Chereads / SHIRO THE MAGICIAN / Chapter 12 - 12. Ya, Comel Sekali!

Chapter 12 - 12. Ya, Comel Sekali!

Ketika sore tiba, Karin yang telah siap bekerja mulai sibuk dengan ponselnya. Terutama ketika menerima pesan dari Polisi yang ingin menjemput induk kucing yang baru melahirkan dua bayi pagi tadi. Polisi itu menanyakan apakah sibuk dan meminta dikirimkan alamat tempat tinggal Karin.

"Hei, Ro." Karin memanggilku dengan nama kucingnya, Shiro. Ya, tentu saja dia memanggilku Shiro, itu juga karena dia tidak tahu siapa nama asliku, bahkan aku sendiri juga tidak tahu siapa nama lengkap Karin. Karena si brewok pemilik pet shop itu memanggilnya 'Bos Karin'. Aku juga tidak mempermasalahkan siapa nama lengkapnya.

"Ada apa?" Sahutku yang sedang tiduran menonton berita sambil memeluk bantal berbentuk boneka ikan yang sama besar dengan tubuhku.

Karin melihat padaku dan dia langsung histeris. "Oh ya ampun! Comel sekali posisi santaimu!" Karin langsung menyambar ponselnya di meja dan segera sibuk mengabadikan gaya tidurku dalam memeluk boneka ikan.

"Bukankah tadi kamu mau bertanya sesuatu? Kenapa sekarang malah jadi asik foto-foto?"

"Ini momen tercomel! Aku tidak bisa melewatkan begitu saja!" ucapnya masih saja asyik mengambil gambarku.

Aku menelentangkan tubuh karena bosan dengan tingkahnya yang selalu mengambil foto setiap kali berkata 'comel'. Aku tahu tubuh kucing yang bernama Shiro ini begitu comel, tapi tidak harus tiap sebentar difoto. Tapi ternyata gerakan yang aku ambil salah kalau ingin menghindarinya. Aku yang membalik tubuh menjadi telentang dan memperlihatkan perut, langsung difoto setelah itu 'diserang' oleh Karin yang mengusap-ngusap perutku menggunakan wajahnya seolah kucing.

"Hentikan itu! Jangan menyentuhku human!"

Si Karin tengil sama sekali tidak peduli. Dia terus mengusapkan wajahnya pada perutku sambil memegang ke dua tanganku. Selain itu dia juga mulai mencium perutku.

"Itu geli! Hei! Tolong hentikan, human!" seruku menahan geli karena Karin masih sibuk mengusapkan wajahnya persis seperti kucing dan terkadang mencium perutku, itu sungguh geli.

Karin berhenti karena mendengar suaraku. "Baiklah." Katanya menghentikan aktifitas gilanya barusan, kemudian menggendongku dan mengajak kembali duduk. "Oh ya, hampir saja lupa karena kecomelan Shiro! Apa kamu mau ikut mengantarkan teman barumu ke tempat tinggal barunya?"

"Teman baru?"

"Ibu kucing yang kita bawa pulang pagi tadi. Kamu ingat?"

Aku duduk dengan menjaga jarak dari mami yang tangannya tak pernah diam untuk menyentuh tubuh kucingnya yang kini aku kuasai. "Tentu saja aku ingat."

"Apa kamu mau ikut?"

"Ya. Apa lagi yang bisa aku kerjakan di rumah ini sebagai kucing? Tidak adakan selain hanya tiduran seperti kucing pemalas."

"Biklah. Baik. Sekarang pilihlah bajumu di dalam keranjang aksesorismu di dalam kamar." Perintahnya yang segera aku turuti.

Aku masuk ke dalam kamar yang pintunya terbuka separo. Menuju langsung ke arah keranjang plastik yang ada di bawah jendela. Keranjang itu berisi mainan kucing, boneka ikan, baju-baju yang dilipat rapi walau berukuran kecil, harnes H dengan sayap-sayap yang lucu.

Sebuah baju berwarna kuning dengan garis hitam, serta sayap kecil dan hodie hitam dengan antena kecil cukup menarik perhatianku. Aku jadi ingin melihat bagaimana rupa tubuh kucing yang bernama Shiro ini memakai baju ini. Aku ambil baju itu dengan mulut dan membawanya kepada Karin agar dipakaikan.

Karin tertawa ketika melihatku membawa sebuah baju. Dia mengambil gambar lagi dengan ponselnya sampai aku menaiki sofa dan menyerahkan baju itu agar dipakaikan olehnya. "Kamu mau pakai yang ini, ya?"

