Chereads / The Lost City Stories / Chapter 9 - Chapter 09: Dubai Heat (Part 1)

Chapter 9 - Chapter 09: Dubai Heat (Part 1)

Washington DC, United States of America 2020 AD

Aiden langsung membuka pintunya lalu ia melihat Eva yang sudah mengenakan seragam formal US Army, "kamu tau kan? Kalo misalnya aku gak boleh ngomong sama kamu tanpa didampingi pengacara?" Aiden melihat ke arah tangan Eva lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.

"Kamu bener-bener pangeran" Aiden mengangguk, "masalahnya Buckingham Palace gak terima apa yang kamu dan Larry lakuin ke aku, kamu bisa dihukum mati kalo di Inggris udah, dan untungnya mereka masih mau ngasih keringanan buat kamu" Aiden ingin menutup pintu namun ditahan oleh Eva.

"Kenapa kamu sembunyiin identitas kamu sebenernya!?" Aiden menghembuskan nafasnya kasar, "denger, aku gak mau jawab" Eva menggeleng, "aku pengen denger alasan kamu apa itu salah!?" Aiden mengangguk. "Kamu gak nerima aku apa adanya, Eva. Kamu gak pernah mau nerima aku yang hanya arkeolog, aku sering pergi ke luar negeri, apa itu juga salah?" Eva hanya diam.

"Aku menetap di Indonesia, bukan karena aku menghindar dari kamu, Karena kau gak mau ketemu kamu, kamu yang suruh aku pergi kenapa harus balik ke aku? Dan ditambah kamu tau siapa aku. Prince of Wales, aku sayang sama kamu, tapi..." Aiden menggelengkan kepalanya. "Maaf aku gak bisa jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya, walaupun nantinya aku bakal ada pendamping lagi, aku mohon dengan sangat kamu jangan ganggu aku" Aiden menutup pintunya lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.

.

.

.

.

.

.

Aiden berjalan keluar di dampingi para pengawal, pengacara, Kelvin, Keith, George, Robert, Jennie dan Sarah dari gedung pengadilan, para wartawan yang menunggu dirinya untuk menghadap publik melambaikan tangannya dan ia berdiri di podium yang sudah disediakan.

"Selamat siang semuanya" Aiden melegakan tenggorokan nya dan ia menghembuskan nafasnya kasar, "saya menerima permintaan maaf dari pemerintah United State of America, dan semua orang yang terlibat saya harap dapat hukuman yang setimpal" Aiden dan rombongannya langsung berjalan menuju mobil yang terparkir agak jauh dari courtyard.

"Enak anjir, naik limo" Kelvin hanya memutar matanya malas lalu ia menghembuskan napasnya dan menatap Aiden, "lo gapapa?" Aiden menggeleng, "gue gapapa" Aiden menegakkan badannya lalu ia menatap Robert. "Philip hari ini ke sini buat nge-check kondisi lo, dia tadi WA gue" Aiden mengangguk. "Lo bakal punya mempelai yang lebih sempurna, Aiden. Gue gak akan spoilerin namanya, tapi dia nanti yang bakal jadi ratu selanjutnya" Aiden hanya tersenyum miris.

"Lebih baik kita fokus ke tahap selanjutnya, aku sangat merindukan Elizabeth" Aiden mengambil kacamata nya lalu ia mengulurkan tangannya ke Jennie, "gue pinjem hape lo dong" Jennie menatap Aiden, "dia gak akan berhenti sampe lo balik ke dia, tapi gue saranin coba deh ganti nomer" Aiden mengangguk.

Jennie langsung memberikan hape nya lalu ia membuka browser, "gue punya petunjuk tentang pedang yang ditemuin sama Sarah" Aiden langsung menunjukkan gambarnya lalu ia menscroll hape ke bawah, "gue..." Aiden menghembuskan napasnya kasar lalu ia menatap Jennie, "lo mendingan jawab" Aiden mereject panggilannya lalu ia menulis pesan kepada Eva. "Done!" Aiden langsung menonaktifkan hape nya lalu ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Mendingan kita lanjut pas sampe di hotel aja deh" Robert mengangguk. "Itu adalah ide yang bagus" Aiden mengembalikkan hape milik Jennie lalu ia memejamkan matanya.

