah untuk ku mengetahui namanya, tidak ada nama keluarga, tidak ada nama gelar, kehidupannya tidak tercatat, kematiannya tidak diketahui."

'Subjek sel Quanta :Yuki Raymond, Anna Cernil, David Tan, Hana Delind, Barren Cohren, Ferdinan Eknath de Agasthya, Fery Serain, Viktor Berydi, Juan Hanzellin, Kerin re Allena, Han Vanz de Kany dan JEAN sebagai sel jaringan badan makhluk eksperimen.'

"Dan wanita dewasa itu, ibuku" nafas ku terasa sangat berat "Rambut, mata, senyuman, suara semuanya sama, kematiannya tercatat dalam kasus pembunuhan, tidak ada bukti, saksi, hukuman bagi pembunuh, sebuah kasus pembunuhan yang sempurna, sangat jelas ini dilakukan bukan seorang diri maupun beberapa orang, sebuah kelompok yang cukup besar."

"Tuan air mandi Anda sudah siap." ucap Daniel menyadarkan ku dengan rangkaian deduksi yang ku buat.

"Hah iya."

Perasaan ku bertabrakan sedih, marah, kecewa, dendam, semuanya, aku tidak tahu harus berekspresi seperti apa, bahkan aku tidak nafsu makan, setelah makan malam aku pergi untuk tidur lebih awal dan mencoba melupakan rasa sakit ini.

Dalam tidur ku aku bermimpi kejadian pembunuhan yang sama ketika aku berada di taman, dan tidak ada yang dapat ku lakukan, tubuhku seakan seberat batu.

"Gerakan tangan muu, Rainn" teriakku dalam hati dan mencoba menggerakkan tanganku sekuat tenaga "Kumohonn jangan... jangann.."

DOR

Aku terbangun terkejut dengan tangan ku terangkat dan badan ku berkeringat, lampu kamar sudah redup, jam menunjukkan pukul 12 malam.

"Kenapa kau menujukan hal itu lagi?!" kataku kesal dengan bayangan adik Tuan Han berada di dalam diriku, "Aku tahu kau meminta tolong padaku, tapi aku tidak bisa melakukan sesuatu, hal tersebut membuatku marah, sedih secara bersamaan.."

Aku turun dari tempat tidur, dan berjalan jalan di dalam kamar ku, mencoba menenangkan diri dan pikiran ku.

"Bayangan pria itu seakan lebih jelas dari sebelumnya, bukan hanya bayangannya saja tapi kejadian pembunuhannya terlihat sangat nyata, bahkan tetesan darah." kataku mendekati lilin yang menyala "Aku sangat haus, di sini tidak ada air? haruskah aku mengambilnya sendiri ke dapur."

Aku berjalan membawa sebuah lilin di tangan kiri ku untuk pencahayaan, di luar kamar lampu lorong terlihat remang remang, hanya di nyala-kan beberapa lampu saja, di dalam rumah tidak terlihat para pelayan maupun penjaga.

"Suasana-nya seakan filem horror, mana dapurnya jauh lagiiii" pikirku mengintip di balik pintu.

Aku berjalan pelan-pelan menuruni tangga, lantai keramik membuat kaki ku kedinginan, suasana aula sangat gelap dan sunyi, beberapa lampu sengaja di nyala-kan sebagai sumber pencahayaan, sinar rembulan menembus masuk dari sela-sela jendela.

"Waw aku merindingg...gax mungkin ada penampakan poci atau kunti kan! lagian ini dapur juga jauh lagi, apa balik ajah ya." Ucap ku menoleh ke arah belakang ku yang sama gelapnya.

Aku memberanikan diri untuk pergi ke dapur, selama di perjalanan hanya terdengar suara langkah kaki ku, tiba-tiba di setengah jalan menuju dapur, aku mendengar suara langkah kaki dan pintu yang terbuka.

"Si-siapa-pelayan! jangan pikir aneh aneh deh." Ucap ku mencoba menenangkan pikiran ku dengan bayangan hantu yang terus bermunculan di kepala ku.

"Rain?"

Aku memberanikan diri membalik badan dan melihat Tuan Han masih berpakaian lengkap dengan jasnya dan seorang pengawalnya di belakang.

