seperti perintah Bu Tety padanya untuk memberikan surat ke SMA sebelah, jadilah ia berada di depan ruangan bertuliskan 'RUANG OSIS'. tenang saja, Nanda tidak membolos. hari Sabtu di sekolahnya hanya ekstrakurikuler, jadi ia pun sudah izin kepada ketua ekstrakurikuler Mading di sekolahnya.
tok tok tok
dengan pelan tangan mungil itu mengetuk pintu. hatinya berdebar. bukan, bukan karna jatuh cinta atau membayangkan adegan-adegan romantis seperti pada film. tapi ini adalah pertama kalinya ia datang ke sekolah selain tempatnya menimba ilmu seorang diri. sungguh sebuah kemajuan untuk dirinya dan juga kesialan disaat yang bersamaan.
lima detik hingga sepuluh detik berlalu, ia mencoba mengetuk kembali. hingga pada saat ketukannya yang ke empat, sebuah suara membuatnya membalikkan badan.
" nyari siapa ?" tanya suara itu datar.
Nanda yang gugup karna jarang sekali berinteraksi dengan orang lain tanpa didampingi menjawab gagu. " ke-ketua o-sis kkak."
" Lo gagu ?"
anjrit! sialan. batin Nanda memaki.
" ng-ngak ka."
" kalau gagu juga ngak papa. yaudah Lo nyampein apa ? pagi-pagi buta udah sampe."
sungguh dalam hatinya ia ingin memaki lelaki di hadapannya ini. dengan rasa dongkol dan kegugupan yang bercampur jadi satu, ia memberikan surat yang diamanahkan Bu Tety padanya.
" surat dari SMA Nusa bangsa. katanya pihak sekolah sudah mengetahui. saya kesini hanya memberikan ini , amanah dari guru saya." jawab Nanda dengan lancar.
syukurlah. dalam hati ia merasa lega, karna bisa berbicara dengan lancar.
" oh, yaudah. Lo bisa balik." lelaki itu menerima tumpukan surat yang ia berikan tanpa berterimakasih.
Nanda terbengong di tempatnya. rasa jengkelnya semakin menjadi.
" ngapain Masi disini ? selain gagu, Lo budeg juga" ucapnya lagi dengan tanpa bersalah, membuat Nanda ingin mencakar habis wajah lelaki itu.
melupakan sopan santun. tanpa permisi Nanda berlalu pergi dengan hati yang sangat sangat dongkol. sungguh moodnya di buat hancur lebur oleh lelaki yang tak dikenalnya itu.
****
sesampainya di sekolah perempuan dengan kuncir kuda itu menuju ke ruang Mading. ia sedang tak ingin bertemu siapapun. karna pasti orang yang bertemu dengannya akan terkena imbas amarahnya.
" anjir ya, baru kali ini gue ketemu orang kek gitu. ngomong ngak di saring, ngak ada bilang makasih, ngusir pula. apes banget sumpah. pengen gue cakar-cakar. aaargggh." dengan mencoret-coret buku yang ada di hadapannya ia melampiaskan semua kekesalannya. hingga tanpa ia sadari ada seseorang di dalam ruangan itu selain dirinya. dan orang itu hanya tertawa geli melihat tingkah dirinya.
" awas aja kalau tu orang kesini pas acara mulai. ngak bakal gue ladenin. ngeselin banget ya tuhaaan." Nanda melempar asal pulpen di tangannya. lalu menelungkupkan wajahnya di antara kedua lengannya. menarik nafas perlahan-lahan, hingga dia merasa mereda.
" ayok Nanda, udah ya marahnya, keselnya udahan. Lo harus balik ke tempat ekskul. pasti ka Rania nyariin lo. dan Lo juga belum laporan ke Bu Tety." monolognya.
dengan berusaha tenang, ia keluar ruangan. ia memilih ke kamar mandi terlebih dahulu untuk membasuh wajahnya. baru setelah itu ia ke ruang ekskul untuk membantu yang lain.
sedang di ruang Mading, seseorang yang sedari tadi memperhatikan tingkah Nanda masih tersenyum. dan ia bersyukur karna Nanda tidak menyadari kehadirannya. " Lo lucu dengan tingkah Lo yang apa adanya."