.

.

.

.

.

.

Aiden langsung menempelkan sebuah foto belati yang diletakkan di atas peti kayu lalu ia melegakan tenggorokan nya "ini adalah obsidian blade yang di curi di tahun 1801 oleh John Anderson" Aiden langsung menempelkan foto John, "John siapa dah?" Seluruhnya menatap Robert, "dia adalah paman tiri ku" Aiden mengangguk. "Dia adalah... pendiri Clemont" Robert mengangguk.

"Lalu apa hubungannya dengan ketiga benda yang kita miliki?" Aiden menggaruk rambutnya, "pedang, belati, dan tabung, semuanya berasal dari satu suku, yaitu Olmec" Aiden menempelkan sebuah artikel di dinding kamar hotel yang disewanya, "Apa kau tau siapa itu Olmec?" Aiden mengangguk. "Menurut Wikipedia, The Olmecs were the earliest known major Mesoamerican civilization. Following a progressive development in Soconusco, they occupied the tropical lowlands of the modern-day Mexican states of Veracruz and Tabasco. It has been speculated that the Olmecs derived in part from the neighboring Mokaya or Mixe–Zoque cultures" Kelvin mengangguk.

"Apa kau tau apa itu Wikipedia?" Kelvin menatap Keith lalu Keith menatap George, "apa kalian bisa memberitahu kepadaku apa itu Wikipedia?" Kelvin menghembuskan nafasnya kasar, "buku ensiklopedia online gratis, dan anak SD jaman sekarang kalo nyari makalah di Wikipedia" Robert mengangguk. "Kau tahu, di zaman ku kami selalu pergi ke perpustakaan jika ingin mengerjakan tugas, mengapa di zamanmu kalian begitu malas!?" Kelvin menyenggol Keith.

"Apaan sih anjir!?" Keith menggaruk rambutnya lalu ia mengendik kan bahunya, "nih ada lagi" Aiden menghembuskan napasnya kasar, "The Olmec civilization, located in ancient Mexico, prospered in Pre-Classical Mesoamerica from c. 1200 BCE to c. 400 BCE. Monumental sacred complexes, massive stone sculptures, ball games, the drinking of chocolate, and animal gods were all features of Olmec culture passed on to those peoples who followed this first great Mesoamerican civilization" Aiden meminum air mineral nya, "With their heartlands in the Gulf of Mexico (now the states of Veracruz and Tabasco), Olmec influence and trade activity spread from 1200 BCE, even reaching as far south as present-day Nicaragua. Many Olmec sites suffered systematic and deliberate destruction of their monuments sometime between 400 and 300 BCE" Aiden meletakkan laptop nya lalu ia menghembuskan napasnya kasar.

"Apa kalian dari sini ada yang ditanya kan?" Kelvin mengangkat tangannya, "intinya aja coba" Aiden mengangguk. "Olmec ada suku Mesoamerican yang hidup pada tahun 1200 SM sampai 400 SM. Pusat mereka berada di Gulf of Mexico, lebih tepatnya Veracruz sama Tabasco. Bukan Tabasco loh ya, inget TABASCO" Kelvin mengangguk. "Ya Tabasco kan sambel" Kelvin menghembuskan nafasnya kasar lalu ia menatap Robert.

"Aku pernah melihat belati itu, Sam pernah bilang jika belati itu adalah belati sakti yang dapat memberikan kekuatan, apa namanya, Ob..." Aiden mengangguk, "Obsidian Blade?" Robert mengangguk, "kau benar, Obsidian Blade" Aiden menghembuskan napasnya, "kita bakalan berurusan dengan dua suku kayanya" seluruh penjuru mata menatap Aiden.

"Lalu apa kau punya jalan keluar, dan apa kau tahu dimana Obsidian Blade berada?" Aiden mengangguk. "Gue ada info kalo misalnya kita bisa liat Obsidian Blade itu di Dubai" Kelvin menatap Aiden, "jangan bilang lo..." Aiden mengangguk.

