Chereads / White Love In The Dark Sky / Chapter 30 - Siapa Hirotada Sebenarnya?

Chapter 30 - Siapa Hirotada Sebenarnya?

"Apa kau menyukai Hirotada? Ichinose Hirotada, pria rambut putih."

Tanpa basa-basi, dia bertanya dengan suara tegas. Kumiko berjalan mengelilingiku, memandang dengan mata sipit karena cahaya matahari cukup terik.

Ditatap dengan sorot mata tajam, aku jadi terintimidasi. Dia seperti sedang cemburu.

"Tidak, kenapa kau bertanya begitu?" aku bertanya. [ Dia bilang menyukai ... heh, malah aku ingin Hiro lenyap dari dunia ini! ]

Kumiko terlalu cepat menebak, padahal yang terjadi selama di kampus hanya sedikit hal kecil. Aku menghindari Hiro. Mustahil orang dapat menyadarai siapa yang kuhindari karena begitu banyak orang di sekitarku. Aku pun tak merasa sikapku kentara.

Mataku mengikuti tiap gerak-geriknya. Dia menghirup rokok elektrik dan mengembuskan asapnya. Asap itu bergulung-gulung tertip angin dan menjebak udara di sekitarku menjadi tercemar.

"Aku mencium jejak energi di lidah dan sekitar mulutmu. Sudah berapa lama bibirmu terasa gatal?"

"Hah!"Aku terkejut. "Dari mana dia tahu bibirku ...."Aku bertanya-tanya dalam hati.

Pertanyaan itu pula yang bersarang dipikiranku sejak beberapa hari lalu. Dan aku tak pernah mengadu pada orang lain kecuali Sakura. Tidak mungkin Sakura bergosib di belakangku.

"Bagaimana kau tahu? Bibirku memang terasa aneh sejak beberapa hari ini."

Kumiko mendesah lalu mengantongi rokoknya. Dia berdiri sejajar denganku. Rambutnya berkibas anggun dan harum tubuhnya seperti mawar.

"Gadis yang malang. Berhati-hatilah kepada orang yang memiliki energi di mulutmu itu. Lebih baik jauhi dia kalau tidak mau hidupmu berantakan." Muncul ketegangan pada diriku saat Komiko berkata begitu.

Komiko berjalan di belakangku.

"Ini bukan ancaman. Aku hanya berusaha mengingatkanmu. Hirotada adalah penyakit untukmu. Dia lebih berbahaya dari yang terlihat."

Selepas meninggalkan jejak pertanyaan baru pada otakku, Kumiko pergi lebih dulu dan melambaikan tangan tanpa menoleh.

[Dari mana dia tahu tentang apa yang kurasakan sekarang? Bagaimana dia dapat menebak dengan benar tentang aku dan Hiro? Yang dia katakan membuat aku makin waspada. Aku tidak boleh bertemu Hiro!]

Angin dingin berembus menerpa tubuhku. Karena faktor ketinggian sehingga anginnya cukup deras dan kuat. Awan di langit mulai berkumpul, membentuk satu awan yang lebih besar dan jika terlalu banyak akan menutupi langin biru, seperti biasanya. Suasana seperti ini sebentar lagi akan mendatangkan hujan.

Omong-omong soal hujan, aku hampir lupa. Payung Niel masih berada di kamarku. Mengingat payung itu punya barcode, pasti payung yang sangat berharga.

Aku meninggalkan Rooptop. Tangga demi tangga kuturuni dan berhenti pada lift di lantai terakhir. Aku masuk dan hendak menekan tombol. Namun, suara pria menghentikanku.

"Tolong tunggu sebentar!"

Aku menahan pintu lift yang hendak tertutup dan pemilik suara itu pun masuk, membawa aroma parfum maskulin. Pria itu tinggi, punggung terlihat cukup besar. Dia menoleh, hal pertama yang terlihat paling mencolok adalah hidungnya nan lancip dan mancung. Senyumnya besar seperti Joker.

Matanya menggelitik batinku saat melirikku. Wataknya seperti bocah yang senang bercanda. Kemudian pria itu mensejajarkan posisinya. Sambil bersandar dia berkata, "Apa pendapatmu tentang kampus ini?"

Punggungnya ditegakkan selagi menggaruk tengkuk lehernya. "Eh! Apa aku terlalu kentara sekali?" dia bergumam yang jelas sekali di telingaku.

Matanya nan bulat dan hitam legam menatapku dengan santai. "Aku akan mengatakannya sekali kepadamu dan jangan katakan kepada siapa pun." Pria ini mendekat, sedikit mencondongkan tubuh ke arahku. "Ini sekolah abnormal. Percayalah!"

Tiba-tiba kepalaku terasa gatal. Apakah dia sedang berusaha keras mengajak aku bicara. Atau memang orang yang kepribadiannya heboh sendiri, jawab sendiri dan tanya sendiri?

