Aiden menatap Robert bingung, "kau harus membantuku untuk kembali ke tahun 1802 sekarang!" Robert langsung mengacungkan pedangnya tepat di leher Aiden, "jika kau mencoba membohongi ku, kau akan ku penggal!" Aiden melihat Robert dengan tatapan yang mengejek. "Silahkan, bunuh gue sesuka lo! Mau di penggal, mau dicincang, pokoknya terserah lo! Gue udah gak mau idup lagi, buat apa gue takut ama yang begituan" Robert menatap tajam Aiden lalu ia mengangguk. "Baiklah jika itu mau mu" Kelvin langsung menahan tangan Robert yang ingin menghunuskan pedangnya ke jantung Aiden.
"Udah-udah, lo gak usah jadi provokator deh! Kita dateng ke sini punya niat baik, bang. Gak mau baku hantam"Aiden menghembuskan nafasnya kasar. "Denger, gue butuh bantuan lo karena gue cuman kenal lo. Lo doang arkeolog yang bisa bantu" Aiden menyilangkan kakinya lalu ia menyandarkan punggungnya lalu ia menutup seluruh badannya menggunakan selimut. "C-cuman lo harapan satu-satunya, bang. Gue bakalan bantuin lo balikan" Aiden menatap Kelvin malas, "jangan buat harapan gue tambah besar. Lo tau hal itu gak mungkin terjadi" Keith menepuk pundak Kelvin lalu ia menggelengkan kepalanya.
"Bukunya di meja, lo bisa ambil buku gue" Kelvin berjalan menuju meja belajar Aiden lalu ia mengambil buku catatan nya, "buka halaman 43" Kelvin mengikuti arahan Author lalu ia menghembuskan napasnya, "gue gak bisa baca tulisan lo" Author mendengkus kesal lalu dia menyuruh Kelvin menghampirinya. "Gue yakin abis ini dia mohon-mohon sama lo" Aiden mendengkus kesal lalu ia memunggungi Kelvin, Robert, dan Keith. "Kepala gue pusing!" Keith menahan pundak Kelvin lalu ia menepuk bahu Robert.
"Jangan lupa matiin lampu, dan tutup pintunya! Lo pada udah ganggu waktu gue tidur!" Robert langsung menghampiri Aiden lalu Keith menahan pundaknya, "jangan bunuh dia! Kalo lo bunuh dia, lo gak akan bisa pulang dan lo bakalan tinggal di sini selamanya, lo mau gak ketemu Elizabeth?" Robert menghembuskan napasnya kasar, "Aku harap kau dapat tidur dengan tenang dan lelap" Aiden hanya berdehem lalu ia memejamkan matanya. Keith, Robert, dan Kelvin berjalan perlahan lalu Keith menutup pintunya dengan sangat pelan.
"Lo sih, udah dibilang jangan bawa-bawa dia jadi dia nya gak mood kan! Lo harus di bilang berapa kali sih baru ngerti!?" Kelvin menggaruk rambutnya, "gue keceplosan, gue gak ada maksud" Kelvin menatap buku yang ia pegang lalu ia menghembuskan napasnya, "terus gimana?" Keith mengedikkan bahunya. "Robert" Robert menatap Keith dan Kelvin bergantian. "Lo udah ada di masa depan, jadi gue pengen lo ngerti satu hal" Keith menghembuskan napasnya, "lo itu kau, dan gue itu aku. Lo bisa pake bahasa formal, tapi sebisa mungkin lo ngerti yang gue bilang, paham?" Robert mengangguk. "Aku mempunyai nilai sempurna di seluruh mata kuliah ku" Kelvin memutar matanya malas.
"Dan ini" Kelvin langsung mengeluarkan iPhone X miliknya, "ini jangan sampe ilang, ini hape lama gue iPhone X. Gue bakalan kasih mandat ini ke Keith dan George yang bakaln ajarin lo gimana caranya make ini hape" Robert langsung mengambil hape nya dan menatapnya dengan seksama. "Oh ya, lalu apa yang kita lakukan hari ini?" Kelvin menghembuskan nafasnya, "yang akan kita lakukan adalah nyusul George di mall" Robert menatap Kelvin bingung.
"Mall?" Kelvin menghembuskan nafasnya kasar lalu ia mengambil hape yang ada di kantongnya, "oke, Google, apa arti dari mall?" Kelvin menyuruh Robert untuk diam, "Mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada di antara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan" Robert mengangguk. "Mengapa Google sangat pintar?" Kelvin menghembuskan nafasnya kasar. "Dia itu AI" Robert menatap Keith.
"AI? Apa itu AI?" Kelvin hanya tersenyum lalu ia menepuk-nepuk bahunya, "tugas lo, pangeran!" Keith hanya memutar matanya malas.
.
.
.
.
.
.
