Chereads / ARUNA CHANTREA / Chapter 5 - Chapter-4

Chapter 5 - Chapter-4

"Hai teman-teman, Kenalin aku Evelyn Aricia, panggil Eve atau bisa juga elyn terserah kalian" Eve tersenyum memperlihatkan salah satu lesung pipit di pipi kirinya.

"Cantik anjir, incaran gue nih" teriak Radit yang duduk dibangku pojok kelas.

"rebutan sini kita" sahut Rama

"Sudah tenang semua, kalo ada yang mau ditanyakan pada Eve tanya nanti saat waktu istirahat" Bu Sara memukul pelan ujung meja agar muridnya diam.

"Eve silahkan duduk dikursi yang kosong ya" Bu Sara menunjuk salah satu bangku kosong disamping Angga.

Eve menggangguk lalu berjalan kearah kursi yang dimaksud guru itu. Ia mengeluarkan buku tulisnya dan mulai ikut pembelajaran seperti yang lainnya.

....

"Angga dikelas Angga ada anak baru ya" tanya Runa sambil mengaduk es teh dihadapannya.

"iyaa, baru masuk tadi" Angga tetap fokus melahap burger ditangannya.

Runa menyeruput es teh dihadapannya tapi matanya fokus menatap cowo didepannya "cantik ya Angga, Una tadi udah lihat. Angga suka gak?"

Angga tersedak potongan burger didalam mulutnya, ia mengambil paksa es teh ditangan Runa dan meminumnya hingga tersisa dikit.

mata Runa berkaca-kaca melihat gelas es tehnya "Angga es teh Una itu" Runa menunjuk gelas yang Angga pegang dengan jari telunjuknya "minuman Angga kan belum datang"

"Sory sory Na, gue pesanin lagi ya sebentar, jangan nangis" Angga segera berdiri dan berlari kecil kearah stand bakso kang Umang karna es teh disana paling enak menurut anak sekolah.

"kang Umang es tehnya satu, bisa diduluanin gak saya bayar lebih deh. Cewe saya mau nangis es tehnya habis" Angga berteriak diantara murid lain yang berkerumun untuk memesan bakso.

Angga tidak sengaja menabrak bahu seorang gadis disebelahnya membuat gadis itu sedikut terhuyung kebelakang karna tidak ada yang bisa ia pegang. Dengan cepat Angga menarik pinggang gadis itu agar ia tidak terjatuh.

"sory gue gak sengaja, buru-buru soalnya" Angga langsung melepaskan tangannya yang melingkar dipinggan gadis itu dan mengambil es tehnya yang sudah jadi kemudian memberikan selembar uang 100 ribu kepada kang Umang.

"Mas Angga ini uangnya kebanyakan" teriak kang Umang saat Angga mulai hilang dari kerumunan siswa.

"Ini, satu es teh buat Una cantik" Angga kembali duduk dihadapan Una dan mengoda gadis itu agar tidak kesal lagi.

"Makasih Angga, besok-besok gak boleh curi es teh Una lagi oke" Una meyedot es teh yang masih penuh itu dengan semangat.

Angga menggangguk dan menghabiskan burger miliknya sebelum jam istirahat berakhir.

....

"Na tau gak, lagi musimnya anak baru kali ya sekarang" ucap Tika saat mereka berada dikoridor sekolah.

"emang kenapa tik"

"liat tuh anak baru dikelas 12 IPA 6, ganteng banget Na" Tika menunjuk salah satu cowo yang mengenakan seragam olahraga.

Runa mengikuti arah jari Tika, ia memperhatikan cowo yang Tika maksud. Seketika jantungnya berdegub kencang, matanya memanas, Air matanya sebentar lagi turun juga ia tidak menahannya.

"Biasa aja, ayo Tik kan tadi minta temanin ke toilet" Runa berjalan duluan tanpa memperdulikan Tika yang masih dia memperhatikan cowo yang ia kagumi.

"Eh Runa, tunggu woi" Tika mengejar Runa ketika menyadari temannya itu sudah pergi mendahuluinya. "padahal itu alasan gue aja Na biar bisa keluar kelas terus lihat doi olahraga" lanjutnya pelan.

Runa langsung masuk kedalam toilet tanpa memedulikan Tika.

"Runa lo yang kebelet ya, jangan lama-lama ya Na toilet yang disini serem" Tika bergidik ngeri saat Runa mengikuti Runa yang berjalan karah toilet dekat gudang sekolah.

Runa menyeka air matanya yang tak berhenti keluar, Ia menangis hampir tidak bersuara ia takut pasti Tika akan bertanya-tanya nanti jika tau dirinya sedang menangis sekarang. Runa masih belum bisa bercerita semuanya kepada temannya itu. Saat dirasa Ia sudah sedikit tenang Runa membuka pelan pintu kamar mandi.

"Udah Na? ayo balik kelas, perasaan gue gak enak sama ni tempat" Tika menarik segera tangan Runa dan berjalan cepat menjauh dari toilet itu.

Tika baru menyadari Runa hanya berdiam saja dan berjalan menatap kebawah.

"Na ko mata lo bengkak sih, merah lagi"

"Nggak tau Tik pedih banget tadi"

Dari arah lapangan sepasang mata itu menatap tajam kearah Runa yang berjalan dikoridor sekolah, ia tesenyum miring kemudian kembali fokus menggiring bola untuk mencetak poin.