"Una" Angga menyadari ada sesuatu pada gadis itu yang disembunyikannya "lo kenapa dari tadi diam aja, biasa banyak omong"
Runa hanya menggeleng, kepalanya mendunduk sambil memainkan jari jarinya yang sedikit basah karna keringat.
"Una, gue udah sering bilang kan, kalo ada apa-apa lo harus cerita ke gue. Gak ada yang boleh disembunyiin Na" Angga memarkirkan mobilnya disalah satu kedai kopi dekat sekolah mereka.
"Kenapa berhenti, Angga pengen minum kopi? Una mau ice cream aja deh"
Runa turun dari mobil duluan dan langsung mencari tempat duduk dipojok dekat jendela.
"Una, ice creamnya enak?" Angga memperhatikan gadis itu yang memakan ice cream vanilla denga ukuran cup large dengan semangat.
Runa menggangguk, ia menyendokan sedikit-sedikit ice cream kedalam mulutnya agar tidak cepat habis "ini kalo kurang Una boleh tambah Ngga?"
Angga menggelengkan kepalanya "boleh sayang, tapi sekali aja. Ntar idung lo meler gara-gara kebanyakan makan ice crem"
Runa kembali sibuk menyuapkan ice cream kali ini iya menyendokannya dengan ukuran lebih besar.
"Una" Angga memegang tangan gadis itu agar ia berhenti sebentar untuk memakan ice creamnya. " lo kenapa, cerita ke gue Na biar gue tau"
Runa kembali teringat apa yang tadi ia lihat dilapangan sekolah, air matanya turun tidak bisa ia tahan lagi. Runa melipat tangannya diatas meja menenggelamkan kepalanya disana dan nangis sesungukan.
Angga kaget, ia melihat kesekeliling mendapati beberapa pengunjung menatap kearah mereka berdua.
"Una jangan nangis disini, ntar dikira gue ngapa-ngapain lo" Angga mengusap kepala Runa. Ia memindahkan posisi kursinya menjadi disamping gadis itu dan membawa Runa kedalam pelukannya.
Runa perlahan sedikit tenang ketika tangan Angga mengusap kecil punggungnya. Ia menyeka air matanya dengan jaket yang dipakai Angga sekalian mengelap ingusnya yang turun.
Tanggan Angga gatal rasanya untuk mendorong gadis itu menjauh darinya. Angga tidak bisa mencegah gadis itu agar tidak mengotori jaket kesayangannya. Yang bisa ia lakukan hanya mencuci jaket miliknya sepulang mengantar Runa.
Runa menegakan badannya, menarik nafasnya dalam-dalam.
Angga menutup bibir Runa ketika gadis itu hendak membuka mulutnya untuk bersuara "Udah siap mau cerita?" tanya Angga.
Runa menggangguk "Angga janji dulu, ada terus buat Una ya"
"Iya Una, gue udah janji dari kita masih kecil kan" Angga berusaha membuat gadis itu untuk tenang ketika bercerita dengannya.
"Angga ingat Rafa?" tanya Runa mulai ketopik pembicaraan yang serius.
Angga menggingat nama yang gadis itu sebutkan, matanya menyipit sambil berfikir. Kemudian otaknya menemukan orang pemilik nama itu, orang yang sudah membuat hati gadis didepannya ini hancur sampai ia harus berusaha mengembalikan keceriaan Runa sebelum dirusak oleh orang itu.
"Ada apa Na" suara Angga bergetar, ia berjanji akan membunuh orang itu jika berani muncul dihadapan gadisnya lagi.
Runa tersenyum sedih "Anak baru dikelas 12 IPA 6"
Angga tersentak kaget "Maksud lo Dia anak baru disekolah kita? masuk 12 IPA 6?"
"Iya Angga, tadi Runa lihat dilapangan"
"Gak salah lihat kan Na" Angga masih berusaha meyakinkan dirinya mungkin saja gaadis itu salah melihat.
"nggak Angga, wajahnya aja selalu kebayang diotak Una" ucap Runa sedih.
Angga tau cowo itu sudah sangat dalam melukai Runa, kenangan buruk pasti selalu menghantui gadis itu.
"Una lo tau gue selalu jagain lo kan" Angga mengelus punggung tangan Runa. "gue gak bakal ngebiarin dia buat nyentuh lo lagi, sedikitpun Na. Percaya sama gue ya" Angga menarik Runa kedalam pelukannya, membiarkan gadis itu merasa tenang untuk saat ini.
Runa menarik badannya kaget, Ia menatap ice cream yang sudah mencair didalam cupnya. Ia menoleh ke arah Angga kesal " Angga sih, kenapa gak biarin Una habisin ice creamnya dulu baru suruh Una cerita" Runa mengaduk ice creamnya yang sudah mencair.
Angga menggaruk belakang kepalanya, Ia segera memanggil pelayan untuk memesan satu cup ice cream rasa vanilla tanpa Runa suruh.
"Udah Na, ini lo bawa pulang terus masukin freezer lagi ntar juga beku lagi"
"Iss Angga nyebelin, beda tau rasanya"
....
Angga memarkirkan mobilnya dihalaman rumah Runa. Mereka pulang setelah Runa berhasil mendapatkan kembali 2 cup ice cream karena alasan gadis itu satu untuknya dan satu untuk Ayahnya.
"Angga makasih banyak ya, besok-besok Una mau ice cream lagi"
Angga memajukan badannya, hendak mencium Runa tapi tertahan seatbelt yang lupa Ia lepas.
Runa tertawa geli. Ia melepas seatbeltnya, memajukan badanya kearah Angga dan mencium bibir cowo itu singkat. Angga yang merasa kurang puas menarik kembali leher Runa melumat bibir gadis itu yang menjadi candu baginya.
"Angga" Runa menarik dirinya, melepaskan ciuman mereka berdua "Kayanya Ayah nunggu deh, itu ngintip soalnya" Runa menunjuk kearah jendela rumahnya, gordennya sedikit terbuka memperlihatkan Alex yang mengintip dengan satu mata.
Angga tertawa pelan " Yaudah ayo turun, gue antar sampe depan pintu" Angga duluan turun dan membukakan pintu untuk Runa.
Alex sudah menyambut mereka didepan pintu.
"Ayah maaf ya Angga pulanginnya lambat, Angga ajak makan ice cream dulu soalnya lagi badmood anaknya Yah" Angga mengacak rambut Runa gemas.
Runa tersenyum sambil menunjukan plastik berisi 2 cup ice crem kepada Alex.
"Gapapa Angga, makasih udah jaga Una ya" Alex menepuk pelan bahu Angga.
Alex dan Runa kemudian manutup pintu saat Angga pamit dan mobilnya sudah hilang dari pandangan mereka.