Bogotá, Colombia 2020 AD
Aiden, Kelvin, dan Robert langsung turun dari mobil yang mereka sewa lalu melihat ke sebuah mansion yang sedang di bangun, "ini rumah siapa?" Aiden memakai kacamata hitamnya lalu ia berjalan menuju bagasi dan menurunkan satu duffel bag berwarna hitam yang berisikan kokain.
"Lo gak akan ngejual gue kan?" Aiden menutup pintu bagasinya lalu ia menatap Kelvin, "gak kok, tenang aja" Kelvin menghembuskan nafasnya lega, "kalo gak nurut ya lo gue jual" Robert tertawa mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Aiden, "saranku, jangan kau pernah untuk melawannya" Kelvin hanya mendengus kesal lalu ia berlari mengikuti Aiden dan Robert.
Aiden, Kelvin, dan Robert langsung di todong senjata AK-47 oleh seluruh orang yang ada di depan mansion, "¿policía?" Aiden menggeleng dan ia langsung melempar duffel bag yang ia bawa lalu menghembuskan napasnya, "yo quería ver a mi hermana, Sarah Anderson" orang tersebut masih menodongkan senjata nya lalu ia mengambil perlahan tas tersebut dengan perlahan.
"¿Cocaína?" Aiden menganggukan kepalanya, "sí, cocaína" penjaga tersebut langsung menurunkan senjata nya. Suara heels memasuki gendang telinga Aiden, Kelvin, dan Robert. "bienvenido a mi casa, mi hermano" Aiden langsung memeluk Sarah dengan erat lalu mereka tertawa bersama, "lo ke Columbia kok gak bilang? Kalo tau gitu gue jemput lo, daripada lo disambut kek gini" Aiden tertawa kecil lalu ia menghembuskan nafasnya kasar. "Gue gak mau ngerepotin lo abisnya. Sarah langsung menatap Robert lalu ia tersenyum.
"Itu buyut kita?" Aiden tersenyum, "itu buyut kita" Sarah langsung memeluk Robert erat, Robert hanya mengangkat tangannya karena ia bingung apa yang harus ia lakukan, "apakah di zaman kalian berpelukan adalah hal yang wajar!?" Aiden mengangguk, "kalo sesama keluarga mah gapapa, kalo dulu mungkin... gak wajar" Robert hanya mengangguk. Sarah langsung melepaskan pelukan nya lalu ia menatap Kelvin. "Halo?" Sarah mengangguk lalu ia menjabat tangannya.
Aiden menggaruk alis nya, "oh ya, ini namanya Kelvin, dia yang gue bilang waktu itu, di chat yang anak tunggal atlet anggar Indonesia yang tahun lalu dapet medali emas" Sarah mengangguk, "salam kenal, abang gue sering nyusahin lo gak pas latihan?" Kelvin menggeleng, "gak kok" Sarah menatap Aiden. "Gue yakin dia pasti balik ke lo" Aiden menghembuskan napas nya kasar, "jangan di bahas" Sarah mengangguk, "Lo udah pada makan?" Mereka bertiga menggeleng.
"Maaf gue lupa" Sarah langsung menyuruh ketiga tamunya untuk mengikutinya, "maaf kalo rumah gue masih berantakan, sebenernya gue gak pindah cuman renovasi, soalnya kemaren abis kena baku tembak sama polisi sini. Beruntung gue sama Carmilla selamat" Aiden mengangguk. "Lo sih, gak hati-hati" Robert dan Kelvin hanya diam dan menyimak apa yang mereka bicarakan.
Aiden, Robert, dan Kelvin langsung duduk di sofa ruang tamu dan ia melihat foto keluarga yang di taruh di dinding ruang tamu. "Lo masih di pasang aja, punya gue udah gue turunin" Kelvin dan Robert langsung melihat ke belakang mereka, "kau adalah pangeran?" Aiden hanya tersenyum miris, "dulu nya" Aiden langsung duduk dan menghembuskan napasnya. "Gue cuman punya bukti ini" Sarah langsung meletakkan sebuah kotak besi di coffee table lalu ia membuka tutup kotak tersebut, "banyak banget, lo mulai investigasi kapan?" Sarah menatap Robert yang juga ikut mencari, sementara Kelvin masih melihat-lihat sekitarnya.
