Chereads / Perjaka yang Disembunyikan / Chapter 11 - Bad Dream

Chapter 11 - Bad Dream

"SERIUS?!" Yuli semakin geram mendengar cerita soal pemuda itu.

Sarah hanya bisa mengusap air matanya saja sampai kering meskipun cairan kental di hidungnya menjadi luber kemana-mana. Hidungnya memerah bahkan matanya membengkak, bibir dower sudah jadi pemandangan mengerikan bagi Yuli alias Yuliasti yang baru saja menemui sahabatnya itu.

"Gue enggak paham lagi, apa yang dicari si cowok gila itu Yul!" rengek Sarah merasa begitu gila karena menghadapi pemuda urakan yang selalu saja bertemu.

"Gue mau tanya sesuatu, ini bukan soal lo yang mandul tapi … gimana kalau laki lo impoten Sarah? Lo masih mau bertahan sama dia? Lo ingat 'kan gimana gilanya lo saat cuma mau nikah sama Nandra sampai hampir terdepak dari keluarga lo?" berondong Yuli mencoba mencari titik terang.

"Dia … enggak pernah mau periksa Yul," desah Sarah merasa lelah.

"Enggak ada yang bisa dipertahankan dari dia, Sar, cewek punya batas umur buat mengandung, kalau emang ada yang lebih dari Nandra dan cowok itu mau, ini bukan kesalahan lo."

Sarah memandang wajah sahabatnya, lalu berkata, "gimana bisa itu bukan kesalahan gue? Sementara gue udah tidur dua kali. DUA KALI Yul!" pekik Sarah merasa putus asa.

"Ya tuhan! Lo tuh cewek aristokrat apa?! Enggak ada yang berani judge lo hanya karena lo milih dia atau enggak, udahlah … cowok itu bersedia jadi affair lo juga," saran Yuli yang tersinting terlontar sudah.

Sarah bingung kenapa juga Yuli menyarankan yang begitu, bukannya memikirkan bagaimana solusi untuknya.

"Gue takut Yul, kok lo malah nyaranin gitu hiks! Hiks!" tangis Sarah kembali pecah karenanya.

"Jujur ya Thia, gue bukan apa-apanya, tapi lo mesti cari kebahagiaan lo, lo emang dimanja sama Nandra tapi soal bahagia? Apa lo bahagia?"

Sarah tertegun mendengar ucapan sahabatnya, bahagia? Pikirannya seolah kembali ke masa dimana ia bisa tertawa bebas tanpa terikat. Namun .…

"Gue cinta sama Nandra," bisiknya lirih.

"Bullshit ngomongin cinta, di mata lo bukan cinta buat Nandra Thia, ya udahlah lo pikirin dulu aja, gue balik, bayi besar sama bayi kecil gue udah rengek-rengek nelponin mulu, besok main lagi yak, gue bakal lama di Jakarta nih." Yuli pamit undur diri setelah sedikit 'nongkrong' bersama teman lamanya itu.

Sarah hanya tersenyum, merasakan kesedihan datang kembali setelah kepergian Yuli yang dijemput suaminya. Ia merasa tertohok dengan pertanyaan Yuli padanya. Apa yang dikatakan Yuli seolah dibenarkan oleh hatinya.

Apa ia bahagia dengan Nandra?

"Tentu saja gue bahagia," bisiknya lirih namun matanya menatap hampa.

Ia merasa cinta dengan pria yang menjadi penerangnya saat dia hampir kehilangan segalanya, Nandra menjadi penolongnya, malaikat pelindungnya saat itu sampai-sampai dirinya rela melepaskan title keluarga dari namanya.

***

Sarah sangat terkesima melihat bahwa Nandra sangatlah tampan ia agak sedikit mirip dengan Elang, kekasihnya dulu, hanya saja Elang tak mempunyai tahi lalat di bibirnya seperti Nandra. Di sisi lain Sarah bahagia karena Nandra melamarnya di hadapan kedua orangtuanya.

Dua hari setelah itu Sarah mulai sering bertemu Nandra dengan intens, dan pada saat itu tepat hari ulang tahunnya yang ke-23 tahun. Nandra memberinya hadiah sebuah kalung yang sangat cantik berliontinkan lambang melody, dan memakaikannya ke leher Sarah. Ya katanya itu sesuai dengan namaku "Sarah Maharani". Saat Nandra selesai memakaikan kalung ke leherku, Sarah mulai bermain kejar-kejaran bersamanya.