"Haa Tuan Hann, ku kira siapa...." gumamku lega.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Rain?, kamu belum tidur? Sekarang sudah larut malam." Ucap Tuan Han menghampiri ku "Di mana Daniel, kenapa kamu sendirian?"

"Aku mau mengambil minum di dapur, karena sudah malam jadi aku tidak mau mengganggunya."

"Tangan mu bisa terluka" melihat lilin yang ku pegang tanpa wadah lilin "Berikan padaku, aku akan menemani mu ke dapur, kemari lah.. kakimu akan sakit berjalan di atas keramik yang dingin tanpa alas kaki" Tuan Han mengangkat dan menggendong ku dengan tangan kanannya sebagai pangkuan dengan kaki ku di sela sela tangannya.

"Hangat.. Dia pasti baru pulang dari pekerjaannya, apa ku ceritakan mengenai mimpiku? Mungkin bisa membantunya walau sedikit, tapi masih ada kemungkinan ini hanya imajinasi ku saja" ketika Tuan Han memeluk ku dan berjalan menuju dapur.

"Kenapa kamu sangat ringan Rain, apa kamu sudah makan dengan baik."

"Apa Tuan Han maksud'Ingin Memperbaiki Kesalahannya'adalah kematian adik kesayangannya?" pikirku yang terus berdatangan, aku memutuskan untuk memberi tahu Tuan Han mengenai kejadian pembunuhan tersebut "Aku tidak bisa tidur karena bermimpi buruk."

"Mimpi buruk? Biasanya saat kecil ketika aku bermimpi buruk, aku akan membaca buku hingga ketiduran dan menyalakan semua lampu kamar, apa mimpinya sangat menyeramkan?"

"Iyah...mimpiku seperti sebuah kenyataan yang menyeramkan." Ucapku menyadarkan kepalaku pada dada Tuan Han.

"Benarkah?"

"Di dalam mimpiku, aku duduk di kursi taman putih dengan bayangan seorang wanita dewasa di samping ku, saat itu bunga violet bermekaran dengan indah, tiba tiba ada seseorang pria menembak ku dengan pistol, pria itu mengunakan topi hitam panjang yang sangat menyeramkan, matanya bersinar di balik pepohonan sedang melihat ku." seketika langkah kaki Tuan Han berhenti dan dia terlihat terkejut mendengar itu "Melihat reaksi Tuan Han, ternyata itu bukan sekedar mimpi atau imajinasi ku saja" pikirku

Dalam keadaan remang-remang dan kesunyian di malam hari hanya terdengar langkah kaki Tuan Han dan pengawal itu, beberapa detik Tuan Han tidak berbicara dia terdiam dan terpaku sejenak.

"Rain, Itu pasti sangat menyeramkan" ucap Tuan Han dan melanjutkan perjalanan ke dapur "Apa kamu mengingatnya secara detail?"

"Iya mimpi buruk itu terus menghantui ku, mimpi terakhir kali terlihat sangat jelas seakan sebuah kejadian yang benar-benar terjadi, suaranya, setangkai bunga violet, pistolnya, darahnya, lukanya, semuanya aku mengingat dengan detail."

Kami sampai di ruang makan, Tuan Han mengambilkan segelas air putih, aku duduk di kursi meja makan, Tuan Han menyuruh pengawal itu pergi beristirahat hanya tersisa aku dan Tuan Han di ruangan ini, tirai ruangan makan tertutup, jam menunjukkan pukul 12.45 subuh, tidak ada pelayan mau pun pejaga di dalam rumah.

"Semua deduksi ku tepat sasaran, dia adalah adik Tuan Han, Jean yang meninggal karena tertembak, pria itu organisasi dan kelompok pemberontak kerajaan yang sedang Tuan Han awasi." pikirku, mengaitkan semua kejadian.

Terlihat raut muka marah di wajah Tuan Han, dua gelas air putih di letakkan di atas meja, setelah mengambil air minum tersebut Tuan Han duduk di samping dekatku.

"Minumlah Rain, bisa kah kamu menceritakan mimpi buruk mu, Rain?"

"Tentu saja, tapi boleh bertanya sesuatu pada mu?"

"Silakan, Rain."

"Siapa Jean?"