Chereads / The Lost City Stories / Chapter 10 - Chapter 10: Dubai Heat (Part 2)

Chapter 10 - Chapter 10: Dubai Heat (Part 2)

Dubai, UEA 2020 AD

Jennie, Aiden, dan Robert berjalan menuju lobby Burj Khalifah dan mereka bertiga menatap ke sekeliling mereka dan ia melihat Philip yang menjabat tangan tamu yang datang di acara tersebut.

"Testing, satu, dua, tiga" Aiden berdehem dan ia melihat Kelvin yang sedang berkumpul bersama keluarganya, "gimana keadaan lo?" Kelvin hanya menghembuskan napasnya kasar, dan melihat orang tuanya yang tertawa bersama kolega nya.

"Bosen" Aiden yang berpakaian seperti bodyguard yang di acara tersebut langsung menghentikan tamu yang akan masuk ke dalam acara lelang tersebut. "Gue liat mantan lo di atrium barat" Aiden menghembuskan napasnya kasar.

"Biar aku yang menghadapinya" Robert berjalan menghampiri Pacar Author yang kini berdiri di bar, "wiski" Robert menghembuskan napasnya kasar. "Dengar, apa yang kau lakukan di sini?" Robert menatap Eva yang kini menatapnya, "dia tidak ingin bertemu dengan mu paham? Apa kau tidak mengerti bahasa manusia nona?" Eva hanya diam menatap Robert.

"Robert?" Robert tersenyum dan menggandeng tangan Jennie, "denger baik-baik ya? Aiden gak bakalan balik ke lo, dia udah bahagia sama orang lain!" Jennie langsung menodong pistol dan membuat seluruh orang yang ada di sekitarnya langsung menatap Jennie takut.

Seluruh bodyguard langsung mengelilingi Jennie, "apa kau gila!?" Jennie mengusap telinganya dan melirik Robert. "Geli anjir! Jangan deket-deket!" Jennie masih menatap Eva. Jennie langsung menunjukkan lencana milik Eva yang ia ambil dari dalam handbag miliknya.

"Eva Sudrajat, anda kami tangkap atas penyalahgunaan senjata tajam. Anda memiliki hak untuk tetap diam. Apa pun yang Anda katakan dapat dan akan digunakan untuk melawan Anda di pengadilan. Anda memiliki hak untuk seorang pengacara. Jika Anda tidak mampu membayar seorang pengacara, seseorang akan ditunjuk untuk Anda" Robert menghembuskan napasnya lega karena Jennie hampir membuat keributan dan berujung membongkar penyamaran mereka.

Salah satu bodyguard menghampiri Jennie untuk membantu mengamankan Eva. "Thanks" Aiden berpura-pura tidak sengaja menabrak salah satu bodyguard yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"eafwan" Aiden mengambil kartunya diam-diam lalu ia berjalan menghampiri ruangan server. "Gue udah di posisi, kak Jen?" Aiden menatap Philip yang sedang berjalan memberikan tour kepada se-kelompok Triad. "Ada Ms. Xin Jun" Aiden mendengkus kesal.

"Aiden fokus!" Aiden menghembuskan napasnya kasar lalu ia masuk ke dalam ruang server dan melihat ada CCTV kamera yang mengawasinya, "gue masuk ada CCTV di dalem" Jennie masuk ke dalam van dan menghembuskan napasnya kasar.

"Ganggu aja mantan lo, njir!" Jennie hanya mendengkus kesal karena ia mendengar suara Aiden yang tertawa. Jennie mengawasi luar van dan menghembuskan napasnya kasar. Ia melihat Eva bingung karena ia mencarinya. "Gue udah matiin seluruh CCTV" Aiden langsung mentancapkan flashdisk dan meregangkan otot-ototnya yang kaku.

"Gue butuh waktu agak lama buat nge-nonaktifin pengaman nya" Kelvin menghampiri salah satu penjaga yang berdiri di samping pintu lalu ia menghembuskan napasnya gugup. "E-excuse me, sir?" Salah satu penjaga menghampiri Kelvin.

"There's an…" seluruh orang berteriak karena mereka mendengar suara tembakan senjata otomatis. Kevin langsung menunduk dan berjalan menuju ruang server. Aiden yang ada di dalam ruang server mendengar suara tembakan senjata otomatis dan teriak kan seluruh tamu terdengar dari dalam ruangan server tersebut. "Aiden, gue harap.." Aiden mengeluarkan pistol dan memeriksa amunisinya.

"Gue denger kok" Aiden bersembunyi di balik pintu dan menghembuskan napasnya. Pintu terbuka, Aiden masih berusaha untuk tidak menimbulkan suara, "ruang server, aman" Aiden megambil kesempatan tersebut untuk melumpuhkan orang di depannya dengn mengapit kepalanya dari belakang hingga orang tersebut pingsan.