"Ya, aku mau melihat seberapa lucu kucingmu ini memakai baju model lebah madu itu!"

"Baiklah. Ayo kita pakaikan baju ini." Ucapnya sambil membuka kancing baju, setelah itu dia memakaikan baju itu kepadaku. Baju itu bahannya lembut dan lentur, jadi tidak menyesakan ketika dipakai. Begitu baju itu siap dipakaikan padaku, Karin segera mengambil gambar kembali. "Nah... ini lihatlah." Karin memperlihatkan foto yang baru diambilnya begitu siap memakaikan baju.

Aku melihat ponsel yang diletakkan di sofa agar aku bisa melihat sendiri foto-foto yang diambil Karin. Aku cukup terkagum melihat betapa lucunya tubuh kucingku ini memakai baju dengan sayap dan antena model lebah madu.

"Comelkan?!"

"Ya. Comel sekali!"

***

Sebelum jam lima sore hari itu, si Polisi pagi tadi kini telah berdiri di depan pintu yang terbuka lebar. Dia terdiam dan menatapku sebelum berlutut lalu mengangkat tubuhku tanpa aba-aba.

"Wuah... dia lucu sekali!" serunya yang langsung memelukku.

Karin hanya bisa cengengesan melihatku dipeluk orang lain tanpa izin terlebih dahulu. Aku melihat gerak mulutnya yang mengatakan. 'Resiko betapa comelnya kamu!'

Aku menggeliat dalam pelukan si Polisi untuk melepaskan diri dan Polisi itu tahu diri dengan penolakanku. Dia segera melepaskan pelukannya dan berdehem karena salah tingkah.

"Maafkan saya!" ucapnya penuh penyesalan padaku begitu meletakkan aku kembali di lantai. Ia lalu berdiri melihat Karin yang pura-pura tidak melihat dengan mengangkat kandang induk kucing dengan dua bayinya. Polisi itu ingin masuk, namun tidak berani karena belum diizinkan. Akan lancang menurutnya mungkin walau hanya masuk sebatas pintu untuk mengeluarkan kandang dari dalam pintu. Jadi dia hanya berdiri di ambang pintu saja.

"Ah, masuklah pak." Ucap Karin yang baru teringat melihat Polisi itu berdiri di ambang pintu.

"Tidak apa. Saya di luar saja."

"Ah, baiklah. Saya akan mengunci pintu sebentar, tolong pegang kandangnya pak." Karin memberikan kandang kucing itu kepada si Polisi yang segera menerimanya.

"Baik."

Karin segera mengunci pintu dengan cepat. Setelah itu kami segera pergi menuruni tangga.

"Kenapa tidak pakai lift saja?"

"Apa bapak merasa lelah?"

"Ah, tidak. Hanya saja biasanya orang lebih suka naik lift karena tidak melelahkan."

Karin tertawa kecil. "Saya juga akan naik lift kalau sedang malas. Tapi saya lebih suka naik tangga, sekalian mengajari Shiro jalan untuk situasi darurat. Kalau pakai lift disituasi darurat akan berbahaya bagi kucing andai liftnya macet dan terjebak, dia tidak akan bisa meminta tolong. Jadi lebih baik naik turun tangga saja. Lebih aman. Sekalian olah raga." Jelas Karin.

Polisi itu mengangguk membenarkan. "Benar juga. Kucing rumahan biasanya sedikit malas dan banyak tidurnya. Membuat tubuh mereka semakin besar dan akan kesulitan walau hanya berlarian di dalam rumah. Saya punya satu yang sangat gendut! Untuk naik ke atas kursi dari lantai saja dia sangat kesulitan. Dia memanjatnya, bukan melompati kursi karena tubuhnya terlalu gendut!"

"Gendut atau obesitas pak? Sampai segitunya, naik kursi saja susah."

"Obesitas. Hehehe..."

"Hehehe... itulah kenapa saya sering mengajak Shiro jalan-jalan dan mengurangi makanan yang dibeli. Saya lebih suka membuatkan makanan untuknya."

"Ya... semasa sekolah sampai kuliah saya juga sering membuatkan makanannya, tapi sejak kerja, saya hanya bisa membeli yang siap saji, karena tak ada waktu untuk belanja bahannya. Bahan yang bagus itu adanya pagi, sementara saya pagi-pagi harus masuk kerja." Jelas si Polisi yang berjalan sambil membawa kandang kucing.

Karin mengangguk. "Ya, kalau kerja masuk pagi kita memang mengalami kesulitan membuatkan makanan. Jadinya yang siap saji saja. Saya juga gitu kalau masuk pagi. Hehehe..."