"Dan sebenarnya, gue mau nunjukin sesuatu ke kalian" Ryujin mengambil sebuah kotak berbentuk persegi panjang lalu ia menaruhnya di coffee table lalu ia membuka tutup nya, "itu..." Sarah mengangguk, "ini adalah The Blood Sword, pedang ini dibuat pada masa pemerintahan Raja Acan" Aiden mengangguk. "Raja Acan adalah raja paling jahat di era suku Maya, dia kejam dan haus akan darah, dia memerintahkan Xbalanque sang pandai besi untuk membuatkan nya sebuah senjata yang tidak terkalahkan" Robert memejamkan matanya.
"Aku pernah melihat pedang itu" Robert langsung berdiri, "aku melihat pedang itu saat Sam menyerangku! Aku ingat sekarang" Aiden tersenyum, "gue juga dapet Tube of Doom, Sarah" Aiden melihat Carmilla yang membawa banyak sekali belanjaan kebutuhan sehari-hari, "sayang? Mereka siapa?" Aiden langsung menghampiri Carmilla dan ia tersenyum. "Gengs, kenalin ini calon tunangan gue, namanya Carmilla Sebastian, anak dari... petani Sean Sebastian yang gue ceritain kapan hari, kakaknya Charlotte Sebastian..." Aiden mengangguk.
Aiden menatap Kelvin dan Robert, "Carmilla, ini yang tinggi ini Robert, yang pendek namanya Kelvin" Robert langsung mengangguk, Carmilla menatap takut keduanya, "jangan takut Carmilla, gue... orang baik, sama kaya Robert" Robert mengangguk. "Kalian nginep dimana?" Aiden menatap ke dua orang di belakangnya, "kita nginep di hotel, kenapa? Emang lo mau nampung?" Sarah menggeleng, "gue gak punya kamar lagi juga" Aiden menghembuskan napasnya, "lo kenapa gak bilang kalo mau ke sini?" Aiden menatap Sarah, "gue mau kasih surprise ke lo, karena gue sebenernya kasih lo hadiah" Sarah tertawa kecil.
"KOKAIN!" Aiden dan Sarah tertawa, "dah yuk, gue mau liat-liat rumah lo sekalian gue mau liat buku kas lo" selagi Aiden berbincang kepada adiknya, ia langsung duduk kembali lalu ia melihat klip berita. "Jack Anderson itu siapa?" Sarah dan Aiden menatap Kelvin, "Robert 'Jack' Anderson Sr. Bapaknya Robert" Robert mengangguk. "Orang-orang memanggil ayahku dengan sebutan Jack karena ia bertubuh besar seperti kakekku, Jack" Kelvin mengangguk.
"Dia meninggal karena kecelakaan?" Sarah hanya diam lalu ia menatap Robert, "mau gue ceritain?" Robert mengangguk, "ayahku meninggal dalam kecelakaan, yang artinya roda kereta yang ia naiki terlepas dan menyebabkan kecelakaan, ia terlempar dan..." Aiden menepuk bahu Robert. "Gue yang lanjutin, penyelidikan bilang kalo Jack Anderson meninggal di tempat sama Anne Anderson. Ada yang bilang, kalo Jack Anderson dibunuh" Robert mengangguk.
"Dan yang ngebunuh adalah Sam Anderson" Robert menatap Sarah, "apa kau bilang!? Sam membunuh kedua orang tua ku?" Sarah mengangguk, "gue bisa ngebuktiin perkataan Sam yang menurut gue mencurigakan pake banget" Aiden mengangguk setuju, "Gue sama Aiden nyelidikin ini dari beberapa bulan lalu" Kelvin mengangguk. "Apa ada sangkut paut nya dengan kejadian itu?" Aiden mengangguk. "Bokap nyokap lo kan arkeolog" Robert mengangguk, "apa..." Robert merasakan kepalanya sakit lalu Aiden dan Sarah menahan tubuhnya. "Kelvin, lo tel..." Sarah menggeleng.
