"Lo! Lo yang buat kedua orang tua aleya meninggal!!" Arga menunjuk Jey menatapnya nyalang.
"Lo gila?!" Tanya Jey. "Sebelumnya gue memang nyuruh mereka untuk segera nyelesein masalah nya dengan saudara tiri Aleya.tapi,gue gak pernah ada niat untuk bunuh mereka." Sambung Jey berjalan ke arah Arga, kini jarak mereka hanya satu meter tak kurang.
Perkelahian terhenti sementara,semua orang menyimak pembicaraan kedua sejoli yang tengah mengadu argumen.
"Jangan so' belaga bego, selama ini gue udah liat lo terus merhatiin Aleya dari jauh, lo pikir gue gak curiga? Apalagi disambung kecelakaan orang tua nya yang tiba tiba." Sahut Arga menatap sinis.
"Bukti apa yang ngebuat lo berpikir itu adalah gue?" Tanya Jey setenang mungkin agar tak tersulut emosi.
"Gue gak perlu bukti untuk nuduh lo pelaku nya, karena gue yakin lo adalah dalang dibalik semua ini."
"Lo gak berhak nuduh gue tanpa bukti." Sela Jey tak terima.
"Lo sengaja kan jadiin keluarga gadis itu sebagai tumbal, karena lo tahu anak nya deket sama gue?" Arga.
Jey terdiam,perkataan Arga ada benarnya. Tapi,tak semua benar. Ia mendekati Aleya karena ingin membalas dendam sakit hati nya dimasa lalu terhadap orang didepannya kini.tapi,Sekali lagi Jey tak pernah berpikir untuk menyakiti mereka. Karena sebenarnya tanpa diketahui Arga,Ia masih satu darah dengan keluarga Getana.
"Kenapa diam?perkataan gue benar? Cih, Ini peringatan pertama dan terakhir,Berani lo deketin Aleya lagi? Gue gak segan segan hancurin sekolah busuk ini sampai merata dengan tanah!" Setelah mengatakan itu,Arga memberi signal pada teman temannya untuk berhenti dan Pulang.niat Arga hanya ingin membuat laki laki itu mengerti, bahwa Angkasa Arganta bukan lawan sebanding untuk nya,apalagi jika disangkut paut kan dengan Aleya,gadis yang akhir akhir ini membuat Jantung keturunan darah agrose berdebar.
Jey linglung, seseorang bernama Arganta itu telah mempontang panting sekolahannya Tanpa sisa. Ia melihat sekeliling, semua orng terluka parah.
Tidak ada yang berani menelpon polisi,karena ini menyangkut masalah pribadi anak pemilik sekolah dan Anak berketurunan darah dingin.
Semua orang tahu, bahwa Arga dan Jey dulunya adalah sahabat karib.tapi, karena sebuah insiden kecil mereka berdua saling menjauh terkhusus Jey yang menyimpan dendam pada Arganta.
"Sial!" Umpat Jey. Ia belum bertindak apa apa sudah diberi ancaman seperti ini.
"Bos, bos tidak apa apa?" tanya Bintang, salah satu anak buah sekaligus temannya.
"Urus kekacauan ini, Akan kuurus bocah tengik yang tak tahu apa apa itu." Titah Jey tiba tiba.
"Baik bos.tapi, sebaiknya bos hati hati. Sekarang ini salah satu Mafia Gartano tengah mengincar Gadis itu." Bintang Mewanti.
"Gartano?" Tanya Jey menatap panik anak buahnya.
"Benar bos, dia sudah tiba diindonesia belum lama ini. Kita harus cepat bertindak, sebelum Gadis itu jatuh di jebakan nya." Sahut Bintang.
"Tidak akan! Dia pikir gampang melewati ku? Akan ku pasang kepalanya di museum Markas ku. Bereskan semua ini, kita jalankan rencana nya sekarang." Jey mulai khawatir.tapi, ia sembunyikan dari anak buah nya.ia tak ingin dianggap lemah hanya karena seorang gadis.
"Baik bos." Bintang.
Jey pergi dari sekolah,kini tujuannya Adalah rumah Aleya, ia harus memberi tahu sesuatu yang selama ini ditutupi keluarganya.
"Sejak kapan kakak kenal sama cowok itu?" Tanya levin tiba tiba setelah tiba digarasi rumahnya.
"Cowok siapa maksud lo dek?" Bukan nya menjawab Leya justru kembali bertanya sambil membuka helmnya.
"Jey." Sahut Levin malas.
"Sejak..sejak kapan ya? Kakak juga gak tahu, udah eh gue capek pengen istirahat." Leya memberikan helm ungu itu pada Levin.