"Dengerin gue baik-baik!" Aiden menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu ia menghembuskan nafasnya kasar, "tugas arkeolog gak nemuin barang terus tarok di museum doang, tapi ngejaga peninggalan para pendahulu, dan juga memberantas kejahatan seperti menghentikan pencurian terus jual di pasar gelap" Kelvin mengangguk. "Kalo mereka ngejual ke orang baik, mereka ngepanjangin doang, lah kalo ke tangan orang jahat?" Keith mengangguk.

"Abang gue nih!" George menggeplak kepala Keith, "ngaku-ngaku abang, mirip juga kagak" Kelvin menghembuskan nafasnya kasar, "lalu apa rencanamu?" Aiden mengusap dagu nya.

"Gue kekurangan orang, tapi bentar lagi orangnya dateng" Robert mengangguk. "Apa kau tahu lebih tepatnya dimana acara itu diselenggarakan?" Aiden mengangguk. "Al - Burj Khalifah" seluruh orang yang di ruangan menatap Author, "Bu... apa?" Aiden menatap Keith, "itu adalah gedung tertinggi di Dubai. Pemandangan nya bagus sih, tapi ya... gitu serem" Aiden mengangguk. "Liftnya banyak resepsionis nya ada dua" Robert mengerutkan kening nya.

"Apa kau pernah kesana?" Aiden menggeleng, "belom, kalo ke Afrika gue bolak-balik, ke Dubai-nya yang belom pernah" Kelvin menghembuskan nafasnya, "to the point aja" Kelvin menegakkan badannya, "Obsidian Blade sering digunakan di acara ritual keagamaan" Aiden menghembuskan napasnya, "Bloodletting was the ritualized self-cutting or piercing of an individual's body that served a number of ideological and cultural functions within ancient Mesoamerican societies, in particular the Maya. When performed by ruling elites, the act of bloodletting was crucial to the maintenance of sociocultural and political structure. Bound within the Mesoamerican belief systems, bloodletting was used as a tool to legitimize the ruling lineages' socio-political position and, when enacted, was important to the perceived well-being of a given society or settlement" Robert mengangguk.

"Gue gak tahan liat video nya tapi gue bakalan bacain gimana mereka ngelakuin nya" Robert mengangguk, "Bloodletting was performed by piercing a soft body part, generally the tongue, and scattering the blood or collecting it on amate, which was subsequently burned. The act of burning the sacrificed blood symbolized the transferral of the offering to the gods via its transformation into the rising smoke. Piercing was accomplished using obsidian prismatic blades, stingray spines, or shark's teeth. Under some circumstances, a rope with attached thorns or obsidian flakes would be pulled through the tongue. Jade or stone spines and teeth have been found in the archeological record. Some of these jade artifacts have rather dull points but might have been used once the initial cut was made, or might purely be ritualistic objects not used in actual bloodletting.The location of the bloodletting on the body often correlated with an intended result or a corresponding symbolic representation. For example, drawing blood from the genitals, especially..." Aiden langsung menunjuk ke ke selangkangan nya.

"Would be done with the intent of increasing or representing human fertility" Robert mengangguk, "intinya adalah..." Aiden menghembuskan napasnya, "bloodletting adalah acara keagamaan" Kelvin mengangguk, "tapi kenapa kau menunjuk ke..." Aiden hanya tersenyum. "Karena ini bahasanya 18+ paham?" Robert hanya mengangguk, "lalu bagaimana?" Aiden menghembuskan napasnya.

"Kita benar-benar harus mengambil Obsidian Blade tersebut, Aiden. Kau benar, jika itu adalah satu-satunya cara, agar bisa membawa ku kembali, aku akan melakukannya" Kelvin mengangguk. "Robert bener, kalo misalnya hanya ada satu cara, kenapa kita gak ngelakuin?" Aiden mengangguk-anggukan kepalanya, "malam ini kita berangkat ke Dubai" Aiden mendengar suara pintu kamar hotel nya yang di ketuk.

