"Iya, di dalam sana ada Ibu saya," ucap pria itu menunjuk salah satu meja yang terdapat dua orang wanita cantik yang duduk berhadapan. Pandangan Clara mengikuti arah tunjuk pria itu, gadis itu mengangguk pertanda dirinya juga melihatnya. "Dua wanita itu salah satunya adalah Ibu saya. Dan yang satu lagi adalah wanita yang akan dijodohkan pada saya. Saya mau kamu bantu saya untu berpura-pura jadi pacar saya untuk menolak wanita tersebut, ingat ya kamu tidak bisa menolak."
Video telah selesai di putar. Entah siapa yang mengambil video tersebut namun di dalam sana sangat terlihat jelas apa yang dilakukan olehnya dengan gadis itu.
"Jadi, dia pacar sewaan kamu?" tanya Ibu Juan pada anaknya.
"Kamu membayarnya untuk membatalkan pertunangan ini? Murahan sekali."
"Saya memberi kamu kesempatan untuk mencari kekasih untuk dirimu sendiri tapi ini yang kamu lakukan?"
Ibu Juan sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh anak laki-lakinya itu. Juan juga merasa bersalah, tidak seharusnya ia melakukan hal ini.
Namun, tidak ada cara lain selain yang dilakukannya sekarang. Juan sedang tidak memikirkan tentang pernikahan, itu juga salah satu hal yang ia hindari. Kini dirinya hanya fokus pada bisnisnya, pria itu tidak ingin menambah beban pikiran yang akan membuatnya tidak fokus pada karir.
Bagi Juan, hal-hal seperti itu hanya akan menghambat pekerjaannya. Dirinya tidak terlalu menginginkan segala hal tentang cinta, yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana mengembangkan perusahaannya, bagaimana ia bisa bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar dan bagaimana dirinya mempertahankan bisnis yang ia mulai sedari nol.
"Pokoknya kamu harus bertunangan dengan ...." belum sempat Ibu Juan menyelesaikan kalimatnya, sang anak memotong ucapannya. Ya, sebagai anak laki-laki satu-satunya Juan terbilang sangat susah di atur. Sedari kecil laki-laki itu terbiasa mendapatkan apa yang ia mau dan akan memberontak ketika diberi sesuatu yang tidak ia suka. Hal itu terjadi hingga sekarang, di saat ia tidak menyukai sesuatu sangat sulit membujuknya untuk untuk menyukainya. Dia akan terus memberontak seperti yang dilakukannya sekarang.
"Bu, Saya ngak mau nikah sama Rera," tolak Juan mentah.
"kenapa? Apa yang kurang dari Rere?" tanya sang Ibu.
"Cantik? Iya. Ber-pendidikan? Iya. Ekonomi keluarganya juga setara dengan keluarga kita."
"Apalagi yang membuat kamu tidak tertarik untuk membangun keluarga bersama dengannya?"
"Karena dia bukan type saya dan saya tidak menyukainya," jawab Juan dengan tegas mengatakan bahwa Rere bukanlah type-nya.
"Alah, alasan klasik," cibir wanita itu dengan alasan dasar yang diberikan padanya. Jaman sekarang sudah tidak berlaku lagi membatalkan sebuah pernikahan. Suka atau tidak suka, pada akhirnya mereka akan menjadi keluarga yang bahagia ketika sudah saling menerima dan mengasihi.
Tidak ada alasan seperti bukan type-nya untuk menikah, karena kita akan mengenal pasangan kita setelah pernikahan tersebut. Sekarang mungkin wanita itu tidak akan membiarkan laki-laki itu memberontak, ia akan tetap pada tujuannya untuk menikahkan Juan dengan Rere.
*****
"Maaf, ya Kak. Saya tidak bisa datang karena sesuatu terjadi pada saya," ucap Clara meminta maaf pada editornya. Malamnya setelah gadis itu tenang ia menghubungi Editornya.
"Oh iya, tenang saja. saya tidak mempermasalahkannya," ucap editor tersebut tidak mempermasalahkan.
"Tapi, apa itu berarti saya gagal ya? Maksudnya, novel saya tidak akan terbit di penerbit Kakak?" tanyanya.
