Chereads / Rahasia dibalik mata / Chapter 18 - Bagian 18

Chapter 18 - Bagian 18

Langit menyadari sesuatu terjadi pada gadis itu dengan cepat menghampiri dan duduk disebelahnya, Ia keluarkan tisu putih dari saku nya guna mengusap air mata dipipi gembul gadis itu.

"Dia ngapain sih." Ucap Leya dalam hati deg deg an.

"Mm-mister.." Panggil Leya pelan.

"Shhhhtt.. Saya tahu kamu sedih." Tanpa diduga Leya ditarik oleh langit guru musik nya hingga mendapati rangkuhan hangat pria dekat nya kini.

Leya yang masih terpaku mengedipkan matanya dua kali lalu memberontak minta dilepas setelah sadar sepenuhnya.tapi, yang ia dapati kini justru membuat pelukan dari langit semakin mempererat melilit tubuh nya.

"Mister.." Bisik Leya menunduk menghadap dada bidang guru musik nya.

"Kamu boleh nangis dipelukan saya jika mau." Jawab Langit membisikkan nya pada telinga Leya yang membuat buku kuduk gadis itu berdiri sempurna.

Langit mengusap usap punggung gadis itu, jujur itu sedikit membuat hati nya lebih tenang dari sebelumnya, Leya memejamkan matanya menerima kenyamanan itu. Ia membenarkan posisinya mencari kenyamanan lebih dari seseorang didekatnya tanpa sadar.

Langit tersenyum melihat murid didik nya nyaman dalam pelukannya, Ia mencium aroma Vanilla disambut gadis itu,tanpa sadar ia terbuai dan memejamkan matanya menikmati.

"Makasih mister, udah mau anterin Leya sampai rumah dan.." Leya menunduk menatap sepatu kaki nya dibawah.

"Kenapa?" Tanya Langit.

"Maaf soal tadi hehe.." Leya Mendongak tersenyum canggung melihat orang didepannya kini.

"Gak papa kok, Saya senang menghabiskan waktu sama kamu." Sahut nya terkekeh mencubit pipi Leya gemas.

'Deg'

"Saya permisi mister, Sampai jumpa." Leya berlari kearah rumah sampai dia hampir tersandung dan masuk tak lupa mengunci pintu dari dalam.

Langit yang melihat kekenyolan murid didiknya tersenyum lebar menertawai. " Ada ada saja anak itu." Ucap nya lalu masuk kedalam mobil dan berlalu pergi meninggalkan garasi rumah keluarga bermarga Getana itu.

"Ya robb, Jantung Leya gak aman." Ucap nya dari balik pintu.

"Loh kak ngapain berdiri disitu?" Tanya Levin mengerutkan kening menatap aneh kakaknya.

"Gak." Jawab Leya singkat lalu berlari ketangga.

"Kak Hati hati, jangan lari lari woy..entar nyusruk mewek lagi lo aduh." Levin menepuk jidat nya melihat kelakuan kakak ajaib nya itu.

"Hah..malu banget gue Beuh.. Diem lu Jantung, Jangan ngajak gelud siang bolong lo ye, Dasar Jantung gak peka." Maki Aleya memukul pelan dadanya berkali kali.

"Kenapa kita tidak membunuh nya saja bos? Bukan kah itu lebih efektip ketimbang mengulur waktu." Tanya Bintang.

Jey,sosok pria yang ditanyai bintang nampak sedang menyesap rokok batang ditangannya, dikanan kiri nya dua orang wanita seksi meliuk liuk terlihat menggoda pria itu.

"Tenang Saja Bintang, Dia Memang Orang Yang Sangat Berbahaya Jika Dibiarkan.tapi, Satu Hal Yang Sepertinya Kau Lupa, Aku Jey keturunan terakhir keluarga Paito lebih berbahaya dari keluarga bernama Gartano." Jey tersenyum setelahnya.

Siapapun tahu kedua nama keluarga itu adalah Kelompok terkuat didunia Mafia, Paito dan Gartano tidak pernah akur dari jaman keturunan pertama. Siapa saja yang berani mengusik kehidupan mereka, dipastikan akan hilang tanpa jejak.

"Dan satu hal lagi bos," Bintang nampak ragu menjelaskan.

"Katakan saja." Jey menyeruput wine gold digelar kecil nya.

"Gadis itu..berpelukan ditaman tidak jauh dari sekolah nya bersama musuh bos." Ujar bintang tak berani menatap mata tuannya.

Jey meminum wine nya dengan tenang, ia tidak terkejut dengan informasi itu. "Memang nya kenapa, bahkan aku sudah melakukan yang lebih dari sekedar berpelukan dengan gadis ku." Jey terkikik geli mengingat malam itu.