"llama al doctor Alexander!" Aiden langsung mengeluarkan hape sekali pakai nya lalu menelpon dokter yang dimaksud, "gak ada sinyal! Gue ke depan dulu" Aiden langsung berlari keluar lalu Kelvin membantu Sarah untuk mendudukkan Robert yang sedang merasakan kepalanya sangat pusing, "ini air teh nya" Carmilla langsung membantu Robert untuk meminum teh yang diberikan untuknya. "Udah?" Robert menghembuskan napasnya kasar lalu ia menatap Sarah.
"Aku merasakan sakit teramat sangat di kepalaku, entah kenapa" Sarah mengangguk lalu ia membaringkan Robert di sofa, "Carmilla sayang, tolong ambilin selimut ya?" Carmilla mengangguk lalu ia pergi ke kamar tamu untuk mengambil selimut, Aiden menghembuskan nafasnya kasar. "Alexander bakalan telat ke sini" Sarah mengangguk.
"Tapi Alexander udah di jalan, sekarang lo gue minta tenang jangan panik. Lo udah ketemu Jennie?" Sarah menganggukkan kepalanya, "dalam beberapa hari lagi, dia dateng kesini sama yang lain buat ngebantu, gue sebenernya gak yakin hari ini bisa jalan mulus, secara lo taukan kakak tiri lo yang satu kena pembebasan bersyarat?" Sarah menghembuskan nafasnya kasar lalu ia menatap Aiden.
"Berapa lama emang nya dia di penjara?" Aiden tersenyum, "empat tahun doang sih, karena dia berperilakuan baik, jadi di cepetin keluarnya" Aiden meminum teh hangat, "beda ya? Yang kangen rumah kemana-mana minumnya Sariwangi" Sarah tertawa kecil. "Dah beli Sariwangi" Aiden tertawa kecil. "Bahasan mereka membuatku pusing" Kelvin hanya tersenyum lalu mengangguk.
.
.
.
.
.
.
"Buyut, makan ini, gak ada kokain nya, asli" Sarah menghembuskan nafasnya kasar, "Carmilla sayang, kamu bisa makan sup nya gak?" Carmilla menatap Sarah, "bukannya Sarah bilang ini hanya untuk Robert?" Sarah tersenyum, "aku akan makan jika Carmilla yang menyuapiku!" Sarah mendengus kesal, "Carmilla kamu mau nyuapin Robert?" Carmilla menggeleng, "noh makan aja napa sih!" Robert duduk lalu menatap Sarah, "kau sudah bersikap tidak sopan terhadap buyut mu..." Carmilla langsung memeluk Sarah erat, "eh?" Carmilla menatap tajam Robert sambil mengeluarkan air mata.
"Lo sih, dia itu trauma, buyut" Robert langsung menurunkan pedangnya, "keluarganya dibunuh, bukan gue yang bunuh tapi nya!" Robert mengangguk, "gue ngeliat dia di rumah lelang, jadi gue beli dan gue bebasin, tapi dia gak mau, dia maunya ngikut gue, karena dia gak punya siapa-siapa kecuali gue" Sarah mengusap rambut Carmilla.
"Gue jatuh cinta sama dia, dan akhirnya dia jadi ratu, di sini" Kelvin masuk bersama Aiden lalu ia menaruh sebuah kotak di kasur Robert. "Gue nemu ini" Aiden langsung membuka kotak tersebut.
Sarah langsung menghembuskan napasnya, "gue siap membantu penyidikan kalian di sini, tapi gue mau ada timbal baliknya" Aiden mengangguk, "gue tau jangan disebutin" Sarah tersenyum, "lo emang abang pengertian banget" Aiden langsung menatap Robert, "woy! Lo ngapain?" Aiden langsung menatap Robert yang sedang mengusap foto Elizabeth.
"Elizabeth... aku merindukan mu" Robert langsung menghembuskan nafasnya. "Sabar ada masanya lo balik ke tahun lo dan mulai semuanya kembali sama Elizabeth" Sarah langsung mengeluarkan map berwarna biru, yang berisi tentang kecelakaan yang yang dialami oleh orang tua Robert dan Sam, Aiden langsung melihat hape nya. "Gue keluar sebentar" Carmilla menatap Sarah lalu ia mencium pipinya.
