Chereads / UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN / Chapter 8 - Bingung

Chapter 8 - Bingung

Ara berjalan dengan kesal membuat Dena bertanya-tanya. Melihat wajah Ara, Dena tidak berani bertanya karena di wajah itu terlihat jelas kalau Ara tidak mau diusik untuk saat ini.

"Kamu lihat tadi? Bagaimana dia bisa bersikap seperti itu? Dia sama sekali tidak menyapaku atau setidaknya tersenyum, dia yang memintaku untuk mengulanginya dari awal, tapi nyatanya? Kamu lihat sendiri kan, Den?"

Akhirnya Dena paham dengan apa yang sedang terjadi di dalam diri Ara saat ini. Dena juga bingung saat teman Jie Rui menyapa Ara, pria itu sama sekali tidak menoleh ke arah Ara. Seperti orang yang tidak pernah mengenal satu sama lain.

"Aku tidak pernah mengerti jalan pikiran pria itu. Bagaimana tidak kesal kalau seperti ini?"

Ara masih terus menggerutu, saat di dalam mobil pun juga sama. Tetapi Dena memiliki pemikiran lain yang berbeda dengan Ara saat ini.

"Tunggu deh, kamu merasa ada yang aneh tidak dengan Jie Rui? Coba kamu selidiki dulu, aku rasa Jie Rui sedang sakit." Kata Dena menyuarakan isi pemikirannya.

"Sakit? Mana mungkin dia sakit? Tubuhnya sehat seperti itu. Kamu jangan mengada-ada deh."

"Bukan itu maksudku. Mungkin Jie Rui sakit tapi bukan fisiknya melainkan psikisnya. Dia terlihat kuat di luar tapi rapuh di dalam."

Ara diam mencerna apa yang dikatakan oleh Dena. Selama ini karena kebenciannya kepda pria itu membuat Ara mengabaikan hal-hal kecil seperti ini.

"Aku tidak memperhatikannya tapi aku benci melihat saat pria itu tidak menoleh sedikitpun kepadaku. Dia tadi memohon kepadaku dan memintaku kembali ke tempatnya tapi sekarang dia seperti itu lagi? Gila bukan sih?"

Ara masih terbakar emosi. Dia semakin kesal karena Dena membela kelakuan Jie Rui yang membuatnya kesal setengah mati.

"Sudahlah, jangan marah-marah dulu. Nanti kalau kamu bertemu dia lagi, kamu tanyakan saja langsung biar kamu tidak marah seperti ini."

"Iya kalau ketemu. Sayangnya aku malas bertemu dengan dia. Lebih baik aku fokus dengan tujuanku sekarang ini."

Dena menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ara. Ara memang wanita pendiam dan tidak banyak tingkah tapi saat dia marah, semut pun tidak akan berani mendekat ke arahnya.

"Ya sudah, kita berangkat. Temanku sudah menunggu di sana."

"Oke! Kita berangkat!"

Dena menghidupkan mobilnya lalu menginjak pedal gas membuat mobil melaju meninggalkan halaman kampus.

Ara yang sudah tidak sabar untuk bisa bekerja semakin semangat saat Dena menceritakan sosok temannya ini. Terlihat jelas ada cinta tersembunyi dari nada bicara Dena yang banyak memuji pria itu di depan Ara.

***

"Kalian lihat wanita tadi? Kalau kalian melihat bagaimana lincahnya dia saat bergerak di atas panggung, kalian akan terkejut. Awalnya aku kira dia itu tidak bisa berbuat apa-apa tapi aku salah. Dia itu benar-benar mutiara di dalam lumpur, tidak terlihat tapi sinarnya tetap bersinar terang." Puji Wang Zeming dengan mata berbinar-binar.

"Benarkah? Aku lihat dia biasa saja. Tidak ada yang spesial sama sekali, tapi saat dia tersenyum memang sangat cantik." Sahut Chen Yang penuh pujian.

Jie Rui berdecak tidak suka mendengar dua sahabatnya memuji wanitanya. Rasa panas di dalam dadanya tiba-tiba menjalar di dalam dadanya saat kedua sahabatnya itu dengan bangga memuji Ara.

"Kenapa di dalam otak kalian itu hanya ada wanita? Tidak kah bisa kalian ini memikirkan hal lain selain perempuan?" Gerutu Jie Rui tidak suka.

