Chereads / The Lost City Stories / Chapter 3 - Chapter 03: Time Machine (Part 1)

Chapter 3 - Chapter 03: Time Machine (Part 1)

"Morning Babe" Esther langsung mencium pipi Kelvin dan tersenyum, "kamu tumben kesini mau liat Robert ya?" Esther langsung menggeplak kepala Kelvin "tau aja mas nya" Kelvin mendengus kesal "enggak kok sayang, ini aku bawain kamu sarapan, di bagi-bagi, jangan ambil semuanya" Kelvin mengambil paper bag yang dibawa oleh Esther lalu ia membangunkan Keith dan George. "Bangun lo para kebo!" Keith dan George langsung membuka mata mereka lalu duduk dengan mata yang masih terpejam.

"Di beliin calon bini gue sarapan" Kelvin duduk di armchair lalu ia menghembuskan napasnya. "Selamat pagi" Robert masuk mengenakan celana setelan dan kemeja putih dengan lengan yang digulung, "lo mau makan? Tinggal minta sama chef" Robert menghembuskan napasnya, "aku sudah makan" Kelvin menatap Robert, "apa yang kalian makan?" Kelvin menunjukkannya kepada Robert. "Buryam, kepanjangan dari bubur ayam" Aiden masuk ke dalam ruangan lalu ia menghembuskan napasnya.

"Gue bawa sesuatu buat kalian" Aiden langsung duduk di samping George yang sedang memakan bubur ayamnya dan ia meletakkan kertas tersebut di atas meja, "gue kali ini bakalan bantu karena Robert ini ternyata buyut gue" seluruh mata tertuju kepada Aiden.

"Gimana lo ambil DNA Robert?" Author menunjukkan sehelai rambut Robert, "gue cabut rambutnya sebelum dia pergi, cuman beberapa helai doang, bisa di cocokin" Esther menghembuskan napasnya, "a-apa aku bermimpi!?" Aiden menggeleng, "lo gak mimpi" Robert menghembuskan napasnya lalu Aiden memberikan laporan hasil lab.

"Lalu apa yang kau bawa?" Aiden langsung memakai kacamata nya, "gue bawa desain time machine, kalian pasti lagi cari bahannya kan?" Aiden langsung mengeluarkan MacBook Pro nya lalu ia mengetik sesuatu di hape miliknya. "Jadi, gue udah pikir matang-matang time machine kita lebih ke portal" Aiden memberikan gambaran di MacBook miliknya.

"Terus bahan yang diperlukan?" Aiden menghembuskan napasnya, "sebuah gudang harus ada ventilasi, lebih baik jauh dari pemukiman" Kelvin mengangguk. "Lebih baik kita cari tempat dulu, emang lo mau cari tempat dimana?" Aiden menunjukkan Kelvin sebuah situs web. "CERN, Geneva, Switzerland" Kelvin menatap Aiden. "Kita gak mungkin harus shipping ke sini" Kelvin mengangguk. "Masalah tempat, gue punya orang yang biasa nyediain tempat" Kelvin mengangguk.

Kelvin menatap Aiden. "Lebih baik kita cari tempat dulu, baru proses pembangunannya" Robert mengangguk. "Aku setuju denganmu, aku tidak tahu kau lebih pandai menyusun rencana seperti ini" Aiden mengangguk.

Nyon, Switzerland 2020 AD

Aiden menghembuskan nafasnya kasar saat melihat gudang yang di pilih kan temannya untuknya, "apa kau yakin ini tempat yang cocok?" Author mengangguk, "yang penting kita gak ngeganggu warga sekitar" Robert mengangguk. "Jadi, gimana?" Aiden menghembuskan napasnya "walaupun agak tua, yang penting dindingnya kokoh" Aiden meletakkan tas nya di pojok ruangan tersebut lalu ia menghembuskan nafasnya kasar, "kita belanja ke IKEA" Aiden melihat shipping container di samping gudang tersebut lalu ia mengerutkan kening nya. "Kau akan mengecek nya kan?" Aiden mengangguk.

Aiden berjalan menuju kontainer tersebut lalu ia membuka kuncinya, "uhuk uhuk uhuk..." Aiden mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya lalu ia menutupnya hidung dan mulutnya menggunakan masker. "Gue alergi debu" Aiden langsung mengeluarkan seluruh benda yang ada di dalam kontainer tersebut lalu ia menghembuskan nafasnya kasar. "Udah pada karat semua, ini gudang tahun berapa sih!?" Kelvin, Keith, dan George langsung membantu Aiden untuk mengeluarkan seluruh isi yang ada di dalam kontainer tersebut.

"Ada beberapa yang kayu, gue bisa sih ngepolesin kayunya biar mengkilap lagi" Kelvin mengamati meja dan kursi kayu tersebut. "WOY SINI!" Aiden dan yang lainnya langsung menghampiri Keith yang menemukan sebuah mobil. "Ini mobil beneran?" Keith mengangguk, "ada beberapa sisi yang perlu direparasi karena udah berkarat, keknya sih ini mobil BMW 320i tahun 1900-an" Aiden mengangguk. "Ada kuncinya?" Keith membuka pintu mobil tersebut lalu ia mencabut kuncinya.