"Bagaimana kalian bisa... saling jatuh cinta? Jika kau berada di tahunku, kau akan dibakar hidup-hidup seperti King Henry VIII" Sarah mengangguk, "lo belom tau 1959 ya?" Robert mengerutkan kening nya, "tahun 1959?" Sarah mengangguk, "tahun 1959, pokoknya ntar gue ceritain, lo bisa tanya Google" Robert hanya mengangguk lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.
"Lalu apa kalian mempunyai rencana untuk mengakhiri semuanya?" Sarah mengangguk, "Aiden nyuruh kita kembalikan ketempat asalnya" Robert mengangguk "apa lo tau dimana tempatnya?" Sarah mengangguk, "gue gak yakin kota itu ada atau gak, yang pasti gue gak yakin nemu, cuman dia yang bisa nemu" Robert mengerutkan keningnya, "memang dimana kita harus mengembalikan pedang dan tabung itu?" Sarah menyuruh Kelvin dan Robert mendekat.
"El Dorado" Robert langsung menatap Sarah tajam, "apa kau gila!?" Sarah menggeleng, "gue gak gila, dan itu adalah usul Aiden" Robert langsung membaca artikel yang dipegangnya, "sudah berapa lama kau menyelidiki ini semua? Bahkan Scotland Yard telah angkat menangani kasus kematian kedua orang tua ku" Sarah langsung menghembuskan nafasnya kasar. "Aiden yang mulai ini semua, semenjak dulunya dia jadi pangeran. Hal pertama yang dia lakukan adalah mencari kebenaran yang ditutupi oleh kebohongan. Dia sudah mendapatkan pelakunya" Robert menatap Sarah.
Kelvin mengangguk, "gue liat coretan ini sebelumnya pas main ke rumahnya dia" Kelvin menghembuskan napasnya, "Sam adalah pelakunya, buyut" Robert menatap Sarah, "atas dasar apa kau menuduh Sam adalah pelakunya?" Sarah menghembuskan napasnya lalu ia memberikan sebuah artikel yang disimpan, "ini adalah pernyataan resmi dari officer Henry Campbell dan James Delorand" Robert mengambil kertas tersebut.
"Aku..." Sarah menepuk pundak Robert, "tenang, ini semua bisa di putar balikan, tapi akan ada sedikit, ketidak mulusan karena kita bakalan nyelidikin El Dorado, gue bakalan bantu lo karena gue hapal Columbia" Robert mengangguk. "Terima kasih" Robert memeluk Sarah lalu ia melepasnya.
"Sarah!" Aiden langsung mendobrak pintu kamar lalu menatap ke seluruh orang yang ada di dalamnya. "Rumah lo mau di grebek, kita gak bisa diem disini terus" Sarah langsung menatap Aiden. "Siapa yang mau menggerebek, kita!? Kita gak ada transaksi apa-apa!" Aiden menggeleng, "FBI, Larry dan Eva. Mereka mengincar lo, karena mereka berdua ngincer gue, mereka gak tau kalo gue di sini" Sarah menatap Aiden "biar gue yang nge handle mereka, lo sama anak buah lo lebih baik pergi dari rumah ini" Sarah langsung menggeleng. "Gak! Gue gak akan biarin lo sendiri" Aiden langsung menatap tajam Sarah.
"Dengerin gue, yang terpenting sekarang keselamatan lo, Kelvin dan Robert. Gue yakin ada yang ngaduin lo, dan itu bukan Carmilla, tapi jendral lo sendiri. Gue udah bunuh dia buat lo" Sarah menatap mata tajam Author, "gue mau kali ini aja, serahin ke gue" Sarah langsung memberi isyarat kepada anak buahnya untuk pergi berkemas. "Jangan mati sebelum gue yang bunuh lo, paham!?" Aiden langsung tersenyum remeh, "cepet, 45 menit lagi. harus kosong" Sarah langsung mengangguk.
.
.
.
.
.
.