"Di sekolah ini, setiap gerhana bulan akan diadakan pesta besar-besaran." Dia melirik jam tangan dan beralih pada display indikator lift.

"Pesta besar-besaran, dalam rangka apa?"

"Mungkin sekitar satu tahun lagi malam pesta gerhana itu akan diadakan. Ketika itu, mungkin kau sudah ditugaskan pada divisimu. Banyak-banyaklah belajar dari Niel sebelum hari itu tiba."

"Senior Niel orangnya seperti apa?"Aku mengalihkan pembicaraan. Ini waktunya mencari tahu seperti apa mentorku.

"Niel ... " Pria itu terdiam sambil mengelus-elus dagunya, tampak memikirkan sesuatu.

Lalu dia tersenyum lebar. "Kaulah yang harus mencari tahu bagaimana mentormu itu. Sudah kubilang, sekolah ini abnormal. Tidak ada pelajaran yang tersetruktur seperti masa SMA. Kau harus pandai-pandai mencari tahu."

"Ouh, begitu ya. Mungkin aku harus lebih mandiri." Aku bergumam sendiri. "Omong-omong kita belum berkenalan. Aku R—"

"Ran Yuki, 'kan." Dia mendahuluiku menyebut namaku.

"Aku Hobito, divisi Detektif. Ouh iya, kudengar dari Renji kau adalah tuannya. Dia ingin sekali menontonmu dari CCTV orientasi untuk mengetahui kau pribadi yang seperti apa. Kusebut padanya kalau kau gadis yang sedikit sensual."

Aku tersedak air liurku sendiri. Sungguh dia menembakku tepat di jantung. Pria ini terus terang sekali. [ Apa sebenarnya yang dilihat pada CCTV? Ah! Bagaimana dengan aku yang buang air kecil di gubuk waktu itu. Apakah terekam CCTV? ]

"Dilihat dari penampilanmu yang tidak memiliki lingkaran panda nan lucu di sekitar mata. Renji mungkin cukup sungkan bertemu denganmu. Jadi dia tidak datang ke kamarmu tadi malam?"

Aku menggeleng cepat dan Hobito hanya tersenyum kecil.

"Tolong jangan berteriak jika nanti bertemu Renji. Dia temanku yang cukup sensitive dan sering menjahili orang lain. Jangan tampilkan kelemahanmu di depannya."

[ Jangan tampilkan kelemahanku, memang aku akan diapakan? ]

Lift berhenti, lampu indikator menunjukkan kami berada di lantai 4. Hobito melangkah ke luar. Dengan cepat kutarik sedikit lengan bajunya.

"Maaf, bolehkah aku bertanya?"

Hobi menggaruk kepalanya ketika menoleh padaku, bibinya maju dan tatapan matanya menampilkan tanda tanya besar sebelum diucapnya.

"Tentu, mau tanya apa?"

"Apakah benar seseorang dapat menarik energi orang lain dan membuat mulut orang itu membusuk? Dan ... Bagaimana menghindarinya?" Tanpa basa-basi, aku bertanya langsung ke intinya.

Membaca biografi Kamato Hitori sedikit banyaknya menumbuhkan kepanikan pada diriku. Ditambah cerita ibu Sakura kemarin dan hari ini peringatan dari Kumiko. Aku perlu jawaban dan solusi.

Hobito tak langsung menjawab, dia melirik pada bibiku. Kemudian tersenyum samar di ujung bibirnya.

Aku tersentak saat Hobito mendorongku sampai punggungku menyatu pada dinding lift.

Wajahnya mendekat dan hidungnya mengarah pada bibirku. Matanya nan bulat hitam, menenggelamkanku. Spontan aku menahan napas.

"Benar-benar sensual." Hobito menarik wajahnya. Dan tangannya membelai rambutku. Memperlakukan aku seperti bocah kecil nan menggemaskan.

"Akan ada pertunjukkan besar hari ini. Dan kau akan menjadi tokoh utamanya. Kuharap kau tak terkejut karena aku sudah memberitahukanmu. Maaf, aku tidak bisa membantu."

"Eh, tunggu! Apa maksudmu? Aku ... apa?"

"Tolong beri Hiro kesempatan untuk menjelaskan dirinya padamu. Dia bocah yang kasihan."Setelah berpesan kepadaku, Hobito keluar dari lift bersamaan dengan tangan panjangnya lepas dari kepalaku.

Kuharap dia adalah seorang tukang ramal. Bahkan buku yang ditulis beberapa puluh tahun yang lalu, memberikan jawaban yang sama bahwa kekuatan Hirotada benar-benar ada. Dan aku sebagai korban, harus menghindarinya bagaimanapun caranya.

[Memberi pria brengsek itu kesempatan? Hah, enak saja!]