Segera ia gapai loker bertuliskan namanya dibelakang kelas dan mengacak acak segala isi loker tesebut.
"Mana sih cermin." Ucapnya.
Dari buku,lks, boneka, gantungan kunci ia tak menemukan cermin.
"Loker gue perasaan kek sampah, kertas kertas gak jelas semua." Leya terus mengacak ngacak dan membongkar lokernya sampai ia menemukan sebuah cermin kecil berbentuk bulat dengan hiasan kuno dipinggirannya.
"Ini dia." Leya duduk dikursinya sambil bercermin.
"Muka gue, jerawat,komedo,pori pori besar, bekas cacar, kusam,kering dan paling parah bekas luka ini." Leya menelisik seluruh lekuk wajahnya. Ia tepokus pada bagian pipinya. Bekas goresan Panjang melebar diwajahnya adalah alasan ia membenci melihat wajahnya sendiri.
"Jadi inget witta, dia apa kabar yah?"
Semua murid sudah mulai banyak yang berdatangan dan memenuhi kelas, termasuk nayeon yang duduk sebangku dengannya. Leya tersenyum menatap nayeon yang cantik.
"Pagi nay noy." Sapanya.
"Pagi juga markonah,gimana semalem? Bukunya seru gak?" tanya nay setelah sampai dikursinya.
"Seru banget, gue-"
"Tunggu dulu,sebelum itu gue mau tanya yang lain." Tanya nay mengahadapnya dengan tatapan serius membuat sedikit hati leya insecure dengan paras nayeon yang sempurna,dari bentuk mata, hidung,warna kulit yang kontras, bibir ranum, hingga rahang yang pas dengan wajahnya.
"Kenapa?" tanya leya memalingkan wajahnya.
"Lo yang semalem kenapa, setelah beli buku pangeran salju itu lo jadi aneh tahu gak? Tapi untungnya sekarang lo udah balik keasal lagi sih." Nay bersedekap dada memandang leya mengangguk angguk.
"Gue kenapa emang? Gue baik baik aja kok." Jawabnya polos.
"Heuhh,percuma kalo ditanyain juga, pasti jawabnnya begitu. Udah lah ganti topik. Buku yang lu beli ceritanya seru gak? Atau belum lu baca?" tanya nay.
"Seru banget! Gue baru baca bab satu. Tapi, udah kebawa drama banget nyet." Jawab leya antusias.
"Jinjja? Seriusan? Oh my god. Gue ntar ikut baca dong." Sahut nayeon dengan gaya nya.
"Alay amat lu nay noy." Leya terkekeh.
"Nay noy nay noy,nay aja napa gak usah ada noy nya." Nay mendelik.
"Hehe,abisnya cocok banget ama body lu, kek bebek muara buahahahaha.." leya tertawa bersandar pada kursi miliknya.
"Sial, bebek muara. Gue serius, cerita nya gimana?" nay menggeplak kepala leya barulah leya berhenti tertawa.
"Haish sakit, lo mukul kayak tangan cowok." Sahut leya mengusap kepalanya.
Terlihat nay meminta maap tak berselang lama seorang guru masuk kekelas mereka untuk memulai pelajaran pertama.
"Shhtt.." nay berbisik.
"Ley." Panggilnya pelan.
Leya menoleh malas, ia sudah tahu maksud tujuan pemikiran satu makhluk ajaib ini. "Apaan?" jawabnya pelan tak didengar guru didepan kelasnya.
"Kuy." Ujarnya menunjuk jendela terbuka disamping nya dengan sebuah pulpen.
Tempat duduk bereka berdua terbilang paling pojok dan dekat dengan jendela, akan sangat mudah bagi mereka untuk mengucapkan. "Bolos?" tanya leya. Nay mengangguk.
Dari tempat berbeda, seorang pria berusia 20 an berjalan membawa koper dibandara sendirian. Tubuh nya yang atletis, wajahnya yang tampan serta rupawan dipadu dengan warna kulit putih susu membuat keberadaanya paling mencolok dari beberapa orang disekitarnya.
"Akhirnya sampai, Indonesia." Ucapnya menghembuskan napas lega.
"Tuan mudaa?!" panggil seseorang dari kejauhan berjalan cepat kearahnya.
"Tuan muda akhirnya sampai, kenapa tidak mengabari? Untung saja ada seseorang mengabari bahwa tuan akan mengunjungi Indonesia. Dari situ kami langsung bergegas menjemput tuan muda." Sahut seorang pria tampan berpakaian formal.
"Siapa yang memberi tahumu? Aku merasa tak memberi tahu siapapun.kecuali..,kakek?"
"Iya tuan,sebaiknya tuan segera kemobil sebelum ada orang mengenali tuan."
Tanpa pikir Panjang, laki laki tinggi itu mengangguk dan mengiyakan dan pergi Bersama orang yang memanggilnya tuan bernama Ter.
"Gila sih ini,makan bakso dikantin saat pelajaran bu gondrong guru killer. Gak kebayang gue kalo ketahuan." Sahut nay mengaduk kuah bakso panas didepannya.
