Chereads / Rahasia dibalik mata / Chapter 11 - Bagian 11

Chapter 11 - Bagian 11

"Istirahat yang tenang ya ley, cepet sembuh." Nay tersenyum.

Tidak jauh dari perumahan leya, dokter yang baru saja menangani gadis itu memberhentikan mobilnya. Ia menatap jalan raya didepannya, kini ia berada ditikungan. Ia menengok kearah kiri sebelahnya sebuah truk angkutan melaju stabil dan dokter itu menengok ke arah berlawanan sebuah teronton melaju cepat mengahalau jalanan yang luamayan tidak terlalu banyak kendaraan melaju.

Tanpa pikir Panjang, saat truk angkutan sampah mendekat, ia lajukan mobilnya ketengah hingga sebuah teronton menabrak mobil sang dokter terjepit antara truk dan teronton itu lalu terpental kearah jalanan hingga terguling cukup jauh.

Semua orang yang berjalan ditrotoar menghindar dan berteriak histeris menatap kejadian naas didepan mereka. Dokter yang sengaja melibatkan dirinya dalam kecelakaan itu terlihat tersenyum didalam mobil yang sudah tak terbentuk.

Darah mengalir diwajahnya, matanya hamper terpejam merasakan sakit yang hebat, jantungnya berdetak cepat hingga melemah, pandangannya kosong, hanya satu kata yang dia sanggup ucapkan.

"Aku selamat."

"Assalamualaikum, levin pulaang..!" levin yang baru saja sampai dirumahnya setelah selesai bertanding Bersama arga dibuat kebingungan.

Biasanya, saat adiknya dating terlambat kerumah, sang kakak selalu lebih dulu mengomel. Tapi, ia sama sekali tak melihat keberadaan kakaknya apalagi suara napasnya.

"Sepi banget rumah lo." Sahut arga yang ikut merasa hawa rumah sangat sepi.

Dari arah tangga. Levin melihat nayeon yang sedang turun membawa nampan. "Kak nay?" levin memandang heran.

"Eh levin arga kalian udah selesai tanding nya? Gimana? Menang gak?" tanya nay setelah sampai menghadap mereka berdua sambil memegang nampan berisi bubur yang tersisa setengah.

"Itu bubur siapa?" tanya arga.

"Owh, bubur leya. Dia demam, makanya tadi gue buatin bub-"

"Wait! Kak leya demam? Sejak kapan? Sekarang kak leya dimana?!" levin khawatir segera menaiki tangga pergi kekamar kakaknya.

"Leya sakit nay?" tanya arga.

"KAGAK!DIA SEHAT WALAFIYAT, kalo gue bilang demam artinya dia lagi sakit ogeb." Teriak nay.

"Biasa aja kali, gue kan cuman mastiin." Sahut nya dan mengikuti levin kelantai atas.

"Haish, awas aja kalo buat leya gue kebangun." Nay menatap punggung arga yang sudah pergi menyusul levin.

"KAKAAKK..!"

'prannnggg!'

"Astaga, itu bocah gue gibeng juga lama lama." Sahut nay melotot menahan emosi, gara gara teriakan levin nampan yang ia bawa jatuh, untung dari plastik kalo dari kaca ia harus mengeluarkan dana milyaran rupiah utuk satu barang kaca yang ia jatuhkan nanti.

"KAKAAKK..!" teriak Levin saat membuka pintu kamar kakak perempuannya dan melompat keranjang yang membuat leya terbangun dengan keadaan shok seketika.

"DASAR SYAITON, GUE KAGET MONYEETT!!" leya berteriak sambil menahan sesak pelukan adik semata wayang nya itu.

"Kakaak kenapa gak bilang sama levin kalo kakak sakit, kalo begitu mending levin temenin kakak dirumah aja-AHK!"

Leya yang sudah kepalang susah bernapas, mencubit paha si adik spontan levin mengaduh sakit. Arga yang baru sampai dikamar leya ikut terkekeh melihat ekspresi calon adik iparnya dicubit calon kekasih.

"Ngetawain gue lu?" tanya levin.

"Gak tuh." Arga terhenti tertawa dan menatap leya.

"Kamu sehat sehat aja kan ley?" tanya arga, levin berpura pura muntah menanggapi.

"Gak papa kok hehe." Jawab leya tersenyum.

"Lebay banget aku kamu." Levin mencibir.

"Sirik aja adek ipar." Sahut arga.

"Dih, percaya diri banget lu makhluk alien." Levin memeluk kakak nya menatap arga aneh.