"Jawab dulu pertanyaan gue." Sahut Levin.
"Kita bicarain ini nanti, gue capek banget seriusan." Leya Pergi tanpa menghiraukan celoteh adiknya ke dalam rumah.
"Kak dengerin gue dong, sejak kapan lo kenal sama orang asing ituu kakak!" Levin mengikuti aleya sampai mereka di tangga.
"Duh levin berisik tahu gak?" Leya kembali berjalan.
"Gue ngomong itu dengerin kak,jangan mentang mentang gue adek lu terus lu seenaknya sama gue!" Levin berbicara sedikit meninggi pada kakak nya, Leya yang tadinya biasa saja, tersentak dengan bentakan adiknya.
Leya menoleh pada adiknya, kenapa semua orang seakan terkejut mendapati ia bertemu orang itu. Apa salah nya jika hanya bertemu? Lagi pula tak sengaja.
"Lo ngomong apa si? Memang nya kenapa kalo gue kenal sama dia?" Tanya Leya menatapi Levin risih.
"Gue saranin lo jauh jauh sama dia, gue gak mau sampai lo kenapa kenapa, Gue kayak gini karena sayang sama lo kak." Levin.
"Saran aja kan? Yang berhak nentuin berteman sama siapa aja itu gue. Jadi, mulai sekarang stop ngatur pergaulan gue,paham?" Leya berlari pergi meninggalkan levin ditengah tengah tangga.
"Gue cuman gak mau sampai lo tahu yang sebenarnya kak." Ucap nya Sendu menatap kepergian kakak nya.
"Gimana?" Tanya Nayeon didalam mobil, Ia sedari tadi menunggu Arga yang tengah mengkbrak abrik sekolah Darmawulan merasa penasaran.
"Sepertinya bukan dia pelaku nya." Sahut Arga Menyalakan mesin.
"Kok bisa? Bukannya orang yang kita suruh menguntit keluarga Leya bilang bahwa sebelum mereka pergi kedua orang tua leya bertemu dengan Jey?" Tanya Nay tak percaya.
"Gue tahu dia, gue bisa liat bohong atau nggak. Dari cara dia berpikir, dia juga ikut shok dengar orang tua aleya meninggal. Sepertinya dia justru baru tahu kabar itu." Arga melajukan mobilnya, mereka bersekongkol untuk memberi pelajaran pada Jey yang dituduh sebagai dalang dari kecelakaan orang tua leya.tapi, nyata nya salah besar. Untungnya, mereka berdua tidak memberi tahu rencana mereka pada aleya.
"Jadi, sekarang kita apakan si Jey itu?" Nay berpikir.
"Bentar,Lo berencana buat nyingkirin dia?" Tanya Arga kaget sambil memegang stir.
"Gimana kalo kita singkirin orang itu? Gue khawatir dia ngomong sesuatu ke aleya, apalagi sekarang dia udah nekat ngobrol berdua sama sahabat gue." Jawab Nay.
"Gak! Lo pikir gampang bunuh dia? Jey bukan orang yang gampang di musnahin kayak korban lo sebelumnya. Justru gue khawatir dia bakal balik nyerang kita. Untuk sekarang, kita butuh waktu leluasa tanpa masalah untuk lanjutin misi awal kita." Tolak Arga.
"Yaampun Angkasa, Sejak kapan lo jadi penakut? Kita keturunan Mafia berdarah dingin, gak pantas kita takut hanya karena Orang bernama Jey itu." Nay menepuk pundak Arga dua kali lalu tertawa kecil.
"Lo ngomong kayak gitu karena lo belum tahu sifat aslinya, Gue bukan takut.tapp-"
"Lambe mu nak, terserah lo aja gue ngikut." Nay mendelik.
'Pletak!'
Aleya menoleh kejendela, ia berniat memejamkan matanya untuk istirahat.tapi,terganggu dengan suara dentuman kecil dari arah kaca jendelanya.
"...." Aleya memperhatikan seksama jendela itu, tidak ada suara.
"Mungkin hanya perasaan ku saja." Ucap nya dalam hati lalu membaringkan tubuhnya diatas kasur putih.
'Pletak!'
Aleya membiarkan nya, ia tak mau acara tidur nya diganggu.tapi,tak lama kemudian suara dentuman kecil itu semakin banyak. Aleya mulai risih mendengarnya, ia hanya ingin istirahat.
'Pletak!!'
Kini Suara dentuman Itu sangat nyaring ditelinganya. Ia mulai merasa emosi dengan seseorang dibalik jendela itu.