jam menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit. bee dan bunda Masi asyik di dalam obrolan mereka, tak menyadari jika sang kepala keluarga telah masuk dari beberapa menit yang lalu.
" asyik banget kayaknya bidadari-bidadari papa ngobrolnya". ucapnya seraya duduk di samping putri cantiknya.
" ih papa ganggu deh " jawab bee dengan berpura merajuk.
" Iyya nih, papa kepo. kalian ngomongin apa sih ?" tanggap sang papa dengan tangan menjawil hidung bee.
" ngak boleh kepo ih" kali ini bunda ikut menjawab.
" Iyya deh" jawabnya lesu.
bee dan bunda tertawa kecil. merasa senang mengerjai satu-satunya lelaki yang ada di rumah itu.
" eh Iyya, mumpung hari ini papa libur. gimana kalau kita ke rumah sakit ? bee ngak kangen sama kak suster ?" dengan hati-hati kepala keluarga itu berucap. takut-takut mengubah mood sang putri. apalagi jika menyangkut kata 'Rumah Sakit'.
bunda yang mendengar itu mencubit pinggang suaminya. memberikan isyarat melalui mata, kalau kata-kata itu sangat sensitif. ditambah raut muka sang anak yang berubah menjadi diam.
beberapa detik terlewat terasa mendebarkan. mereka takut bee akan menangis, bahayanya mengamuk dan mengunci diri di dalam kamar tak mau bertemu siapapun.
" ayok pah, bee mau. bee kangen kak suster. kangen juga sama anak kecil yang jualan masker di dekat rumah sakit. nanti bunda bawain masakan yang bunda buat ya bund. nanti bee mau kasi buat mereka." tanpa disangka, jawaban bee diluar dugaan mereka. dengan reflek Mereka memeluk putri semata wayangnya itu.
" iihh jangan peluk bee. bee belum mandi tau, Masi bau iler. ayok, bunda sama papa siap-siap.nanti kalau siang pasti panas dan macet."