Aiden menatap ke sekeliling nya "ada yang pesen room service?" Robert menggeleng, "kalian bertiga?" Keith, George, dan Kelvin menggeleng, "Aiden langsung menyembunyikan pistol miliknya lalu ia membuka pintunya, "hey, aku... bisa masuk?" Aiden menghembuskan nafasnya lega.

"Maaf aku lagi gak enak badan, mendingan besok aja lagi ke sini, aku sibuk" Aiden menutup pintunya lalu ia menghembuskan napasnya. "Kita berangkat ke Dubai malam ini, gue bakalan telpon resepsionis dan gue harap kalian rahasiain kepergian kita ke Dubai" Kelvin, Keith, dan George mengangguk.

Dubai, EUA 2020 AD

Aiden meregangkan otot-otot nya yang kaku lalu ia menatap Robert dan Kelvin. "Denger, kita ke sini bulan mau wisata gue gak mau ada yang gak nurut sama gue. Kalian bertiga gak nurut apapun itu alasannya, gue kirim paksa ke Indonesia, paham!?" Kelvin, Keith, dan George mengangguk lalu Aiden menghembuskan nafasnya.

"Aiden melambaikan tangannya lalu ia tersenyum melihat Philip yang mengenakan suit dan kacamata hitam, "kalian perkenalkan dia adalah Philip, dia punya reputasi baik di bisnis dan pasar gelap. Dia yang bakalan bantuin kita, dan dia adalah negosiator" Robert menjabat tangan Philip lalu ia menepuk pundaknya.

"Aku berharap kau lebih waras daripada adik-adik dan kakak perempuanmu, anak muda" Philip tersenyum, "emang gue yang paling waras kok" Philip memeluk Author erat lalu menepuk-menepuk pundaknya. "Gue berharap kejadian di Columbia buat jadi pelajaran jangan jadi gegabah di segala situasi, paham!?" Aiden mengangguk lalu ia tersenyum.

"Kita bahas misi ini, gue punya akses langsung ke brankas" Aiden menatap Philip, "brankas di Burj!?" Philip mengangguk sambil memakan kentang goreng nya, "karena pameran Obsidian Blade banyak banget loh, bahkan seluruh Mafia, Yakuza, dan Triad, intinya gue jadi penyelenggara di sana" Aiden mengangguk lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.

"Apa yang lo rencanain?" Aiden mengedikkan bahunya, "entahlah, gue berfikir buat ikut lelang" Philip menepuk pundak Aiden lalu menggeleng, "lo gak akan bisa ikut lelang karena lo harus masuk ke dalam daftar tamu VIP baru bisa ikut" Aiden mengangguk "gue gak bisa masukin lo karena lo bukan tim arkeolog yang ber" seluruh mata menatap Kelvin.

"Dia masuk ke daftar tamu VIP, dan bapaknya dia ada di sini" Aiden menghembuskan nafasnya kasar, "tapi lo juga bisa masuk lewat Jennie" Aiden mengangguk lalu ia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong. "Gue bakalan masuk lewat Jennie" Philip mengangguk lalu menghembuskan nafasnya kasar.

"Baiklah, kita istirahat dulu" Aiden langsung membuka bagasi mobil lalu ia menatap Philip, "lo mau ikut kita atau lo udah disediain hotel?" Philip menghembuskan napasnya "gue di kasih hotel" Aiden mengambil koper milik Keith, George, Robert dan Kelvin lalu ia memasukkan nya ke dalam bagasi. "Gue seneng lo baik-baik aja" Aiden tersenyum lalu ia mengangguk. "Makasih, Philip!" Aiden menepuk Pundak Philip alu ia mengangguk.

"Jemputan gue udah dateng" Aiden mengangguk lalu tersenyum, "yaudah selamat 'LIBURAN'" Kelvin menepuk pundak Aiden, "lo yakin dia yang paling waras?" Aiden menggeleng, "dia yang paling gila kalo udah megang remote control" Kelvin mengangguk. "Dah yuk, masuk!" Aiden berjalan menuju kursi pengemudi.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.