malam itu jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. bee yang terbangun dari tidurnya, merasa haus dan ingin meminta tolong pada sang bunda untuk diambilkan air. karna biasanya bundanya belum tidur.
saat hendak mengetuk pintu. samar-samar ia mendengar helaan nafas berat sang papa. lalu,
" ini proyek besar bun, ngak mungkin kita abaikan begitu aja. ini impian kita bun. kesempatan emas kayak gini ngak bakal Dateng dua kali."
" bunda tau pa, tanpa harus papa jelasin. tapi kalau kita berdua pergi bee sama siapa ? kita pulang kerja ,bibi pulang. papa sendiri yang bilang pengen bee sembuh, pengen liat perkembangan bee, pengen selalu ada di Deket bee. sekarang apa ? Singapura jauh pa. ngak deket. kita juga pasti seminggu sampai dua Minggu ninggalin dia. apa papa ngak mikir kesana ? ingat pa! bee beda, bukan yang dulu lagi."
derit pintu terbuka membuat bee terkejut dan mundur beberapa langkah. menyisakan ekspresi wajah bunda yang kaget, khawatir sang putri mendengar semuanya.
" bee ? kok kamu disini ?" tanyanya dengan nada khawatir.
bee nyengir, berpura-pura tidak mendengar apapun. "bee haus bunda, baru mau ketuk pintu, eh bunda udah keluar."
bunda mengelus dada. merasa lega sang putri tak seperti dugaannya.
" sebentar ya, bunda ambilin. bee tunggu di kamar aja ya." dengan telaten, sang bunda menuntunnya menuju kamar.
beberapa menit kemudian bunda datang, membawakan segelas air putih sepertinya yang ia minta. " terimakasih bunda, maafin bee ya ngerepotin bunda."
dengan lembut bunda mengelus rambutnya, mengecup keningnya, "ngak papa sayang, bunda ngak ngerasa di repotin kok. yaudah,bee tidur lagi ya, udah malam.night bee."
setelah pintu tertutup, sebulir air mata jatuh di pipinya. sungguh ia tak ingin menjadi beban untuk papa dan bundanya. ia tak apa jika harus ditinggal sendiri. ia akan berusaha dengan keterbatasan yang ia punya.
malam ini, ia kembali menangis dengan sinar rembulan yang menemani.
****
sarapan kali ini terasa sunyi. hanya ada dentingan sendok yang beradu dengan piring. tidak ada ocehan bee, tidak ada teguran bunda, tidak ada gelak tawa.
dalam hati bee tau, jika hari ini kedua orangtuanya akan pergi ke Singapura pukul sembilan nanti. tapi ia berpura tak tahu. seperti biasa.
" ekhem." setelah selesai meneguk kopinya, papa memecahkan kesunyian diantara mereka.
" bee, tuan putrinya papa dan bunda. hari ini bunda dan papa harus pergi ke Singapura untuk urusan pekerjaan. mungkin dadakan sekali, tapi begitu adanya. dan kami akan pergi seminggu sampai dua Minggu lamanya."
terdengar helaan nafas panjang, " tapi kami janji akan secepatnya pulang. dan selama kami pergi, bunda dan papa sudah menyiapkan seseorang yang akan menemani kamu."
bee yang menampilkan ekspresi tenang, dengan kerutan kecil di dahi. bertanya-tanya dalam benak 'siapa?'.
" kamu pasti kenal, dan bunda harap, kamu ngak merasa kesepian untuk beberapa Minggu ke depan."
baru saja bee ingin bertanya, suara bel berbunyi, pertanda ada tamu yang datang.
" sepertinya sudah datang. tunggu sebentar ya" dengan senyuman hangat, bunda pamit membuka pintu, lalu membawa seseorang itu ke meja makan mereka.
"hallo bee, bagaimana kabarmu?"