Angga dan Runa sudah berada didalam mobil, setelah bel pulang sekolah berbunyi mereka berdua segera bergegas pulang karena Runa ingin mengunjungi suatu tempat yang terakhir minggu lalu ia datang kesana.
Angga menepikan mobilnya didepan toko bunga, kemudian Runa segera turun untuk membeli bunga tabur.
....
Aruna berjalan duluan dan Angga mengikutinya dari belakang. Aruna kemudian jongkok saat melihat gundukan tanah yang terdapat nama Ibunya pada batu nisan itu.
"Ibu Una kangen" lirih Runa pelan sambil beberapa kali menyeka air matanya yang jatuh.
Angga duduk disebelah gadis itu dan mengusap kecil pungung Runa menenangkan gadis itu. Angga mengambil bunga tabur dan mulai menyebarkannya diatas gundukan tanah itu lalu Runa mengikutinya. Angga kemudian melanjutkan dengan menyiram gundukan tanah itu dengan sebotol air mineral yang ia bawa. Mereka cukup lama berada disana dalam keheningan dan isakan kecil dari Runa.
Mereka berdua kemudian meninggalkan area pemakanan ketika Runa mengajak Angga untuk pulang saat rasa kangen kepada Ibunya sedikit terobati.
Aruna merupakan anak piatu, Lalisa Ibunya meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan mobil. Mungkin seharusnya Runa juga pergi bersama Ibunya, namun Tuhan berkehendak lain. Ia mampu melewati masa kritisnya, walau jantungnya sempat tidak berdetak. Ia bersyukur Tuhan masih memberinya kesempatan agar ia bisa menjaga Ayahnya terus.
Angga juga sudah tidak memiliki seorang Ayah, ayahnya sudah dipanggil. Bukan dipanggil Tuhan tetapi dipanggil Iblis, lebih tepatnya Ayahnya memilih untuk tinggal bersama perempuan lain yang berhati Iblis. Angga hanya tinggal dengan Agustina, Ibunya. Ia beryukur Ibunya sangat kuat menghadapi segala sifat dan perilaku Ayahnya dulu ketika masih tinggal dirumahnya.
"Una kerumah bentar ya, Ibu suruh gue bawa lo tadi" ucap Angga menatap Runa sebentar kemudian kembali memperhatikan jalan.
Runa menangguk "mau Angga, Una chat Ibu deh buat masakin masakan kesukaan Una" katanya sambil mengambil ponsel didalam tasnya.
Angga menarik ponsel Runa ketika gadis itu hendak mengirim pesan yang ia tulis untuk Agustina dan menghapus seluruh pesan itu.
"Una jangan nyusahin, Ibu gue baru pulang kerja Na" gerutu Angga.
Runa hanya mengeryitkan dahi, kemudian kembali bersandar pada jok mobil.
....
Angga membukakan pintu mobil Aruna setelah ia memarkirkan mobilnya dihalaman rumahnya. Kemudian Runa turun tanpa mempedulikan Angga dan berlari masuk mendapati Agustina yang memanggilnya dari arah dapur. Gadis itu segera mendekat dan memeluk wanita paruh baya itu sangat erat, Runa begitu kangen karna wanita itu jarang punya waktu dirumah. Agustina sangat sibuk bekerja untuk membiayai hidupnya dengan Angga, walau mantan suaminya masih mengirimkannya uang tetapi semua uang itu ia pergunakan hanya untuk biaya sekolah dan kepentingan Angga.
"Ibu kangen Runa" ucap Agustina sambil mengelus kepala Runa ketika gadis itu maish berada dalam pelukannya.
"Una juga" jawab Runa, Kemudia ia melonggarkan pelukannya dan menatap Agustina sambil kesel "Ibu kenapa sih gapanggil Una, kaya ayah sama Angga"
Agustina tersenyum "Gapapa, Ibu hanya nggak mau yang manggil kamu Una bertambah, karna yang hanya boleh Angga, Ayah Runa, dan juga Almarhumah bunda kamu sayang. Jadi Angga perwakilan Ibu" ucapnya.
Runa hanya diam dan mengangguk masih bingung dengan ucapan Agustina.
"Runa bantu Ibu bawain makanan ini kemeja makan ya" tunjuk Agustina pada deretan piring yang terjejer rapi.
mata Runa berbinar sempurna, semua masakan yang ada dilihatnya adalah makanan kesukaannya, dulu Lalisa sering membuatkan menu makanan ini dirumah.
"Ihh Ibu ini semua Una suka bangett" ucapnya girang lalu mengangkat dua piring sekaligus untuk menyusunnya diatas meja makan dimana Angga sudah duduk menunggu.
"Angga lihat deh, Ibu peka ya gak kaya Angga, pantes susah dapat pacar" ejek Runa.
"ntar kalo gue punya pacar, lo gak bakal gue peduliin lagi mau?" tantang Angga.
"jangan dong Angga, kan Angga harus bagi mana untuk Una mana untuk pacar Angga nanti" koreksinya.
kemudia Runa kembali kedapur untuk mengambil kembali beberapa piring yang masih tersisa.
Agustina, Angga dan Runa sudah duduk bersama dimeja makan. Mereka mulai menyantap makanan yang Agustina masak sambil sedikit berbincang.
"Ibu enak" kata Runa sembari menunjukan jari jempolnya kearah Agustina "Una suka semua, mau bungkus buat Ayah dirumah boleh kan Bu" lanjutnya
"Bungkus aja pake kresek, tupperware Ibu nggak perna lo balikin satupun" Angga menyahut.
"hush Angga, gak boleh gitu" celah Agustina sebelum peperangan antara kedua anaknya itu berlanjut.
"Ibu sih, kalo aku ngerusakin atau lupa bawa tempat bekal dari sekolah diomelin sampe gak ditegur 8 hari. Tapi tupperwarenya gak pernah dibalikin sama Una Ibu gak marah" kesal Angga bercanda, ia tau mungkin Ibunya lebih menyanyagi gadis itu dari dirinya. Mengingat ia pernah kehilangan adik kecil perempuan yang sudah dinanti-natikan kelahirannya oleh Ibunya karena memiliki masalah jantung ketika baru lahir kedunia.
"habisnya tupperware Ibu warnanya lucu-lucu, jadi Una taruh dilemari buat pajangan" jawab Runa membela diri dari Angga.