"Masalahnya, gadis itu sedang bersedih, dan sesuai informasi yang kami dapatkan..gadis itu bersedih karena..gadis itu..gadis itu menyukai temannya bernama Arga." Jelas Bintang mundur,ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

'Prang!'

"Siapkan mobil ku, lima menit lagi aku akan memakainya." Jey memberi perintah dengan menahan emosi, wajah nya memerah tapi tetap dingin dan Datar.

Bintang menatap gelas yang kini sudah pecah didinding markas mereka, Untung saja Bintang menghindar.jika tidak, kepala serta tubuh nya bisa saja sekarang sudah berada dirumah sakit.

Jey berdiri merapikan kemeja hitamnya, dua gadis yang tadi menggoda jey diam dan berlari kearah luar tak ingin jadi korban keganasan tuannya hanya karena api cemburu.

"Sepertinya, Manusia itu akan melunjak jika tidak diberi pelajaran." Jey memandang dingin apa saja didepannya.

"Bos, Mobil anda sudah siap." Sahut salah satu anak buah nya yang lain.

Tanpa basa basi Jey berjalan cepat keluar dari rumah itu, tujuannya sekarang adalah rumah gadis bernama aleya. Ia akan memberi pelajaran lebih dulu pada Aleya bahwa orang yang harus ia cintai hanyalah Arshajey Paito seorang.

"Apa harus ku kukung dulu dia agar dia ia paham maksud ku." Jey tersenyum licik memikirkan apa saja yang akan ia lakukan pada gadisnya.

Bintang melihat punggung Bos nya semakin menjauh hanya mengusap dada sabar, ia kasian pada gadis malang itu.tapi, ia lebih kasihan pada bos nya, yang tidak pernah tahu arti kata cinta dan sekarang ia sudah menemukan tambatan hatinya.namun, dia juga yang akan kena getah masalah asmara mereka nanti.

"Padahal belum tentu gadis Malang itu mau dengan bos, Hadeuhh.." Bintang menggeleng mengingat bosnya akhir akhir ini selalu agresif jika menyangkut masalah gadis nya.

"Mau kemana nak?" Tanya ibu paruh baya disofa melihat keheranan ke arah putra sulung nya sangat rapih malam malam begini.

"Mau kencan Bun." Jawab Arga nyengir memakai jaket.

"Anak Bunda tampan sekali malam ini, ternyata kau kencan..HAHH KENCAN!!" Teriak Bunda Arga tersadar.

"Duh Bunda ngapain teriak, Malu sama tetangga." Sahut Arga menenangkan Bunda nya disofa.

"Sejak kapan kamu punya pacar? Nay bilang kamu gak pernah deket sama cewek cewek disekolah. Sekarang bilang mau kencan?" Bunda Arga menatap Curiga putranya.

"Bunda,Arga gak punya pacar, cuman ya Arga lagi berusaha sekarang ini." Arga tersenyum menatap Bundanya.

"Fyuh, Bunda kira kamu beneran punya pacar." Sahut bunda mengusap dada lalu menatap Arga lembut. "Kamu bawa pacar kamu besok kerumah ini, Bunda mau ketemu sama calon menantu bunda." Sambung Bunda Arga tersenyum bahagia.

"Iya, Arga pergi dulu ya Bunda, Assalamualaikum." Pamit Arga mencium punggung tangan Bundanya.

"Waalaikumsalam..Hati Hati Litle Boy." Jawab Bunda Arga, sang anak hanya mendengus perkataan bundanya yang memanggil ia dengan sebutan Litle Boy.

Di dalam mobil perjalanan kerumah Aleya, Arga hanya menghela napas, bagaimana caranya ia bisa mendapatkan Leya. Ya Leya, kini dia tahu dia sudah menyukai gadis itu dari tahun ajaran pertama.

Aleya tidak tahu jika kini dua pria tampan tengah dalam perjalanan kerumah nya, keadaannya kini sangat mengenaskan dengan tubuh memakai piyama, mata sembab, kelopak mata hitam, dan pipi basah nya, tak pula kamar nya yang kini lebih mirip seperti Ruang pasien rumah sakit jiwa ketimbang kamar seorang gadis.

Aleya tidak bisa melupakan dirinya yang sudah berciuman dengan laki laki bernama Jey yang merupakan first kiss nya, Perhatian Arga padanya selama ini, dan pelukan hangat guru musik tampannya, Seperti ia sudah gila berpikir bahwa gadis jelek dan petakilan seperti dirinya sedang diperdebatkan oleh laki laki tampan.

"Kapan aku punya pacar dengan wajah jelek ku ini.." Bisik Leya pada dirinya sendiri menatap langit langit kamarnya.