"Hahaha ... nggak kok. Saya tertarik dengan dengan novel kamu bukan kamu yang mengajukannya ke saya."
Clara diam, ia tidak menjawab karena tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh pria tersebut.
"Hahaha ... maksudnya kalau saya yang melamar naskah kamu, itu tandanya kita hanya butuh bertemu untuk membicarakan naskah, kalau tidak bisa hari ini yaaa kita bisa membicarakannya di lain waktu," ucap pria tersebut di sebrang sana. Mendengar hal itu pun Clara menghembuskan napas lega.
"Jadi kesempatan saya untuk terbitin Novel di Penerbit Kakak masih bisa?" tanya Clara tidak percaya, laki-laki di sebrang sana menjawab Ya dan itu membuat Clara sangat bahagi. "Aaaah, terimakasih, Kak. Terimakasih banyak! Saya pikir Kakak akan membatalkannya karena saya tidak datang di pertemuan itu."
"Hahaha ... santai saja, lagian juga naskah kamu sangat bagus jadi sayang banget kalau saya membatalkannya begitu saja," ucap laki-laki itu memuji naskah yang ditulis oleh Clara. Di tempatnya berada wajah gadis itu memerah, ini adalah pertama kalinya gadis itu mendapat pujian atas naskahnya, ia sangat senang sekali.
"Ya sudah, kalau begitu besok bisa bertemu? Saya harus melihat Naskah complete-nya dan membicarakan sesuatu dengan penulisnya. Apa kamu ada waktu besok?" tanya laki-laki itu kembali membuat janji pertemuan dengan Clara dan gadis itu langsung mengiyakannya. Gadis itu tidak terlalu sibuk sehingga ia bisa membuat janji dengan seseorang kapan saja.
"Tapi, kita bertemu di Kantor saya saja ya, besok saya lumayan banyak kerjaan jadi kamu bisa datang sebelum jam makan siang. Alamatnya nanti akan saya kirimkan melalui Chat, sampai ketemu besok Clara," ucap laki-laki itu kemudian memutuskan sambungan telpon. Keduanya membuat janji kembali untuk bertemu, Clara melompat-lompat di tempatnya, ia sangat senang karena kesempatannya untuk menjadi penulis belum punah.
"Aaaah! Asyiiik, ternyata keberuntungan berpihak ke gue, gue masih bisa berminpi jadi penulis terkenal!" seru Clara memeluk ponselnya.
Detik kemudian sebuah pesan masuk, gadis itu segera membukanya.
Isi pesannya adalah alamat kantor penerbit di mana ia dan Editornya akan bertemu.
"Aaaah! Akhirnya hal ini terjadi juga!" senang Clara memandangi pesan tersebut.
"Gue janji gue gak bakalan batalin pertemuan gue sama Editor gue untuk yang kedua kalinya! Gue harus menganggap ini adalah kesempatan terakhir agar gue bisa menghargainya," ucap gadis itu.
Teriakan Clara sampai pada kamar Maria, gadis itu buru-buru keluar untuk melihat apa yang terjadi. Terakhir ia melihat gadis itu sedang terpuruk karena kesempatannya untuk menjadi seorang penulis dengan buku fisik yang terpajang di toko buku itu sudah menghilang.
Mendengar suara teriakan gadis itu yakin itu adalah teriakan Clara, Maria segera keluar kamar kemudian mengecek apa yang terjadi, ia sangat khawatir dengan sahabatnya. Maria tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh orang yang kehilangan kesempatan mereka dalam menuju kesuksesan, ia harus selalu berada di sampingnya sampai suasana hati sahabatnya itu tenang.
"Claraaaa, lo kenapa teriak-teriak?" tanya Maria pada sahabatnya.
"Mariaaaa!" seru Clara memeluk Maria yang baru saja keluar dari kamarnya.
Maria pun membalas pelukan gadis itu, ia harus menenangkan Clara agar lebih baik.
"Clara, gue tahu ini berat buat lo, tapi gue yakin akan ada banyak kesempatan lo untuk menjadi penulis terkenal. Gue yakin penerbit cuma itu aja, lo bisa kirim naskah lo ke Penerbit lain," ucapnya lembut.