"Aiden? Lo gapapa?" Aiden menatap Kelvin sambil menghembuskan napasnya berkali-kali. "Tentara bayaran" Aiden langsung menggeret kedua lengan orang tersebut ke pojok ruangan lalu ia menghembuskan napasnya kasar.

"Lo keluar" Kelvin menggelengkan kepalanya, "Kelv, ini bahaya!" Kelvin menghembuskan napasnya kasar. Aiden memberikan pistol miliknya dan mengambil senjata otomatis orang tersebut.

"Gue gak tau apa yang harus gue lakuin" Aiden menghembuskan napasnya kasar dan menatap Kelvin kesal. "Diem di sini, paham!? Kalo gue suruh keluar hati-hati" Kelvin hanya menganggukkan kepalanya dan diam.

"Kelvin? Aiden sama lo?" Kelvin hanya diam dan menatap Aiden yang memberikan isyarat kepada Kelvin untuk memberitahu kepada Jennie untuk mengawasinya lewat CCTV.

"Aiden keknya nyuruh lo buat…. ngawasin?" Aiden menganggukkan kepalanya, "ngawasin lewat mana?" Aiden menunjuk CCTV yang ada di ruangan. "CCTV?" Aiden menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan pisau tactical dari sarung yang terletak di panggulnya.

"Gue bakal cari siapa dalang nya, gue harap lo awasin CCTV di tempat acara dan Robert gue harap dia udah ngambil artefakna sama Philip. Jennie hanya berdehem dan menghembuskan napasnya kasar karena ia melihat Eva yang kini sedang berdiri memunggungi van.

"Mantan lo emang stalker" Jennie langsung mengambil hapenya dan menatap tajam Eva dari CCTV. Robert dan Philip langsung masuk ke dalam brankas dan menatap Obsidian Blade yang terpajang di dalam kaca pelindung.

"Jadi belati itu… memang ada" Robert dan Philip masih terpana melihat Obsidian Blade, "heh! Sadar!" Robert menggelengkan kepalanya dan ia memasukan belati tersebut ke dalam sebuah peti kayu lalu ia measukannya ke dalam tas ransel.

"Hey!" Para bodyguard yang menjaga brankas tersebut langsung mengeluarkan baton yang beraliran listrik dan menatap mereka, "Philip, apa kau bisa…" Philip melonggarkan dasi nya lalu ia melepas jas nya. Philip melemparkan jas nya ke kepala salah satu bodyguard lalu ia meninju perutnya.

"Bela diri" Philip merebut baton dari tangan bodyguard tersebut dan menyerang bodyguard yang lain dengan lihai. Robert hanya diam dan terpana melihat keturunannya sangat mahir dalam urusan mereka masing-masing.

"Napa bengong?" Robert masih tidak percaya dengan apa yang ada di depannya, Philip langsung mengambil jas nya dan menyetrum ketiga bodyguard hingga pingsan, "Ini jas mahal, gue hampir jual ginjal buat beli yang beginian" Philip menarik lengan Robert yang masih terpaku dengan kemahiran nya.

"Keluarga Anderson setelah itu hidup di jalanan dan mereka bangun semuanya dari nol, setelah keluarga Clemont merenggut semuanya. Kalo mereka bilang keluarga kita adalah keluarga para kriminal? Mereka bener, mereka yang buat kita jadi kriminal, kecuali keluarga dari Aiden" Robert hanya diam.

"Sebenernya ada apa sih!? Kok Sam bisa ngebunuh King Arthur?" Robert masih diam, mereka menaiki lift dan tiba-tiba lift yang mereka naiki langsung berhenti. "Jennie!?" Philip menghembuskan napasnya kasar dan meninju pintu lift.

Robert hanya diam dan menatap ke atap lift lalu ia menghembuskan napasnya, "bantu aku untuk membuka pintunya" Robert langsung membuka pintu lift tersebut dan mereka menghembuskan napasnya kasar.

"Tembok" Philip menatap ke atap lift tersebut dan menatap Robert, "bantuin gue naik" Robert menghembuskan napasnya kasar dan membantu Philip untuk membuka hatch lift tersebut.

Aiden dan Kelvin kini bersembunyi di balik salah satu vas kayu di atrium tersebut. Kelvin mengintip lalu ia kembali menyembunyikan dirinya, "la mushkila" Aiden mengerutkan kening nya, "kenapa?" Kelvin memelankan suaranya.

Aiden tidak menjawab pertanyaan Kelvin lalu ia menggunakan kain sorban untuk menutup mulutnya dan mengangkat Kelvin, "ikut aba-aba…" suara tembakan sniper terdengar dan Aiden menggeram.