"Pengen juga dong meluk kamu ley." Arga merentangkan tangannya niat mendekat.tapi, langsung dihalangi levin.

"Enak aja lu ye meluk meluk kakak gue, si nayeon aja tu lu peluk. Yang ini punya gue gak akan gue bagi bagi." Sahut levin yang membuat arga berdecih membuang napas kasar,

"Iya kan kak?" tanya levin.

Aleya mengangguk tersenyum melihat adiknya, levin memeluk kakaknya dibalas pelukan hangat dari aleya. Tak lama nay datang kekamar aleya pura pura terkejut menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Sejak kapan kalian akur?" tanya nay tak percaya.

"Apaan si kancil arab ganggu aja." Sahut levin masih setia dipelukan sang kakak.

"Heh, kancil arab lu bilang." Elak nay melotot.

'Anyeonghaseo~" Suara dering telpon masuk.

"Handphone lu tuh kak, yang bunyi nya kayak gitu kan cuman lu doang." Levin menunjuk benda pipih diatas nakas tak jauh dari leya duduk.

"Eh handphone gue ya?" leya segera mengambil handphonenya.

Arga dan nayeon duduk disoffa dekat jendela kamar leya, "Siapa ley?" tanya Arga.

"Keppo banget lu." Jawab nay.

"Gue gak nanya lu ya butet." Arga, nay terkekeh.

"Hallo,siapa?" tanya leya mengangkat telpon itu, semua orang menunggu leya.

"...."

"Ha? Sepertinya anda salah orang, orang tua saya pergi ke luar kota, mana mungkin bisa tiba tiba ada diluar negeri." Leya sedikit mengelak dengan apa yang disampaikan orang diseberang sana.

Semua orang mulai khawatir dengan apa respon leya, terkhusus levin yang panik karena kakak nya menyebut orang tua mereka.

"...."

"Rr-rumah sakit mana?" bibir leya sedikit bergetar mengucapkan kalimat itu.

"...."

"Terimakasih sudah mengabarkan, kami segera kesana."

'Clik!'

Tangannya lemas, bibirnya bergetar, perlahan bulir bening membasahi pipi chuby miliknya. Semua orang mengerutkan kening bingung dengan reaksi aleya.

"Kenapa ley?" tanya nay khawatir.

"Mommy Daddy..mereka.." leya menggatung kalimatnya.

Dijalan yang ramai penuh kendaraan terjadi macet parah,jalanan aspal yang Panjang tersumbat sesuatu mengakibatkan mobil yang ditumpangi empat orang itu tak bisa melaju.

"Gimana nih, jalanan macet parah." Sahut nay dikursi penumpang memeluk aleya yang tak berhenti sesegukan menangis.

Arga selaku yang mengemudi melihat sekitar luar mobilnya, tidak ada celah jalan sedikitpun. Ditambah levin yang pingsan sebelah arga, setelah mengetahui isi telpon tadi levin langsung tak sadarkan diri dan itu membuat yang lain kesusuahan mengangkat tubuh levin kemobil untuk ikut dibawa.

"Terpaksa kita harus jalan kaki, lebih dari 1 jam jalanan bakal macet parah kalo kayak gini. Kita turun dari sini,didepan kita cari taksi." Arga memberi usul.

"Kalo jalan, yang mau ngangkat si levin siapa. Gue sama leya mana kuat gendong badan gajah kayak karung beras begini." Nay menolak.

"Soal levin biar gue gendong, tugas lo tenangin leya." Arga menginstrupsi, yang lain mengangguk.

Mereka berempat turun, dengan arga mnggendong levin dipunggungnya yang masih pingsan. Mereka berjalan cepat melewati banyaknya kendaraan teparkir menunggu mobil mobil didepannya melaju.

Kini mereka semua berada di pesawat menuju negri ginseng,Korea Selatan.

"Mommy..Daddy.." Lirih Leya dikursi penumpang.

Nay yang tidak tega dengan sahabat nya mencoba memberi dukungan dengan mengelus tangan Leya.

"Sabar Ley,Kita harus tabah. Bukan cuman lu doang yang hancur disini,tapi adik lu levin, gue dan Arga juga ikut ngerasa kehilangan dengan apa yang menimpa lo." Sahut Nay.

"Makasi nay udah ada buat gue selama ini." Leya tersenyum.

Sementara Levin dan Arga berada dikursi penumpang di belakang mereka. Levin telah sadar saat berada dibandara tadi, ia sangat lemas dan tidak bisa berkata apa apa selain diam dengan pandangan kosong dengan keringat dipelipisnya.