Kelvin, George, dan Keith hanya menatap Robert yang mengambil banyak setelan, kemeja, jam tangan dan beberapa pasang sepatu "duit gue bisa abis kalo dia belanja nya banyak banget kek gini" Keith hanya mengangguk setuju, "sayang, udah selesai belanjain Robertnya?" Esther mencium pipi Kelvin, "tuh liat" Robert langsung menghampiri Kelvin yang sedang menatapnya malas, "mengapa di zaman mu laki-laki suka sekali memakai warna merah muda? Kau tahu, jika di zaman ku laki-laki sangat menyukai warna gelap seperti hitam, coklat tua, dan abu-abu" Robert yang mengenakan kemeja merah muda dengan setelan berwarna biru dongker, membuat seluruh pegawai dan pengunjung wanita mencoba untuk mengambil foto dirinya. "Coba si Robert belom nikah udah aku jadiin selingkuhan" Keith hanya menahan tawa nya, "untung Rene gue gak gitu" Jade memeluk Robert dari belakang. "Kalo gitu kelakuan Rene gak diterima sama orang-orang yang di kerajaan, Keith" Robert melihat Jade yang sedang memeluknya dari belakang.
"Can you marry me?" George langsung menarik Jade "dah kamu nikah sama aku aja" Robert langsung mengulurkan tangannya dan menatap Kelvin "mana uangmu?" Kelvin mengerutkan kening nya, "lo malak gue!?" Robert menghembuskan napasnya, "aku tidak mengerti apa yang kau katakan, lebih baik kau serahkan dompetmu!" Esther langsung mengambil dompet Kelvin di saku celana jeans belakangnya lalu ia memberikannya kepada Robert.
"Mengapa kau tidak mempunyai uang di dompet mu? Lalu apa ini?" Kelvin langsung merebut dompetnya sebelum Robert merusak tatanan kartunya dan mengambil Platinum Card nya. "Ini namanya kartu ATM, lo bisa tanya Google nanti" Robert mengangguk.
"Dah, mana sini barang lo! Gue yang bayar" Kelvin berjalan ke kasir dan langsung membayarkan belanjaan milik Robert, "total nya seratus tiga belas juta lima ratus ribu rupiah, ada member card nya?" Kelvin langsung memberikan kartu member nya, "selamat anda mendapatkan diskon sebesar 70%, apa anda ingin menggunakannya sekarang?" Kelvin mengangguk. "Jadi seluruhnya menjadi tujuh puluh sembilan juta empat ratus lima puluh ribu rupiah" Kelvin menghembuskan nafasnya lega.
Robert langsung melihat toko buku yang berada di seberang toko tersebut. "Robert!" Robert tidak menghiraukan panggilan Kelvin dan ia masih berjalan menuju salah satu rak buku yang menjual buku-buku tua namun sudah di sampul modern. "Ada yang bisa saya bantu?" Robert langsung mengambil buku bagian atas dan membuka plastik nya, "maaf ya mbak, saya beli bukunya"Keith langsung memberikan plastik nya, "saya yang bayar" Keith langsung berjalan menuju kasir untuk membayar buku yang dipegang oleh Robert.
"El Dorado?" Robert langsung membolak-balikan halaman demi halaman dan menggeram, "aku perlu bertemu dengan teman mu yang tadi" Kelvin menghembuskan nafasnya kasar lalu ia menatap Robert, "gue ngomong sama Esther dulu, ya? Penting" Robert mengangguk. "Lebih baik kau berbicaralah dulu, aku akan mencari alat untuk menulis" Keith yang melihat Robert langsung menghembuskan napasnya.
"Sayang, bang Aiden gimana keadaannya?" Kelvin menggelengkan kepalanya, "hey.." SinB hanya diam, "aku gak tau harus gimana lagi" Esther langsung mengangguk."Aku disini, dengerin aku" Kelvin menatap lekat mata Esther, "aku gak akan biarin Aiden bunuh diri" Kelvin hanya mengangguk "apa kalian sudah berbicara nya?"Kelvin dan Esther menatap Robert, "Udah selesai?" Robert mengangguk, "kau tolong bawa plastik ini, sisanya pangeran Keith yang membawa sisanya" Kelvin merasakan tangan kirinya berat "ayok, tolong antar aku ke tempat teman mu itu!" Kelvin hanya diam dan berjalan mengikuti Robert menuju tempat parkir.
.
.
.
.
.
.
Aiden menghembuskan nafas nya lalu ia menyandarkan punggungnya di armchair, "gue udah bilang ke kalian kalo gue mau istirahat" Kelvin meletakkan buku tua yang mereka beli di Gramedia. "Aku mohon, bantulah aku" Aiden menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "gue gak mau. Mood gue udah di ancurin!" Kelvin menghembuskan nafasnya kasar, "baiklah jika kau tidak mau membantuku" Robert menatap tajam Aiden.
"Jangan salahkan aku dia akan ku bunuh di hadapanmu. Aku akan menggorok lehernya menggunakan pedang" Aiden langsung berdiri dan ia menatap tajam Robert, "jangan lo sentuh dia atau gue bunuh lo" Keith, George, dan Kelvin langsung memisahkan Aiden dan Robert yang akan bertarung.