"Jennie!? Lo…" Jennie tidak menjawab pertanyaan Aiden karena ia sibuk menembak para tentara bayaran tersebut, "cepet lari!" Aiden menggeram lalu ia mengaktifkan kembali aliran listrik yang ada di gedung tersebut. Ia menuruni tangga darurat dengan Kelvin melewati pintu belakang dan ia melihat Larry menodong pistol di wajahnya, "lo…" tanpa basa-basi Larry menyerang Aiden.

Aiden mendorong Kelvin ke samping membuat dirinya membentur dinding keras, "masih 78 lantai lagi anjir" Aiden menendang tangan Limario dan senjata api yang di pegangnya jatuh ke bawah.

"Gue gak akan pernah biarin lo idup…" Larry yang ingin menyerang Aiden, langsung pingsan dan ia melihat Eva memegang fire extinguisher dan menatap Aiden. "Bisa gak kamu jangan…" Kelvin menggeplak kepala Aiden dan mendengkus kesal.

"Masih baik di selametin bangke! Udah ayok ini banyak tangga kan ya?" Kelvin langsung menarik lengan Author kesal. Kelvin menengok ke belakang lalu ia mendorong Eva yang hampir memukul Aiden menggunakan fire extinguisher malah mengenai kepalanya.

"Kelv!" Aiden menggeram lalu ia menggendong Kelvin di punggungnya lalu ia turun menggunakan gerakan parkour, "Lo jangan tutup mata" Aiden menengok ke belakangnya dan ia melihat Eva mengejar dirinya.

Robert dan Philip menuruni tangga darurat dari dalam lift dan melihat salah satu pintunya terbuka, "akhirnya" Philip dan Robert mendengar suara mesin lift menyala lalu ia mereka menghembuskan napasnya lega.

"Baiklah, Philip. Lebih baik kita istirahat dulu" Philip menganggukkan kepalanya dan mereka berdua langsung membuka paksa pintu lift. Suara teriakan datang dari salah satu turis yang menatap mereka dengan kaget.

Robert dan Philip langsung mendorong wanita tersebut ke dalam tangga darurat dan menatapnya, "do you have phone, ma'am?" Wanita turis tersebut tidak menjawab, "answer us or…" Philip menunjukkan baton yang ia bawa.

Wanita tersebut langsung memberikan hapenya kepada Philip lalu ia megambilnya, "selamat malam" Philip langsung memukul tengkuk wanita turis tersebut dan pingsan. Philip memencet nomor telpon yang sudah ia hafal di kepalanya sambil menunggu orang tersebut mengangkatnya.

"Halo?" Philip tersenyum lalu ia menatap Robert, "kita di lantai…" Philip menghembuskan napasnya kasar, "pokoknya bagian hotel, Jen. Gue gak tau kenapa alat komunikasi kita gak bisa nyambung" Jennie mengerutkan keningnya.

"Maksud lo?" Jennie langsung mengotak-atik komputernya dan suara ledakkan dari dalam Burj Khalifah terdengar membuat seluruh tim berhenti melakukan aktifitasnya. Aiden menggunakan kesempatan tersebut untuk masuk ke salah satu lantai dan ia melihat ruangan kerja dan para pekerja langsung di evakuasi.

"Think Aiden" Aiden melihat jendela dan tali milik pekerja konstruksi yang panjang lalu ia menghembuskan napasnya kasar dan melihat Kelvin yang pingsan di punggungnya. "Gue bakalan cari cara buat bisa lepas dari kejaran dia. Gue mohon bertahan" Aiden langsung melaksanakan rencananya.

Robert, dan Philip langsung menaiki helikopter yang di kendarai oleh Sarah. Jennie menatap keduanya dan menatap satu sama lain, "Aiden mana?" Philip dan Robert menatap Jennie bingung, "kita ngiranya dia sama lo kok" Jennie mendengkus kesal. "Gue gak bisa ngehubungin kalian karena ada yang aktifin jammer!" Philip menggeram kesal.

"Gak usah bacot kalian noh!" Sarah menunjuk Aiden yang sedang terjun dengan Kelvin di punggungnya, "itu kan…" Jennie langsung mengambil sniper miliknya dan mengarahkannya ke Eva.

Aiden yang mendengar suara helikopter menghampirinya langsung menghembuskan napasnya lega namun, ia menatap Eva yang turun menggunakan talinya. Aiden langsung menembak kaca dan masuk ke dalam salah satu ruangan kosong dan menghembuskan napasnya lega.

"Gue untungnya di di pertengahan" Aiden melepaskan pengaman nya dan menurunkan Kelvin dan menyandarkan nya. "Aiden!" Aiden memberikan isyarat untuk menjauh lalu ia berjalan keluar menuju lobby.

Philip langsung melompat dan menggendong Kelvin yang sedang tidak sadarkan diri, lalu ia melihat Eva. "Lo… jangan deket-deket Aiden, atau lo gue berhentiin secara paksa" Philip langsung mengeluarkan baton yang ia rebut tadi sambil menatap tajam Eva.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.