Mereka menjadi pasangan paling serasi sampai ke jenjang pernikahan meski berakhir dengan ketidakhadiran kedua orang tua Sarah saat akad tiba. Semua terjadi begitu saja.

Napas mereka memburu satu sama lain di malam itu, di malam pengantin setelah mimpi buruk Sarah berhasil dilalui.

***

flashback on

Sarah terdiam menggigil di depan pintu. Dingin angin malam menyergap sekujur tubuhnya yang terbalut gaun pengantin. Rambutnya terburai. Sandal ber-hak 7 cm telah berpindah dari kaki ke tangannya. Sarah sadar pasti penampilannya begitu kusut seperti benang kehilangan ujungnya. Namun ia tak peduli semua itu. Seperti hilang akal, pintu kontrakan itu digedor berkali-kali dengan keras seakan hendak didobrak.

Dan ketika pintu terbuka, nampak jelas dia melihat wanita itudengan pandangan tak percaya.

"Kau …?"

Tanpa menunggu lama, aku menyerobot masuk, dan duduk di tepian tempat tidur. Napasnya masih naik turun berebut udara.

"Sar … apa yang kau lakukan?" tanya Rega lirih. Pria itu lantas duduk di samping Sarah.

Tubuh gadis itu masih menggigil. Bibirnya bergetar antara kedinginan dan ketakutan.

"Kau sadar apa yang kau lakukan?" Diambilnya selimut dan menutupkannya ke tubuh gadis itu yang menggigil.

Sarah masih terdiam. Mulutnya terkunci padahal ia ingin sekali berteriak kuat agar bongkahan berat di dadanya terangkat.

"Sarah … kau tak seharusnya berada di sini. Ini malam pengantinmu .…" Suaranya terdengar lirih di telinga gadis cantik itu.

"Semua orang pasti mencarimu sekarang … kau sadar itu?"

Sarah menatap matanya. Mata teduh yang selalu menenangkannya saat segudang permasalahan menimpanya. Sarah melihat sisa tangis yang berusaha disimpan di ujung matanya. Ia bisa melihat itu.

"Kamu habis menangis?" tanyanya tersendat. Air mata memang tak henti mengalir dari mataku. Menghilangkan make up yang dipoleskan sejak sore tadi oleh perias pengantin teman ibundanya.

Tapi Rega justru tersenyum. Berusaha tersenyum tepatnya. Karena ia melihat jutaan luka bercerita dari kedua matanya.

"Aku tidak mencintainya...," bisik Sarah kelu, "aku tidak bisa hidup dengannya…"

Lagi-lagi Rega tersenyum.

"Dia pilihan orang tuamu, Sarah … percayalah bahwa itu terbaik buatmu."

"Lantas kamu?" Ditatapnya kembali mata teduh milik Rega. Tapi Rega tetap saja tersenyum dan meraih tangan Sarah. Menggenggamnya begitu erat.

"Kamu sedih, kan? Kamu marah karena aku menerima pernikahan ini? Kamu menangis ... jangan bohong … kamu nangis …" Napas Sarah kembali tersengal.

"Ya Sarah, aku sedih kehilangan kamu. Tapi aku bahagia melihatmu menikah."

Rega mengusap air mata yang terus membanjiri wajah gadis cantik itu. Merengkuhnya, dan membawanya ke pelukan Rega. Perlahan nafas Sarah mulai teratur. Detak dada pria itu begitu menenangkannya. Tiba-tiba dia merasa begitu lelah … lelah … sangat lelah. ..

Alunan lembut musik Kenny G dengan 'Forever in Love' nya memaksanya membuka mata. Terasa berat sekali. Tapi Sarah berusaha membukanya. Rega duduk di tepi tempat tidur, menatap Sarah begitu lekat. Dan Sarah melihat pria itu sedikit tersentak kaget saat iq bertanya dia ada di mana.

***

"HAHHH!!! HAHH . HAHHH…." Napas gadis itu memburu, ia terbangun dari tidurnya, keringat deras bercucuran, dadanya berdentam hebat dengan tubuhnya menggigil.

"Regaaa!!!" Sarah berteriak sambil meraung dengan mimpi buruk yang mendatanginya.