"Keknya, ini mobil hasil colongan" Aiden mengangguk, "debunya juga keliatan kek baru-baru ini di colong" Aiden langsung membuka kap mobil tersebut lalu ia mengecek seluruh mesin nya satu persatu, "mesin nya juga gak ada yang ilang, aki airnya juga masih banyak, tinggal kita cek bisa nyala atau gak" Aiden langsung menutup kap mobil nya lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.

"Kita coba" Aiden mengambil kunci mobil tersebut lalu ia memasukkan kunci mobil nya ke lubang. Mereka terkejut dan Keith bertepuk tangan karena mobil yang mereka temukan menyala. "Gue gak nyangka bisa nyala gitu aja" Aiden mematikan mesin nya lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.

"Ada bengkel kecil di kota ini, terus gue mau laporin hasil temuan ini ke polisi terlebih dahulu." Kelvin mengangguk, "kalo yang punya minta balik, lebih baik gue balikin" Kelvin menghembuskan napasnya, "terus kita gimana? Masa ngejelajah waktu jalan kaki" George menggeplak kepala Kelvin. "Nanti gue pikirin, yang penting sekarang kita bagi tugas karena waktu kita beneran gak banyak" Aiden dan yang lainnya langsung masuk dan mereka berdiri di tengah-tengah gudang tersebut dan yang lain mengikutinya.

"Jadi Keith, George, sama Kelvin, kalian belanja ke IKEA" Aiden memberikan kartu black card miliknya, "yang perlu-perlu aja, sama peralatan tukang, dan sisanya biar gue yang beli sendiri, lo gak paham ntar" Kelvin mengangguk. "Gue sama Robert mau pindah kontainer ke dalam sini. Mumpung ada forklift di sana" Kelvin mengangguk. "Yaudah, hurry up!" Kelvin, Keith dan George langsung mengerjakan tugas mereka.

.

.

.

.

.

.

Aiden langsung melepaskan face mask nya lalu ia mengambil satu burger dan memakannya, "Aiden, kemarilah" Aiden menghampiri Robert yang sedang membawa tab miliknya, "kita harus mempunyai antimatter fuel seperti Large Hadron Collider" Aiden mengangguk. "Apa kau bisa menemukannya?" Aiden mengangguk, "kita bakalan nyolong di CERN" seluruh penjuru mata menatap Aiden. "Apa?" Kelvin menghampiri Aiden, "lo jangan gila ya!? Aiden menghembuskan nafasnya kasar, "gue gak gila, gue ngasih sebuah solusi. Masalah modern harus diselesaikan dengan cara yang modern" Kelvin menghembuskan napasnya, "mending di buat aja deh" Aiden langsung menghembuskan nafasnya kasar. "Lo mau gak punya anak nantinya? Kita cuman ambil beberapa doang, gak keliatan" Kelvin menghembuskan napasnya. "Noh mumpung di liatin terowongan nya" Kelvin menggeram.

"Denger, kita kepepet" Kelvin menatap Aiden, "tapi adakah cara lain!?" Aiden menggeleng, "waktunya juga gak nutut, gue takut sama si Sam" Aiden menatap Kelvin. "Kenapa?" Kelvin menghembuskan nafasnya kasar lalu ia menatap Author. "Ya kali aja dia bisa ke masa depan kalo kita gak ngerebut tabung itu" Kelvin mengangguk. "Yang dikatakan Aiden benar, Tuan Darius. Jika tidak terburu-buru, Sam akan menembus ruang dan waktu" Aiden mengangguk setuju. "Sehebat itukah Tube of Doom?" Aiden berdehem.

"Yang paling penting, gue ikut investigasi ini karena gue takut kalian ngerusak tatanan waktu yang di kasih sama Tuhan" Aiden langsung melanjutkan pekerjaannya lalu Kelvin menghembuskan nafasnya kasar.

"Percayalah padaku, Tuan Darius. Ini adalah salah satunya jalan aku kembali" Kelvin mengangguk. "Baiklah, kita colong dari CERN" Robert kembali ke urusannya lalu mereka semua mendengar suara sepatu heels yang berasal dari dalam gudang, "hey, hey, hey..." Aiden langsung meletakkan alat las nya dan ia menghampiri orang tersebut dan memeluknya."Gue gak tau kalo lo kesini" Aiden menghembuskan nafasnya kasar lalu ia tersenyum.

"Gengs! Perkenalkan semuanya, ini namanya Jennie Anderson, dia adalah... kakak tiri gue dan dia yang bakalan bantuin di segi IT" Jennie langsung melambaikan tangannya lalu ia melihat Robert. "Well, well, lo gak bilang kalo ada cogan di sini" Robert menatap Jennie tajam.

"Kau!" Robert langsung menodong pedangnya lalu ia menatapnya tajam, Jennie hanya tertawa lalu ia tersenyum. "Gue cuman bercanda buyut" Jennie duduk di kursi milik Aiden lalu ia menyilangkan kakinya. "Kalian... lakukan apa yang kalian ingin lakukan" Aiden menghembuskan nafasnya kasar lalu tersenyum.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.