Chereads / SHIRO THE MAGICIAN / Chapter 18 - 18. Ow. Hanya Ow?

Chapter 18 - 18. Ow. Hanya Ow?

Aku dan Queen baru saja memasuki pintu utama apartemen ketika mendengar suara seorang perempuan berbicara dengan ke dua satpam tadi. Aku berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. [Queen, berhenti sebentar.]

Queen yang berjalan tepat di sisi kananku, menoleh padaku lalu bertanya. [Ada apa?]

[Aku tidak tahu. Tapi aku penasaran manusia itu mau bertanya apa sama dua satpam apartemen ini!]

[Kamu tak punya kerjaan lainkah? Kenapa mau tahu urusan manusia?]

Aku menghadap pada Queen langsung sebelum mulai bicara. [Oh... ayolah Queen. Kita ini kucing. Punya kerja apaan selain makan, main dan tidur? Selain dari yang aku sebut mungkin hanya jalan, pusing-pusing.]

[Kita tercipta memang untuk itu!] sahut Queen santai, ia lalu kembali berjalan memasuki apartemen.

[Aku akan mengantarkan kamu, tapi tunggu sebentar!] ucapku sambil mendengarkan percakapan di luar apartemen. Queen tidak memperhatikan ucapanku, ia terus berjalan dengan melenggak lenggok seperti model sambil mengibaskan ekornya yang mekar seperti bulu kemoceng. Oh... comel sekali!

Perempuan yang baru datang itu segera bertanya pada satpam. "Pak apa ada lihat kucing persia medium, jantan warna abu-abu loreng lari ke arah sini?"

"Kurang tahu ya. Tapi tadi ada preman sini berkelahi, segera kami usir sebelum terluka parah karena perkelahian mereka." Satpam pertama menjawab.

"Jadi tak sempat lihat warna dan jenisnya, ya pak?"

Satpam ke dua mengangguk. "Iya, tahulah kalau kucing bergulat seperti apa. Gerakannya cepat sekali!"

Perempuan itu menuliskan sesuatu dengan cepat di kertas dengan sebuah gambar lalu memberikan pada satpam. "Tolong pak, kalau lihat hubungi nomor di selebaran itu atau nomor yang baru saya tuliskan!"

Satpam pertama menerima kertas yang disodorkan padanya. "Baiklah. Kertas ini juga akan kami tempelkan di papan pengumuman apartemen ini. Semoga cepat ketemu kucingnya, ya kak!"

"Terimakasih pak. Saya permisi."

Setelah percakapan singkat ke tiga manusia itu, aku segera berlari mengejar Queen yang sudah mulai menaiki anak tangga. [Queen tunggu. Aku kata kan, mau mengantarkan kamu. Apa kamu marah Queen cantik?]

[Untuk apa aku marah?]

[Lalu kenapa kamu pergi?] aku balik bertanya.

[Karena perempuan tidak suka menunggu!] sahut Queen santai.

Aku menghela nafas mendengar jawaban Queen. Perempuan itu di mana-mana sama saja. Mau itu manusia ataupun kucing, sama saja egoisnya. Mereka suka membuat laki-laki menunggu ketika berdandan, berbelanja atau ke salon, tapi giliran diminta menunggu sebentar saja tidak mau. Dasar kucing betina.

[Kenapa kamu menghela nafas? Tidak suka?]

Aku hanya bisa cengengesan. Mana mungkin aku berani mengutarakan langsung pada Queen apa yang aku pikirkan barusan. Bisa-bisa aku dicakar oleh Queen.

[Jadi, apa yang kamu dapatkan dari hasil menguping pembicaraan tiga manusia tadi?]

Oi oi oi... ya ampun... Kenapa karakter kucing betina bernama Queen ini begitu mirip perempuan manusia yang otoriter di rumahku? Maksudku adalah rumahku sebagai manusia, bukan sebagai kucing sekarang ini.

[Kenapa kamu diam?]

[Perempuan itu sedang mencari kucingnya yang hilang. Dia membawa selebaran tentang kehilangan kucing dan memberikan kepada dua satpam tadi.]

[Ow.] Komentar pendek Queen.

[Ow. Hanya ow?]

Queen menoleh kepadaku sambil terus berjalan dengan anggunnya menaiki tangga. [Kamu berharap apa?]

