"Tunggu,Kamarku kan dilantai dua." Aleya turun dari ranjang nya menghampiri jendela yang setengah tertutup.
Ia singkirkan tirai putih yang mendominasi dan membuka jendela. Ia melirik kanan kiri dibawahnya, tidak ada sesuatu yang mencurigakan, lalu dari mana asal suara tadi? Pikirnya.
"Apa hanya suara tikus? Tapi mana mungkin ada tikus dikamar ku?" tanya nya merinding membayangkan seekor tikus ada dikamar nya.
'PLETAK!'
Kini Aleya meringis mengusap keningnya, sesuatu menimpuk kepalanya,Ia mencari benda yang baru saja membuat kening indahnya itu kesakitan.
"Batu kerikil?" Aleya bingung.
"Shhtt Aleya." Bisik seseorang dibawah sana.
"Suara siapa itu?" tanya nya dari jendela.
Leya melihat seseorang berhodie Hitam tengah melambai lambai tangan kearahnya. Dipikir pikir ia seperti tahu siapa itu.
"Aleya." Panggil nya pelan melambaikan tangan dibawah menyuruhnya turun segera.
"Sudah kuduga." Sahut Leya malas, segera ia menutup jendela dan tirai.
Dari bawah Jey kesal,karena Gadis itu mengabaikannya. Ia relakan berdiri 2 jam menunggu gadis itu melihatnya.tapi,malah diabaikan pikirnya.
"Dia mengabaikan ku, pyuhh." Jey membuang napas kasar.
"Ada apa?" tanya Leya tiba tiba dihadapannya.
"Kamu bikin aku kaget aja hehe." Sahut Jey tersenyum.
"Cepet katakan ada apa? Gue gak bisa lama lama diluar, adek gue pasti marah besar kalo tahu lo diem diem nyelinap kehalaman rumah gue." Leya.
"Sorry, Gue sebenernya mau ngom-"
"KAKAK? Lo disitu?" Tanya seseorang dari dalam rumah.
"Mampus, Lo bisa ngomong besok lagi aja. Gue gak mau sampe adek gue salah paham liat lo disini." Sahut Aleya berjalan menjauh.namun,sebuah tangan mencekal lengan kirinya.
"Ini sangat penting Leya, aku gak punya banyak waktu untuk menunda." Jey menarik Leya kebalik tembok agar levin tidak melihat mereka berdua.
"Lo! Mau lo apa? Jangan macem macem sama gue." Leya berusaha memberontak.tapi,usahanya sia sia.
"Tempat aman dimana dirumah lo?" Tanya Jey menatap sekitar.
"Tem-"
'Shhtt' Satu telunjuk Jey tempelkan dibibir ranum itu,Leya berhenti berbicara dan sibuk memompa darah dijantung nya.
"Kak Leya?" Panggil levin keluar rumah mencari kakaknya.
"Perasaan tadi gue denger suara orang ngobrol." Levin celengak celinguk memperhatikan sekitar.
"Bodo amat deh,kak Leya pasti lagi ngorok dikamarnya." Setelah itu levin kembali kedalam rumah tak lupa mengunci pintu.
"Syukurlah ia tak melihat." Sahut Jey tersenyum menatap aleya.tapi,tak lama Jey merasakan sesuatu ditubuhnya. Terkhusus di tubuh depannya,ia seperti merasa ada yang kenyal menyentuh tubuh bagian depannya.
Seketika ia sadar saat melihat posisi nya dengan Aleya,tubuhnya memanas,Ia kini menatap gadis itu dari jarak sangat dekat.
Diposisi Aleya,dia sedari tadi merasa aneh dengan dirinya,Ia merasa nyaman didekap oleh laki laki itu, Hanya beberapa senti saja dipastikan hidung mereka bersentuhan.
"Jey.." Panggul Aleya pelan memberanikan menatap mata elang pria itu.
Terlihat Laki laki didepannya tengah menatap bibir nya, itu membuat Jantung Aleya semakin berdebar. Ia tak pernah merasakan ini sebelumnya, jujur saat ia bersama Arga, ia juga tak pernah merasa seberdebar ini.
"Ngapain?" Tanya Aleya panik saat Jey Mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan, Hembusan napas terasa begitu hangat satu sama lain.
"Jey Lo kenapp-"
Aleya melotot tak percaya,dipastikan Kini Ia akan mati dalam beberapa menit. Jey,pria itu mencium nya,Mencium seorang gadis jelek dan petakilan seperti dirinya? Leya merasakan ciuman itu semakin menuntut.
"Ah." Aleya Terkejut, Suara siapa barusan? Ia mengerjapkan matanya dua kali mengingat mulut nya mengeluarkan desahan laknat karena ciuman mendalam dari pria asing didepannya.
"Hent-" Ucap Leya terpotong. Jey sempat berhenti.tapi,laki laki itu ternyata hanya ingin memberi sedikit pasokan udara saja agar gadis yang dipeluknya tak pingsan kehabisan napas.