"Bang Aiden! Gue mohon lo tenang dulu!" Aiden menatap Esther yang sedang menatapnya khawatir, "Robert minta bantuan lo beneran, dengerin dulu penjelasan dia nanti lo terserah mau lanjut bantu atau gak, yang pasti gue pengen tau, Apa yang dibilang sama Robert waktu itu beneran atau gak?" Esther mendudukkan Aiden yang masih menatap tajam Robert. "Masalahnya pacar lo udah bikin mood gue berantakan hari ini!" Kelvin menghembuskan napasnya, "gue minta maaf, bang. Gue jujur keceplosan" Aiden menghembuskan napasnya.
"Ikut gue" Aiden langsung berjalan menuju sebuah rak buku lalu menarik tuas yang menyerupai lampu tembok, "Keith, abis ini lo lo bayar 5 juta ke George" Keith hanya memutar matanya malas. "disini gak ada sinyal telpon biasa kecuali sinyal WiFi" Robert langsung mengerutkan kening nya. "WiFi?" Keith langsung menggaruk rambutnya.
"Jaringan internet, bedanya dari perangkat yang namanya router" Aiden langsung membuka pintunya dan menyalakan lampunya, "jangan buat kotor dan jangan berisik gue gak mau buku-buku, manuscript tua gue rusak sama tangan kalian" Aiden menggunakan sarung tangan lalu ia menyalakan pendingin ruangan dan jaringan WiFi nya. "Kalian mau cari apa?" Author langsung mengeluarkan MacBook Pro dan menyalakan nya.
"Aku ingin mencari informasi tentang benda tabung yang diperoleh oleh Sam, aku masih mengingat bentuknya" Aiden menyunggingkan senyuman nya, "maksud lo adalah, The Tube of Doom?" Robert menatap Author, "dari mana kau mengetahui itu?" Author menghembuskan nafasnya lalu ia berjalan menuju rak yang penuh dengan koleksi artefak.
"Bentuknya kaya gini?" Aiden menunjukkan tabung yang dimaksud oleh Robert. "K-kau memilikinya?" Aiden mengangguk, "dari mana kau mendapatkannya?"Aiden langsung menghembuskan nafasnya kasar, "gue pergi Columbia" Robert yang ingin mengambil tabung tersebut langsung ditahan oleh Kelvin. "lebih spesifik, gue gak tau apa-apa disini" Aiden menghembuskan nafasnya kasar, "gue gak tau tiba-tiba aja pas gue jalan ke hutan, tabung ini langsung gelinding ke kaki gue. Gue waktu itu sama tim yang lainnya lagi jelajah" Kelvin mengangguk. "Gue selidiki lebih dalam lagi, gue nemu ini" Aiden menunjukkan foto dari Christopher Columbus Journal.
"On October 11, 1492, an unknown light was sighted during the first voyage of Christopher Columbus by some crew members of Santa Maria, Pinta and possibly Niña shortly before the landing on Guanahani, yang sekarang jadi kepulauan Bahamas"Aiden menunjukkan peta pulau Bahamas. "Mungkin yang gue pegang saat ini adalah aslinya, atau replika gue gak tau yang pasti The Tube of Doom ini adalah benda yang berbahaya, sebelum waktunya tiba lo bisa ngelakuin apa aja termasuk ngerusak tatanan waktu!" Robert langsung menggeram.
"Lalu bagaimana kita akan pergi ke Guanahani?" Aiden langsung menghembuskan nafasnya kasar. "Lo perlu time machine" Aiden memakai kacamata nya lalu ia mengetik sesuatu di searching bar MacBook miliknya.
"H.G. Wells?" Robert langsung membuka bukunya, "H.G. Wells, dia lahir pada tahun 1866 meninggal pada tanggal 13 Agustus 1946. Salah satu karyanya yang terkenal adalah The Time Machine. Dan ada prototype di bukunya. Gue gak bisa jelasin bagaimana gambarannya tapi gue bisa tulisin buat kalian" Aiden menyeret kursi lalu ia duduk di depan MacBook miliknya.
Kelvin menatap Robert "gue harap lo sabar ngadepin dia" Robert mengangguk. "Ini, udah gue print beserta bahan-bahan yang lo perlukan" Kelvin hanya mengangguk. "Aku berhutang kepada mu, anak muda" Aiden meminum whisky yang ada di dalam sebuah botol aluminum kecil miliknya, "aku akan berdoa kepada Tuhan akan kau akan bersatu dan kembali dengan wanita yang kau cintai" Aiden menghembuskan nafasnya kasar. "Jika Tuhan mendengarkan kata-katamu saat ini, maka aku sedang tertidur. Aku adalah domba yang sudah kehilangan arah, jika kau mendoakan ku, aku sangat berterima kasih. Tapi jika aku mendengarkan kata-katamu dengan keadaan sadar, aku berharap Tuhan mendengarkan doa mu, Tuan Anderson" Kelvin hanya terdiam.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.