Chereads / The Lost City Stories / Chapter 7 - Chapter 07: Prison Break (Part 2)

Chapter 7 - Chapter 07: Prison Break (Part 2)

Unknown Place, Columbia 2020 AD

"Hey, bangun" Aiden mengerjap-ngerjapkan matanya lalu ia terbatuk, "mana yang sakit?" Aiden hanya tersenyum tipis, "apa aku ada jadwal interogasi selanjutnya?" Eva membantu Aiden duduk lalu ia menyandarkan punggung Aiden di tembok. "Kamu belom makan kan?" Eva langsung meletakkan nampan yang berisikan roti dan air mineral, "apa pedulimu?" Eva hanya diam dan tidak menanggapi ejekan Aiden. "Makan, kamu belom makan dari kemaren" Aiden melihat Eva yang sedang mengobati lukanya "aku gak laper" Eva menatap Aiden khawatir.

"Mau aku suapin?" Aiden menggeleng, "aku gak laper" Aiden dan Eva hanya diam dan tidak ada yang mau memulai percakapan. "Aku gak tau kalo Sarah itu adek kamu, maafin aku"Aiden hanya tertawa sarkas, "dan juga mohon maaf aku gak akan bilang dimana Sarah" Aiden mencoba untuk berdiri namun ia langsung jatuh kembali, "aku mohon makan" Aiden menghembuskan napasnya kasar lalu ia menghembuskan napasnya perlahan, "iya aku makan" Aiden langsung mengambil sendok nya lalu ia merasakan pundaknya sakit. "Biar aku yang suapin" Aiden hanya bisa mengangguk lemas dan ia langsung menerima suapan dari Eva.

"Kenapa kamu gak mau bilang?" Aiden hanya diam, "kenapa kamu cuman diem aja?" Eva membantu Aiden meminum air mineral nya, "aku gak mungkin ngebiarin Larry ngehancurin Anderson, karena dia tau, Anderson gak mungkin bersalah" Eva hanya diam. "Apa kamu tau? Kalo sebenernya Clemont, yang ngejebak aku?" Eva hanya diam dan ia langsung mengompres pundak Aiden dengan es batu. "Pelan-pelan" Eva mengangguk.

"Dan juga aku gak mau mengkhianati adek aku sendiri"Aiden menatap mata Eva, "dengerin aku baik-baik, Eva. Aku adalah pangeran. Dan Anderson gak bersalah" Eva hanya diam dan membisu lalu ia membereskan bekas makan Aiden lalu Aiden menahan lengan Eva. "Aku ngerasain tinjuan kamu di perut aku, kamu terpaksa kan?" Eva hanya diam, "Penjaga!" Aiden hanya tersenyum miris lalu ia menghembuskan nafasnya kasar. "Dengerin aku sekali lagi, aku gak bersalah" Aiden langsung melepaskan tangannya lalu ia hanya tersenyum..

"How stupid you were" Aiden langsung mencoba untuk berdiri lalu ia menghembuskan nafasnya kasar, "sekarang gue tinggal cari cara buat ngehubungin dunia luar" Aiden langsung menaruh garpu plastik yang sudah ia kikir lalu membuka pintu sel nya perlahan.

Aiden berjalan menggunakan satu kakinya lalu ia melihat kamera CCTV lalu ia mendengkus kesal. "Larry sialan!" Aiden memasuki ruang loker lalu ia mengunci pintu masuk. "Ventilasi, ventilasi" Aiden menggeram karena ia tidak menemukan ventilasi udara. Aiden langsung mematahkan kayu lalu ia mengikat kedua kayu tersebut di kaki kanannya. "It's better" Aiden tersenyum.

"Aiden langsung memakai topi dan jaket yang dipakai oleh anak buah Larry. Aiden langsung menekuk lututnya dan ia menghembuskan nafasnya lega, "harus pelan-pelan" Aiden melihat botol plastik yang sudah kosong lalu ia tersenyum. "Tinggal perlu pistol" Aiden langsung memasukkan botol-botol tersebut ke dalam tas yang ada di dalam keranjang pakaian kotor.

Aiden langsung membuka kunci pintunya lalu ia berpura-pura memasukkan baju kotor tersebut ke dalam mesin cuci, "hey, apa kau..." Aiden langsung menggorok leher orang yang menepuk bahunya lalu ia melemparkan garpunya dan mengenai tenggorok kan orang di sebelah nya. "Lo sama jahatnya kek bos lo" Aiden langsung memungut senjata mereka dan menaruhnya di dalam tas dan mencabut garpu yang tertancap di tenggorokan orang tersebut.

"Maaf ya?" Aiden langsung melepaskan celana seragam dan sepatu lalu ia memakainya, "siapa yang akan menang, Larry, siapa yang akan menang selanjutnya" Aiden langsung berjalan seperti orang pada umumnya dan berusaha menghindari kontak dengan CCTV yang berada di koridor. "Gue harus ke security room" Aiden langsung bersembunyi di belakang tembok karena ia melihat Eva dan Larry yang sedang mengobrol. "Heh, lo.." Aiden langsung membekap mulut Samuel dan menodongkan garpu miliknya.