Nyon, Switzerland 2020 AD
Sarah, dan Carmilla langsung disambut hangat dengan para penghuni bengkel tersebut, "Sarah, gue kangen adek laknat gue yang satu ini" Sarah menatap Jennie sedih, "Aiden mana?" Sarah hanya diam, "di-dia..." Jennie menatap Kelvin, "lo tau dimana dia!?" Keith dan George langsung menghampiri mereka, "FBI menangkapnya, Jennie. Larry dan Eva" Jennie menggeram, "kenapa gak ada yang berani bilang! Terus gimana! Ini udah berapa hari dia ilang kontak!?" Sarah memeluk Jennie dan menangis. "Aiden bilang, dia janji gak akan mati, kak Jen. Dia udah janji" Jennie memeluk Sarah erat.
"Dengarkan aku baik-baik, dia adalah tentara terlatih bukan? Dia hebat, kan? Apa kalian pernah melihatnya terluka!? Apa pernah kalian melihatnya ia mengecewakan kalian semua!?" Semuanya diam, "aku muak dengan ini! Aku tidak terima Larry menangkapnya dengan alasan yang tidak jelas!" Robert menghembuskan napasnya.
"Terus apa yang mau lo lakuin? Kita balik ke Columbia!? Lo pikir muka gue gak bakalan muncul di berita!?" Carmilla langsung mengusap punggung Sarah, "KALIAN BISA GAK SIH GAK USAH DEBAT KAYA GINI!? PUSING TAU GAK DENGERNYA!" Seluruh pasang mata menatap Kelvin, "denger, gue tau Aiden kaya apa. Gue di sini juga ikut bersalah" Kelvin menghembuskan napasnya, "kita diem? Kalo gue jadi kalian gue bakalan gunakan koneksi gue buat cari Aiden. Gak debat kaya gini!" Robert menghembuskan nafasnya kasar. "Kau benar, seharusnya kita tidak berdebat seperti anak kecil yang kehilangan mainan nya" Robert menggaruk kening nya, "Keith, George, dan Jennie kalian akan pergi ke Columbia hari ini juga! Aku tidak ingin cucu ku kenapa-kenapa. Apa kau bisa menggunakan senjata?" Jennie mengangguk. "Baiklah, kau lebih baik ikut dengan mereka" Jennie mengangguk. "Gue ikut kalo gitu" Sarah mengusap rambut Carmilla, "kamu di sini aman, sama mereka, dan mereka orang baik" Carmilla mengangguk.
Unknown Place, Columbia 2020 AD
Aiden mengerjapkan matanya lalu ia menatap Eva yang sedang ada di depannya "halo... uhuk" Aiden terbatuk lalu ia mengeluarkan smirk nya, "kalo kamu mau ngomong tentang dimana Sarah, aku gak tau dia dimana" Eva menatap mata Author lalu melepaskan ikatannya, "dimana Sarah, Aiden!? Aku jamin kamu akan kebal sama hukum" Aiden langsung menatap dingin Eva.
"Aku lebih baik mati, Eva" Eva langsung memukul perut Author, "dimana Sarah Anderson!" Aiden menggeleng lalu ia berdiri dan menghembuskan napasnya. "Aku gak akan kasih tau dimana" Eva mengambil baseball bat lalu ia memukul Perut Aiden, Aiden langsung jatuh berlutut sambil memegang perutnya, "jawab pertanyaan aku, Aiden Anderson!" Aiden hanya tertawa lalu ia terbatuk, "aku gak akan jawab, karena aku gak akan pernah mau ngadu dimana adek aku. Aku bukan kamu yang selalu cari muka dan mau dapetin kedudukan sampe harus nyakitin orang lain" Aiden langsung dibantu duduk oleh Samuel dan Daniel. "Dimana Sarah Anderson!" Aiden mengedikkan bahunya.
Daniel langsung memukul pundak Author menggunakan baseball bat lalu suara langkah kaki menggema ke seluruh ruangan, "kalian keluarga para kriminal, gak pantes buat hidup!" Aiden langsung tersenyum mengejek, "seenggaknya gue gak akan pernah ngomong atau ngadu sekalipun" Larry langsung tersenyum remeh lalu menginjak lutut Author yang cedera, "oke, kalo ini yang lo mau" Larry langsung menyuruh anak buahnya untuk membawa Author ke sel tahanan.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.