"Eits! Memangnya kamu sendiri tidak? Bagaimana dengan wanita yang selalu lengket di tubuh kamu itu? Berkata manja, Rui... antarkan aku beli pakaian ya? Rui... ayo kita pergi makan! Rui.... "

"Sudah... sudah... jangan membuat Rui kesal. Dia sudah merah padam menahan kemarahan dan sebentar lagi panggilan manja itu akan kita dengar juga." Ucap Zeming memotong perkataan Chen Yang sambil menunjuk seseorang yang baru datang dengan dagunya.

"Baru saja dibicarakan, dia sudah muncul lagi. Kenapa sih wanita itu selalu muncul di saat yang tidak tepat?" Gerutu Chen Yang saat melihat Cheng Ling masuk kantin dan tersenyum ke arah meja mereka.

Chen Yang tahu senyuman itu bukan untuk dirinya melainkan untuk pangeran kampus yang duduk di dekatnya.

"Lihat itu wanita mu sudah berjalan dengan genitnya ke sini. Perutku mual melihat dia yang seperti itu." Gerutu Chen Yang semakin menjadi.

Chen Yang dan Wang Zeming tidak pernah menyukai Cheng Ling, wanita yang selalu mengejar cinta Jie Rui meskipun sudah ditolak berkali-kali.

"Siapa bilang dia wanitaku? Aku tidak pernah mengatakannya." Ucap Jie Rui dingin.

"Hai ganteng... kalian sedang membicarakan apa?" Tanya Cheng Ling yang baru saja duduk di samping Jie Rui.

Chen Yang mendengus mendengar pertanyaan basa-basi dari Cheng Ling. Wanita tidak tahu malu itu selalu berada di sekitar mereka meskipun Jie Rui tidak menganggapnya ada.

"Kamu kenapa ada di sini? Memangnya kalau kami datang, ada alarm yang berbunyi?" Tanya Chen Yang ketus.

"Heh! Manusia buruk rupa! Kamu kenapa nyolot? Aku datang mencari pujaan hatiku, dia aja tidak melarang kenapa kamu yang ribet?" Jawab Cheng Ling tidak kalah ketusnya.

"Dasar wanita tidak tahu malu."

"Diam mulut kamu manusia buruk rupa!"

Jie Rui sama sekali tidak menghiraukan kedua orang yang ada di dekatnya berdebat. Dia memilih mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Ara dengan diam-diam.

"Malam ini pulang ke apartemen. Aku akan menungguku di sana." Tulis Jie Rui lalu dia tekan tombol kirim.

Mengingat Ara yang memutuskan untuk bekerja membuat Jie Rui kesal. Itulah kenapa dia tidak melirik sedikitpun ke arah Ara saat Wang Zeming berbincang dengan Ara meskipun hatinya kesal karena Ara melayani Wang Zeming di depannya.

"Rui... kamu sedang apa? Kamu sibuk tidak? Aku mau ambil baju di butik, anterin aku aku dong...." ucap Cheng Ling dengan manja kepada Jie Rui.

Jie Rui menatap Cheng Ling dingin, wanita itu sepertinya tidak tahu kondisi hati Jie Rui saat ini sehingga dia sudah memancing emosi Jie Rui muncul ke permukaan.

"Memangnya aku ini apa? Aku bukan sopir kamu yang bisa seenaknya kamu suruh anterin kamu ke sana kemari." Jawab Jie Rui dingin.

Chen Yang tertawa mendengar jawaban Jie Rui. Dia tidak menyangka pria itu kini bisa mengatakan penolakannya pada Cheng Ling. Wanita genit yang tidak tahu malu mengejar cinta Jie Rui.

"Rasain! Memang enak ditolak sama Rui! Dia sudah punya wanita jadi jangan harap kamu bisa mendekatinya lagi!"

Semua mata langsung menatap Chen Yang dengan tatapan terkejut termasuk Jie Rui. Jie Rui merasa belum mengatakan tentang hubungannya dengan Ara selama ini kepada siapapun dan dari mana Chen Yang tahu?

"Benarkah itu Rui? Manusia buruk rupa ini berbohong bukan? Kamu masih belum menjadi milik siapa-siapa bukan? Jie Rui!"

"Jangan berteriak! Telingaku masih normal untuk mendengar keluhan mu!"