" cowok aneh, nyebelin, mulut cabe. bisa-bisanya gue partneran sama dia. enggak ralat, bisa-bisanya juga dia jadi ketua acara.lebih tepatnya kenapa musti gue yang jadi wakil. hih, beneran darah tinggi gue lama-lama. gila gue gilaaaa." gadis itu mengomel sendiri selama perjalanan pulang. syukurlah jalanan sepi, jika tidak, mungkin dia sudah dikira orang gila baru.
sampai dia rumah ia langsung menuju dapur dan meneguk habis satu gelas air putih dingin. " hah, seger banget." setelah mencuci gelas yang ia pakai, gadis itu memilih kembali ke dalam kamarnya dan melanjutkan tidurnya yang telah diganggu.
" mumpung bunda sama papa lagi pergi, jadi biasa tidur sepuasnya." ucapnya bahagia lalu bergelung ke dalam selimut tebalnya.
****
matematika adalah pelajaran paling dibenci oleh Nanda dan sely. keduanya sangat bodoh jika berurusan dengan mata pelajaran tersebut. ditambah gurunya pun membosankan bagi mereka. membuat mereka memilih berpura-pura sakit dan tidur di UKS.
" eh gila ya, gue bego banget MTK. udah terhitung dua kali dalam satu bulan terakhir ini gue mabal tu mapel." Sely memecah keheningan diantara mereka berdua. dia pun bangun dari tidurnya lalu duduk bersila.
"hhh. jangan ditanya deh ya. gue pusing kalau liat angka-angka. manaan kalau diliatin itu angka pada terbang. aduh aduh bikin kepala gue keliyengan." sahut Nanda seraya bergidik ngeri membayangkannya. bukan apa-apa, ia pernah les privat matematika, tapi hanya bertahan lima menit, ketika sang guru menjelaskan, angka-angka itu terasa hidup di mata Nanda dan berterbangan di depannya.
" apa bisa ya, kita kuliah ngak ketemu matematika?" tanyanya ambigu.
sely hanya meliriknya sekilas, lalu kembali menatap lurus. " entah nda, kalau udah bahas kesana, gue belum ada gambaran. kayak, apa bisa ?" setelah itu tak ada yang berbicara. hening menyelimuti mereka. sibuk dengan pemikiran masing-masing yang entah melayang kemana.
****
" nda, Lo ditunggu revian di depan gerbang." ucap samudra di depan pintu kelasnya.
" Iyya kak" sahutnya. setelah itu samudra mengacungkan jempol dan senyuman. seakan tau jika sudah mendengar nama itu, pasti mood adik kelas yang menjadi incaran temannya itu buruk.
" ni, temenin gue ke depan." pinta Nanda. " gue males sendiri."
" dih, gue kan bukan panit anjay." sanggah sely, merasa sungkan.
" ck. mager gue kalau sendirian. anterin ya?" pintanya dengan nada memelas.
sebagai sahabat yang baik, akhirnya sely mengiyakan. dengan berjalan bersisian, mereka menuju gerbang. terlihat sosok tinggi tegap sedang membelakangi mereka. duduk di pos satpam sekolah mereka.
" kenapa." tanpa berbasa-basi Nanda langsung menanyakan kepentingan dia sampai datang ke sekolahnya. padahal mereka sudah bertukar nomor handphone.
sely di sampingnya hanya diam menjadi pendengar. ia sudah hafal watak sahabatnya itu.
revian yang sudah hapal dengan suara Nanda pun segera menoleh dan menampilkan wajah datar khasnya. matanya melirik sekilas ke arah Sely. sedangkan yang di tatap hanya tersenyum kikuk.
" empat mata." ucapnya dengan menatap lurus ke dalam manik mata Nanda.
Nanda yang mendengar itu berdecak kesal. "ribet Lo." lalu menoleh ke arah Sely, yang sudah tersenyum mengerti.
" gue tunggu di sana." ucapnya seraya menepuk lengan Nanda pelan.
" buru, gue mau istirahat." revian masih diam mengamati Nanda yang sudah kesal atas sikapnya. hatinya tergelitik melihat wajah cantik yang jengkel itu.
" Sabtu besok rapat. di aula sekolah gue. jangan lupa kasi tau jobdesc mereka."
" Hmm, apalagi."
" itu aja." jawab revian santai. berbanding terbalik dengan Nanda yang membulatkan mata dengan wajah yang memerah menahan amarah.
rela-rela naik motor cuma mau ngomong itu, benar-benar cowok kuker, alias kurang kerjaan!.batin Nanda.
" HEH, DI CHAT BISA , NGAPAIN RIBET SI LO!"
" Lo pengen di chat gue ?" sungguh di luar dugaan respon yang dia dapatkan.
" PEDE LO!" setelah mengatakan itu, ia pergi dengan mengepalkan tangan. sedangkan revian sudah menahan tawa melihat Tingkah gadis dengan ciri khas kuncir kuda itu.