"makanya lain kali ngerjain tugas dirumah, biar ngumpulnga gak telat" Angga terus mengomeli Runa dari tadi. Sekarang Ia sibuk memijat kedua kaki Runa yang kata gadis itu sangat pegal.
Runa menyelonjorkan kakinya, menumpang diatas paha Angga. Mereka sedang duduk dikursi taman sekolah, Runa tidak berhenti mengunyah pop corn yang tadi Angga beli sebelum mengajaknya ketaman.
"habisnya tadi malam Una sibuk nonton drakor sambil makan ice cream yang Angga beliin" Runa merasa dirinya tidak salah, hanya saja Bu Rahma yang memberikan tugas begitu banyak sehingga waktu 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai sangat kurang untuknya menyelesaikan tugas 2 halaman.
"Ada aja alasannga ya kalo dikasih tau" Angga menyentil jidat Runa, gadis itu hanya meringis pelan dan mengusap jidanya yang terlihat sedikit merah.
"Angga tadi sama anak baru itu habis dari mana" Runa berhenti mengunyah pop corn.
"Habis isi spidol di TU" jawab Angga singkat.
"Romantis banget isi spidol aja berdua" Runa kembali memakan pop cornnya.
"habisnya dia ngerasa bersalah, udah buat gue dihukum sama Bu Lis"
"Ih tuh kan Angga juga dihukum, kenapa Una aja yg diomelin, Una mau omelin Angga balik" Runa menurunkan kakinya dari paha Angga, Ia berdiri menghadap Angga yang masih duduk dikursi sambil menaruh kedua tangannya dipinggang.
"Cepat kasih tau Una, Angga dihukum gara-gara apa"
Angga tidak menjawab matanya fokus menatap seseorang dibelakang Runa yang juga melihat kearahnya, Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat saat orang itu tersenyum kearahnya.
"Angga liat apasih" Runa hendak menoleh kebelakang, tapi Angga buru-buru berdiri dan menarik gadis itu kedalam pelukannya.
"Una ayo balik kekelas, gue digigitin nyamuk" Angga segera menarik Runa untuk mengajaknya kembali kekelas.
"Perasaan darah Una deh yang lebih manis, kenapa nyamuknya lebih milih Angga" Runa berguman pelan sambil menyeimbangi langkah kaki Angga yang begitu panjang, Ia seakan merasa diseret.
"Angga pelan-pelan ih, Angga jalannya biasa aja tapi Una cape ini lari-lari kecil" Runa memukul pergelangan tangan Angga yang menggenggam tangannya.
Angga lupa akan hal itu, Ia memperlambat langkahnya dan mensejajarkannya dengan Runa.
"7 menit lagi bel masuk, buruan masuk tunggu dikelas aja" Angga menyuruh Runa masuk kelas ketika sudah berada didepan kelas gadis itu.
"Angga kenapa deh, biasa ngajak Una buat telat 10 menit" Runa menghentakan kakinya seperti anak kecil, Ia masih ingin duduk santai ditaman sekolah.
"Udah buru masuk Na, istirahat kedua nanti gue jemput lagi ya"
"Oke Angga, bye-bye" Runa melambaikan tangannya kearah Angga sebelum masuk kedalam kelas.
....
Angga menatap laki-laki didepannya, jalannya habis dihalang oleh orang itu.
"Ngga" Rafa bersura lirih.
"lo mau apa lagi brengsek" Angga mengepalkan tangannya kuat-kuat. Amarahnya memuncak saat laki-laki itu berani memanggil namanya.
Rafa bukan lagi sahabat dekatnya, kalo saja Ia tidak membiarkan laki-laki itu untuk dekat dengan Runa dan menjalin hubungan dengan Runa pasti semua tidak akan terjadi. Angga tau Rafa orang yang brengsek dan Angga memakluminnya. Tapi Angga terbius ucapan Rafa saat laki-laki itu bilang bahwa Ia menyukai Runa dan akan menjaga gadis itu. Semuanya hanya omong kosong Rafa, Ia melukai hati gadisnya, Angga bersusah payah menjaga gadis itu agar tidak terluka tetapi sahabatnya sendiri yang melukai gadisnya.
"Ngga, gue balik kesini mau minta maaf" Rafa menepuk pundak Angga yang langsung ditepis kasar oleh Angga.
"Anjing, jangan sentuh gue tai" Angga melewati Rafa, menyengol bahu laki-laki itu dengan kuat, lalu Ia berhenti tanpa menoleh "Jangan ganggu Runa" Angga kembali melangkah tanpa memperdulikan Rafa.
Rafa hanya terdiam menunduk, Ia benar-benar menyesal sudah melukai Runa. Mungkin gadis itu akan ketakutan saat bertemu dengannga.
Rafa tersadar dari lamunannya saat seseorang menabraknya dari belakang. Buku yang dibawa gadis itu berhamburan dilantai.
"Sory-sory gue gak sengaja" Tika segera mengumpulkan kembali buku-buku yang berhamburan.
"Gapapa gue yang salah karena diam ditengah jalan" Rafa ikut berjongkok "gue bantu ya" Ia membantu Tika menyusun kembali buku itu.
Tika menahan senyumnya saat mengetahui Ia habis menabrak kakak kelas ganteng yang diam-diam Ia kagumi.
"biar gue bawa sebagain, kelas lo dimana" Rafa membantu Tika, membawa setengah bukunya agar Tika tidak keberatan.
"11 IPA 3 Kak" Tika tidak bisa menyembuyikan senyumannya, pipinya terlihat merah merona.
"Ini kelasnya?" tanya Rafa saat Tika berhenti didepan pintu kelas itu.
"Iya Ka, sini bukunya biar aku yang bawa"
"Gapapa nanggung. Taro diatas meja guru kan"
Tika mengangguk, kemudian Ia duluan berjalan masuk dan menaruh buku diatas meja guru.
"Makasih kak, maaf ngerepotin" Tika menyelipkan anak rambutnya kebelakang telingan sambil tersenyum malu.
"Sama-sama gue balik ya"
Pandangan Rafa teralih kearah salah satu murid dikelas itu. Ia menatap Runa yang sibuk membaca novel ditangannya. Rafa mengintip dari kaca jendela luar, Ia melihat Tika menghampiri Runa "Sepertinya mereka cukup dekat" pikir Rafa sebelum pergi meninggalakan kelas itu.