Aku menggeleng sekali. Susah berbicara dengan kucing betina otoriter. Sungguh karakter dan nama yang cocok sekali dengan sifatnya. Semua harus dituruti. Terlebih lagi Carol, pemiliknya begitu memanjakan Queen selayaknya ratu sesuai namanya. [Aku mau coba menolong manusia itu.] Ungkapku.

Queen berhenti berjalan seketika. Menoleh kepadaku. [Bantuan seperti apa yang bisa diberikan seekor kucing pada manusia?]

[Yah... macam-macam. Kamu saja bisa membantu Carol dengan mencariku ke rumah Karin!]

Queen mengangguk beberapa kali. [Benar juga. Aku lupa. Tapi kalau mencari kucing hilang bagaimana caranya?]

Aku berpikir sesaat. [Sepertinya dengan melihat-lihat dari pintu utama masuk apartemen atau dari pos satpam bisa sedikit membantu. Kalau melihat kucing perempuan tadi, maka aku bisa menyuruhnya pulang ke rumah karena pemilik sedang mencarinya.]

[Tapi aku tidak berani berbicara dengan kucing lain di luar apartemen ini yang tak aku kenal. Aku takut!]

Aku tersenyum maklum. [Tak apa Queen, kamu tak perlu ikut kalau takut. Aku akan mengantarkan kamu sampai ke apartemen mamiku. Setelah itu aku akan jalan-jalan sekitar pos satpam paling jauh untuk mencari kucing hilang yang dicari perempuan tadi.]

[Kalau mami kamu tanya sama aku bagaimana? Aku kan hanya kucing biasa. Tak bisa bicara bahasa manusia seperti kamu!]

[Akan aku beritahu langsung padanya nanti. Kamu tenang saja. Aku juga tak akan lama perginya. Ya... paling sekitar satu jam pas makan siang para satpam.]

[Kenapa harus las makan siang para satpam?]

[Karena kucing liar sekitar sini yang biasa minta makan, akan datang pas satpam makan siang.]

Queen mengangguk sekali. [Benar juga. Satpam tadi memang manusia yang baik sama kucing-kucing liar sekitar sini! Mereka bukan hanya menjaga keamanan apartemen, tapi juga menjaga keamanan lingkungan yang ramah kucing liar!]

Kami mulai kembali berjalan menaiki anak tangga sambil terus bercerita.

[Apa kamu pernah tersesat di apartemen yang besar ini Queen?]

Queen tertawa kecil sebelum menjawab. [Hehehe... iya pernah. Dulu waktu aku masih kecil dan belum lama tinggal di apartemen ini. Satpam yang menyiram air pakai selang tadi menemukanku mondar mandir kebingungan di dekat pintu masuk utama. Dia menggendongku dan melihat kalungku yang ada alamat lantai tempat tinggal di apartemen ini. Kemudian dia mengantarkan aku pulang dengan menaiki tangga sambil menunjukkan jalan. Memberi tahu jika tangga bisa dipakai untuk turun naik setiap lantai apartemen kita ini.]

[Ya, aku maklum kalau masih kecil pernah tersesat. Anak manusia saja sering tersesat walau sudah besar, apa lagi yang masih anak-anak.]

Kami akhirnya sampai di apartemen mami. Ada sebuah bel tersembunyi di bagian bawah rangka pintu yang sengaja dibuat si mami untuk anak kesayangannya yang telah diajarkan untuk memencet bel jika pulang. Kelakuan manusia terkadang memang di luar nalar, tapi mereka sungguh kreatif dalam memikirkan kebutuhan kucingnya.

[Tombol apa itu?] tanya Queen yang memang tidak tahu apa kegunaannya.

[Bel khusus untuk kita. Kalau bel ini kita pencet Karin akan tahu kita yang datang.]

[Oh... Kalau di tempatku tak ada. Yang ada hanya pintu kecil, dibuatkan khusus untukku agar aku bisa keluar masuk dengan bebas selagi ada mommy di apartemennya!]

[Ya, ide mereka ada-ada saja. Nah, kamu dengarkan suara anak kunci dibuka?]

[Iya, benar. Jadi bel itu memang benar berfungsi sesuai keinginannya!] seru Queen tampak begitu bersemangat.

Pintu terbuka dan sosok manusia yang mengadopsiku terlihat dari balik pintu yang separuh dibuka untuk kami berdua. "Ayo masuk! Sudah puas mainnya? Pasti haus dan laparkan?" todongan pertanyaan mami menyambut kedatangan aku dan Queen tanpa mengharapkan jawaban.