"Lo ngomong, lo mati di sini" Aiden menusuk garpunya lalu ia menggorok lehernya dan merebut senjata milik Samuel, Aiden langsung menembak lampu yang ada di seluruh koridor yang dilalui nya. Aiden langsung melihat anak buah Larry yang sedang menghampiri dirinya lalu ia menembak semuanya, "lo bakalan mati, Aiden!" Aiden mengisi ulang peluru nya. "Aiden keluar lo!" Larry langsung menjadikan Eva tameng dan menodongkan senjata nya di pelipis kirinya.

"Dia mati atau lo serahin diri lo!? Itu pilihan!" Aiden menggeleng lalu ia melihat flash grenade, "lo gak akan dapetin keduanya Larry! Karena Dewi Fortuna lagi di samping gue" Aiden langsung melempar flash grenade lalu Larry dan Eva merasakan suara dengung di telinga mereka. Aiden menggunakan kesempatan tersebut untuk membawa Eva bersamanya lalu ia berlari menuju pintu keluar dari tempat dimana ia di penjara. Aiden langsung merasakan kaki kanannya sakit lalu Eva membawanya ke dalam gudang.

Eva langsung mendudukkan Aiden di pojok belakang pintu lalu ia menggunting celananya, "kamu kenapa lakuin ini!?" Aiden melihat Eva yang menahan air matanya, "aku..." Eva menghembuskan nafasnya kasar, "gak ada gunanya buat berdebat sekarang!" Eva menghembuskan napasnya lalu ia mengangguk. "Sekarang apa yang harus aku lakuin!? Aku..." Aiden mendengus kesal. "Tenang, kamu bisa tenang gak!?" Eva menatap Aiden lalu ia menghampirinya.

"Aku liat dulu lutut kamu" Eva langsung melepaskan kruk buatan Aiden lalu ia melihat lututnya yang terluka. "aku cari kain dulu, jangan ngomong sebelum aku suruh!" Aiden hanya tertawa kecil lalu ia menggelengkan kepalanya. "Kenapa gak bilang kalo kamu dipaksa sama dia?" Eva hanya diam dan fokus mencari kain bersih dan beberapa perban untuk menghentikan pendarahan,Aiden merasakan kepalanya sangat berat lalu ia menghembuskan nafasnya kasar. "Berapa lama lagi?" Aiden mencoba untuk tetap sadar lalu Eva menghampirinya. "Hey, masih bisa denger aku??" Aiden mengangguk.

"A-aku cuman dapet alkohol, kain, sama korek, pasokan obat-obatan lagi diperlukan" Aiden menghembuskan napasnya. "Bakar" Eva menggelengkan kepalanya, "Hey! Bakar, itu salah satunya cara buat ngeberhentiin luka ini" Eva menatap Aiden dengan perasaan bersalah, "lakuin sekarang, trust me" Eva langsung membasuh luka Aiden menggunakan alkohol lalu ia mengeluarkan pisau taktis miliknya. Aiden menggenggam erat jam yang ada di kantong jaket yang ia kenakan. "Ini, aku punya jam, jam ini punya Robert Anderson Jr. Buyut aku" Eva langsung meletakkan pisau yang sudah ia panaskan ke lukanya.

"aku mohon tahan" Aiden menghembuskan nafasnya kasar, "aku..." Aiden menatap Eva, "jangan, aku mohon bertahan" Aiden menahan sakit saat Eva mulai menempelkan pisau panas ke lukanya. "Apa kamu gak suka sama pangeran Inggris? Keturunan Anderson?" Eva hanya diam dan ia langsung membasuh luka yang baru ia bakar, Aiden merasakan perih yang teramat sangat lalu Eva mengambil jamnya dari tangan Aiden.

"Fix Time" Aiden menggeleng, "Fix Me" Aiden langsung merebut kembali jamnya lalu ia menaruhnya ke dalam jaket yang ia kenakan, "kita harus..." Aiden menyuruh Eva untuk diam lalu ia membekap mulutnya. Pandangan mereka bertemu, Eva dan Aiden bisa mendengar deru nafas mereka masing-masing. "Cari mereka berdua! Jika tidak kalian akan ku hukum mati!" Aiden memberikan isyarat untuk diam lalu ia melepaskan bekapan tangannya di mulut Eva. Aiden mencoba untuk berdiri lalu Eva membantunya berdiri dan mereka berjalan perlahan menuju pojok ruangan.

Aiden langsung mengambil botol kosong lalu ia menempelkan pistol miliknya dengan lakban lalu ia memberikan tas yang ia curi kepada Eva, "ada alat elektronik?" Eva mengangguk. "Tolong masukin beberapa GPS jangan dinyalain, kabel, makanan, air mineral, toolkit, dan amunisi secukupnya. "Kamu tau tempat ventilasi yang aman gak ada CCTVnya dan deket sama lokasi pintu keluar?" Eva mengangguk.