Sunyi nya angin malam mendukung suasana mereka berdua, angin malam yang dingin menusuk tergantikan dekapan hangat seorang pria, tak diduga rasanya berciuman dengan laki laki tampan membuat nya hampir mabuk kepayang, Lambat laun ciuman Jey terus meminta lebih sedangkan leya yang tak punya pengalaman sedikitpun hanya diam merasakan bibirnya dilumat habis laki laki tampan itu.
Sesuatu berselancar dialiran darahnya,Gelenyar aneh membuat pikiran nya blank dan tak terkendalikan. Ia ingin menyudahi.tapi,tubuh nya menolak berhenti.
Dirinya Hanyut dalam Ciuman pertama,Tak terpikir First kiss nya diambil tanpa ada yang menyangka. Suara decakan ciuman mereka terdengar hingga Air liur meluber kedagu. Leya lemas,ia butuh udara. Ia tak bisa bernapas karena ciuman yang semakin lama semakin bergairah.
Jey mengangkat tengkuk gadis itu memperdalam Ciumannya, tak lupa ia menarik Pinggul aleya agar menempel pada tubuhnya, mempermudah aksi mereka.
Aleya sudah terbuai dengan ciuman yang diberikan Jey, ia mengagungkan tangannya dileher sang dominan.perlahan Jey menciumi leher aleya,Menggigit gigit kecil memberi tanda kepemilikan disana.
"Shh.." Aleya tak tahan diperlakukan seperti itu, Ini kesempatan baginya.
"AHK!" Jey meringis kesakitan saat pusakanya ditendang begitu saja. Ia menjauh, memegang sesuatu yang berdenyut dibawah sana.
Aleya tersenyum, ia segera berlari menjauh dan masuk kedalam rumah lewat jalan rahasia, karena pintu depan sudah dikunci oleh levin. Jey menatap punggung aleya yang mulai menghilang, diam diam dalam kelinuan pusakanya, ia tersenyum mengingat desahan gadis itu. Ia seperti mendapat lagu Favorite nya sekarang, Ia mengangkat kepalannya diudara.
"Aleya,Kamu manis sekali." Ucap jey mengusap bibir nya sendiri dan tersenyum girang.
"Tunggu," Jey merasa ada yang kurang, tapi apa? Atau Ciumannya yang kurang? Segera Jey gelengkan pikiran Mesumnya.
"Shit! Tujuan gue kan bilang rahasia keluarga nya bukan mau Ahk! Tapi,Gak papa deh, untung juga buat gue. Besok pulang sekolah gue samperin lagi." Jey senyum senyum.
"Yak! Apa yang baru saja terjadi? Dia mencium ku? Laki laki tampan itu mencium ku?" Leya berbaring dikasur menatap langit langit dikamarnya.
Ia sama sekali tidak menduga ia akan mendapatkan ciuman yang menagih hatinya. Bodohnya, ia malah menikmatinya.
"Tidak!" Aleya menggeleng kan kepalanya cepat, ia tak mau terjebak dalam pesona laki laki itu ditambah pasti levin tidak akan merestui hubungan mereka.
"Dasar sampah! Untuk apa aku memikirkan hal seperti itu. Ingat Aleya, dia itu tampan, lah gue? Dibandingin sama kekeyi aja cantikan kekeyi siratu pentol." Aleya mengusap wajahnya kasar,ia terduduk cepat.
"Sial,kenapa malah kebayang terus sih..huwaa gini ya rasanya dicium cowok ganteng. Malu banget gue sumpah." Aleya kembali membaringkan dirinya lagi,Tapi Bayangan Bayangan laknat itu terus menghantui pikirannya.Ia tutup wajah nya dengan bantal, berganti posisi satu menit sekali dari terlentang, tengkurap, Menyerong, menunggging, hingga ia terduduk kembali mengacak ngacak rambutnya prustasi.
"YAK!" Teriak nya.
'Bledag Klotar Blug Prang!!'
Leya teralihkan, suara bising benda jatuh bahkan suara berlari seseorang terdengar gaduh ditelinganya.
'Ngiek Blamm!' Suara pintu terbuka kencang,Aleya menoleh kaget.
"Kak lo gak papa?" Tanya Levin dengan muka khas bantalnya.
"Ngapain lu kemari?" Tanya Leya tertawa melihat muka panik bangun tidur adiknya itu.
"Gue denger Kakak teriak makanya gue samperin." Jawab adiknya menutup pintu lalu berbaring dipaha Kakaknya.
"Kebangun yah?" Tanya Aleya mengusap rambut Levin.
"Heem, Kakak bikin Kaget aja,Levin kira kakak kenapa napa." Sahut adiknya menahan kantuk.
"Kakak tadi mimpi dikejar yeontan hehee." Sahut Leya tertawa renyah.
Levin mendongak menatap kakak nya. " Yeontan siapa kak?" Tanya levin.
"Anjing nya Teman suami kakak." Jawab Leya santai, tak tahu jika ekspresi adik nya kini telah berubah dingin.