Ara menghentak-hentakkan kakinya berusaha untuk meminta turun dari pundak Chen Jie Rui.
"Lepaskan aku! Aku mau turun."
"Diam! Kamu mau diam atau aku pukul pantat kamu sekarang juga?" Tanya Chen Jie Rui mengancam.
Ara langsung diam, dia tidak mau mendapatkan pukulan dari Chen Jie Rui. Pria yang sedang memanggulnya itu tidak bisa ditebak pikirannya.
"Aku mau turun. Kepalaku pusing,aku mau turun." Ucap Ara sekali lagi dengan nada sedikit pelan.
"Jangan banyak bicara. Kamu hanya cukup diam dan ikut saja apa yang aku katakan."
Ara memutar bola matanya. Apapun yang diucapkan Ara tidak akan di dengar oleh Jie Rui. Ara akhirnya memilih untuk diam dan membiarkan apa yang akan dibicarakan oleh Chen Jie Rui.
Ara tidak tahu dia akan dibawa kemana oleh pria yang sedang menggendongnya. Jalan Chen Jie Rui melangkah menjauhi K-24. Tetap melangkah maju tanpa memperdulikan kamera yang mengambil gambarnya dengan Ara.
Ara sadar dia sedang menjadi sumber perhatian karena itu Ara memilih menutup wajahnya dnegan kedua tangannya meskipun Ara tahu kalau kedua tangannya tidak akan bisa membuat seluruh bagian wajahnya tertutup.
"Sekarang kamu duduk manis di sini. Jangan mencoba kabur atau aku tidak akan pernah melepaskan kamu." Ucap Chen Jie Rui sambil memasang sabuk pengaman untuk Ara.
Ara diam dengan bibir mengerucut mendengar ancaman Chen Jie Rui saat pria itu mendudukkan Ara di kursi penumpang mobil sport kesayangannya.
Chen Jie Rui berlari menuju pintu kemudi, mengemudikan mobilnya dengan cepat sehingga Ara memegang sabung pengamannya dengan kencang. Ara memejamkan matanya karena merasa takut. Dia takut jika Chen Jie Rui nekad melakukan sesuatu yang tidak terduga.
"Kita mau kemana?" Tanya Ara akhirnya setelah dia berhasil melawan ketakutannya.
"Kamu akan tahu saat kita sampai di sana." Jawab Chen Jie Rui dingin.
"Kamu marah? Seharusnya aku yang marah bukan? Kamu bisa bersenang-senang dengan teman kamu dan mengabaikan aku. Untung ada Dena di sana sehingga aku tidak kesepian."
CIITTT….
Chen Jie Rui menekan pedal rem dengan dalam sehingga Ara terpental ke depan dan kepalanya terantuk dashboard cukup keras.
"Argh… kamu gila ya? Kamu mau membunuh aku? Kalau kamu mau aku mati, tidak seperti ini caranya. Langsung saja kamu ambil pisau dan tusuk perutku atau jentungku sekalian. Habis perkara!"
Chen Jie Rui menarik tengkuh Ara lalu menempelkan bibirnya dengan bibir Ara. Ara melotot mendapat serangan tiba-tiba dari Chen Jie Rui. Chen Jie Rui hanya menempelkan bibirnya dengan bibir Ara, melihat reaksi Ara terlebih dahulu dan saat dilihatnya Ara diam dan tidak menolak, Chen Jie Rui mulai berani melumat bibir Ara dengan lembut.
Lama kelamaan Ara membalas ciuman lembut Chen Jie Rui. Tangannya meremas erat rok yang dia pakai karena ciuman hangat yang diberikan oleh Chen Jie Rui kepadanya.
Chen Jie Rui melepaskan ciumannya dengan bibir Ara setelah merasakan Ara kekurangan nafas. Melihat wajah Ara yang memerah membuat Chen Jie Rui tertawa. Wanitanya ini ternyata tengah malu karena ciuman yang dia berikan.
"Bibir ini sudah aku tandai, jadi tidak akan ada pria yang bisa menjadikan bibir ini sebagai fantasi mereka." Ucap Chen Jie Rui sambil mengusap bibir bawah Ara yang basah karena ciuman mereka berdua.
"Aku bingung dengan apa yang sebenarnya kamu inginkan. Kamu memperlakukan aku seperti milik kamu tetapi saat kamu bersama teman-teman kamu, kamu melupakan aku." Ucap Ara tidak terima.
"Kenapa kamu tidak bergabung denganku tadi? Kamu sendiri langsung menghilang saat bertemu dengan Dena."
"Bagaimana aku bisa bergabung dengan kamu sedangkan di sana ada kekasih kamu yang sangat seksi itu? Kamu mau mempermalukan aku?"
"Kekasih? Kekasih yang mana? Aku tidak memiliki kekasih selain seorang tunangan yang sangat ceroboh dan cerewet ini."
Ara merasakan pipinya kembali panas. Kata-kata Chen Jie Rui yang mengatakan dia sebagai tunangannya membuatnya merasa senang. "Lalu Cheng Ling bukan kekasih kamu? Seluruh kampus tahu kalau kamu dan Cheng Ling menjalin hubungan."
"Cheng Ling? Siapa yang mengatakannya? Aku tidak pernah merasa menjalin hubungan dengan Cheng Ling kecuali di masa lalu."
"Aku tidak percaya. Kamu pasti hanya ingin membuat aku diam dengan mengatakan semua itu tapi kenyataannya kalian berdua menjalin hubungan? Enak saja! Kalau kamu bisa melakukannya aku juga bisa."
Chen Jie Rui kembali mencium bibir Ara dengan kecupan. Sekali, dua kali, tiga kali, kecupan Chen Jie Rui semakin membuat wajah Ara memerah karena malu.
"Sudah selesai bukan bicaranya? Dengarkan aku baik-baik! Kamu mau berhenti bicara sebentar saja bukan? Jangan mengatakan apapun sebelum aku selesai berbicara. Bisa?"
"Bisa."
Chen Jie Rui mengambil tangan Ara yang sejak tadi Ara remas karena Ara yang merasa kesal dengan semua kenyataan yang dia terima sedangkan pria yang ada di depanya ini tetap saja mengatakan kalau dia dengan Cheng Ling tidak ada hubungan apa-apa.
"Dengarkan aku baik-baik. Cheng Ling adalah masa laluku dan wanita yang ada di depanku ini adalah asa depanku."