"Ruang amunisi, di situ gak ada CCTV, semua senjata ada di situ semua, dan yang seperti kamu bilang, ventilasi" Aiden menghembuskan nafasnya lega lalu ia tersenyum, "sekarang kamu percaya sama kata-kata aku waktu itu?" Eva menatap Aiden, "jangan percaya sama Clemont, dan sekarang kamu tahu akibatnya, kan?" Eva menghembuskan nafasnya kasar.

"Aku gak mau debat sekarang, Aiden" Aiden hanya tersenyum mengejek, "sekarang itu pilihan kamu, kamu mau ikut aku, atau kamu stay di sini itu terserah. Yang penting aku udah nyelametin kamu dan yang seperti aku bilang itu terserah kamu" Aiden merebut kembali tas nya lalu ia memasang kembali kruk nya. Dan ia berjalan menuju ruang amunisi. Aiden melihat dua anak buah Larry yang sedang menyusuri koridor tersebut menggunakan senter lalu ia tersenyum.

Aiden langsung mengeluarkan kawat nya lalu ia mencekik kedua orang tersebut menggunakan kawat yang ia temukan di ruang jemuran. Aiden langsung memungut senjata dan beberapa amunisinya. Aiden bersembunyi di balik tembok karena ia melihat Daniel sedang menyisir seluruh ruangan di koridor. "Clear!" Aiden menghirup nafasnya dalam-dalam lalu ia melihat Eva yang sedang menembak Daniel dan anak buah Larry yang lainnya.

"Kamu ikut aku?" Eva menghembuskan nafasnya kasar, "sama-sama, aku lebih baik ikut kamu daripada aku dijadiin kacung terus!" Eva langsung membantu Aiden berjalan dan ia melihat anak buah Larry yang menggunakan baju armor tebal lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.

"Headshot?" Aiden langsung menembak leher mereka dan ia menyeret jasad anak buah Larry ke dalam toilet. "Ini kamar mandi cowok?" Eva mengangguk. "Kamu buang air di sini?" Eva mengangguk. "Pfft..." Aiden langsung menelanjangi anak buah Larry dan ia menatap Eva, "pake, aku gak mau kita ketahuan. Apa FBI gak pernah ngajarin cara kamuflase?" Eva hanya memutar matanya malas.

"Bisa gak sih, kamu diem. Berisik tau gak!" Aiden hanya menyunggingkan senyumnya lalu ia memakai helm nya, "oke, aku gak akan berisik" Aiden dan Eva langsung menarik jasad kedua orang tersebut ke dalam kamar mandi, "sekarang ayok jalan, pendek!" Eva memutar matanya malas.

Aiden dan Eva langsung mengunci pintu toilet tersebut lalu Aiden menggenggam tangan Eva lalu menggeleng, "jangan buru-buru, kenapa sih buru-buru?" Aiden menarik tangan Eva pelan lalu mereka berjalan menuju infirmary lalu ia membuka pintunya dan memukul tengkuk dokter tersebut. "Kamu masukin obat-obatan yang penting, kaya morfin, alat operasi, P3K perban, dan alkohol" Aiden langsung mengambil kunci mobil dari kantong dokter tersebut lalu ia tersenyum. "Kita dapet mobil" Eva hanya berdehem.

"Kita bicarakan masalah ini kalo udah keluar dari sini, no debat, no talking" Eva mengangguk. "Lepas baju armor yang di kaki kamu dulu" Aiden mengangguk lalu ia melepaskan armor di kakinya dan memasang perban, "aku gak tau apa yang kamu pikirin tadi, tapi kamu bisa aja kebunuh" Aiden mengangguk.

"Emang itu caranya. Kalo... aaaa..." Aiden menatap Eva tajam, "bisa gak sih yang namanya pelan-pelan" Eva menghembuskan nafasnya kasar, "no talking, no debat sebelum kita keluar dari sini" Aiden menghembuskan napasnya lalu ia menatap ventilasi di atas atap infirmary. "Ini bakalan cepet kok, kita bisa istirahat" Eva mengangguk. "Kamu siap?" Eva mengangguk. Aiden membantu Eva naik ke bangkar pasien lalu ia merasakan bangkar tersebut berderit.

"Kamu makan apa, kok tambah kurus?" Eva langsung menaiki pundak Aiden lalu ia menggeser tutup ventilasi nya lalu mengulurkan tangannya, "daripada kamu tambah berat?" Aiden langsung naik ke samping kanan lalu ia menutup tutup ventilasi nya lalu ia menghembuskan nafasnya lega.

"Aku bisa istirahat dengan tenang" Aiden memejamkan matanya lalu ia menatap Eva, "aku..." Aiden menyuruh Eva untuk diam, "dokter! Dokter! Kau tidak apa-apa!?" Aiden memberikan Eva isyarat untuk diam, dan mereka merangkak perlahan.

,

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.