Leya sedikit melirik dan terkekeh, "lagian lu ada ada aja ngajak bolos jam pertama." Leya mempoto mangkok bakso nya dikamera handphone miliknya.
"Bodo amat, yang penting gue bisa jajan tanpa harus ngantri." Sahut nay, leya terkekeh.
"Owh jadi disini kalian ya." Ujar seseorang dibelakang mereka berdiri dengan menolak pinggang.
Suara bariton yang sangat leya dan nay kenal semenjak daftar disekolah SMP mereka kini membuat bulu kuduk nay dan leya berdiri kaku seketika, mereka berdua saling pandang lalu perlahan menengok kebelakang.
"Eh ibu hehe." Sapa nay tersenyum.
Leya menatap wajah nay melotot, ada ada saja ia bercanda saat genting seperti ini.
"Kenapa kalian bisa ada disini? Coba jelaskan!" tukas guru bernama marimar itu.
Leya dan nay spontan berdiri dan berhenti mengunyah bakso. "K-kami..kami lagi..lagi apa ya ley?" tanya nay menyenggol lengan leya sambil mengedipkan sebelh matanya.
Leya yang bingung dengan tingkah nay hanya memiringkan kepala dan menganggaruk dagu tak gatal.
"Lagi apa kalian dijam pertama saya, JAWAB?!"
"Kami lagi.." sahut nay tegantung menyenggol kakai leya.
"Leya Sayang, ibu tanya sama kamu. Kalian ngapain dikantin hem?" tanya bu marimar selembut mungkin.
"Makan bakso." Jawab leya polos.
Nayeon menepuk jidat dan melihat kearah bu marimar yang wajahnya sudah memerah menahan emosi. Leya dan nay serta ibu ibu dikantin seketika menutup kuping mereka rapat rapat.
"BERDIRI JEWER KUPING KALIAN DIBAWAH BENDERA SAMPAI PELAJARAN SAYA HABIS!!" Teriak bu marimar.
"Kita kena hukum bu?" tanya leya.
"BUKAN,SAYA NYURUH KALIAN TIKTOKAN! Ya tuhan kenapa aku memiliki murid seperti ini." Jawab bu marimar kesal.
"Kita berdua bukan tiktoker bu, ibu salah orang deh kayaknya iya kan nay?." Jawab Ley, orang yang ditanya hanya menampilkan wajah memelas.
"Maksud ibu, iya kamu dan temanmu kena hukuman wahai murid mulyaku." Guru tersebut tersenyum melotot.
"Makasih bu.tapi, kenapa saya sama temen saya dihukum?" tanya leya masih terlihat bingung.
"Ley, cabut yuk. Capek gue ley please." Ujar nayeon pura pura sedih.
Leya menatap wajah nay kasihan, kembali leya melihat bu marimar yang masih setia melototi meeka berdua seperti Hulk.
"Kenapa bu?" Tanya leya kembali.
"Kamu itu di didik sama siapa si bisa secerdas ini?" Tanya balik bu marimar.
"Sama ibu lah,orang ibu guru disini." Jawab leya santai.
"ALEYA GETHANAAAAA..NAYEON SEGERA LAKSANAKAN HUKUMAN KALIAN!!" Teriak bu marimar hingga ibu Marni pedagang gorengan dikantin tiba tiba tepar tak sadarkan diri.
Tanpa babibu,nay menarik tangan leya pergi dari kantin menuju lapangan sekolah mereka dengan berlari.
"Ajaib banget gue punya temen modelan lu." Ujar Nay berdiri dibawah tiang bendera sambil menjewer telinga nya sendiri ditemani leya dengan posisi sama.
"Gue ajaib? Lu kata gue ajaib?" leya mengerutkan keningnya memandang temannya itu.
"Gak papa ley." Nay tesenyum kecut prustasi.
"Gak jelas lu." Leya cemberut.
"Ngapain lu disini?" tanya nay pada siswa tak jauh dari mereka.
"Gue?" tunjuk nya pada diri sendiri.
"Iya elu ogeb. Ngapain disitu?" Nay.
"Nemenin Leya." Jawabnya yang membuat nay cengo.
"Gue gak perlu ditemenin ya maap." Leya mendelik.
Nay dibuat penasaran, ada hubungan apa sahabatnya itu dengan si tukang rajia kaos kaki.
"Dia siapa lo ley?" tanya Nay.
"Gak kenal gue." Jawab leya ketus.
"Hai,kenalin gue adeknya kak leya,cewek jelek ini." Jawab Levin tersenyum kearah nay.
"Sial!" Leya menendang angina kearah Levin adiknya dibalas kekehan tampan. Nay meminta penjelasan kearah Leya.
"Ntar gue jelasin." Ucap leya.
Tanpa ada yang mengira, ada seseorang memantau mereka dari jauh dan salah paham dengan apa yang mereka bicarakan. Tangan pria itu mengepal, gigi nya bergemelatuk menahan Cemburu.
"Owh jadi dia adek lu,terus kenapa gak pernah cerita sama gue nyet?" tanya Nay setelah hukuman mereka selesai. Kini mereka sedang berada duduk dikursi dilapang basket.
"Salah lu gak nanya." Jawab Leya menyeruput minuman kaleng ditangan kanannya.