Chereads / My Husband is not Gay / Chapter 23 - Semangat Baru Bersama Kamu

Chapter 23 - Semangat Baru Bersama Kamu

Antonio tau harus nya ia tak melakukan hal seperti tadi. Memeluk Tya seperti itu. Bukankah dirinya sendiri yang menolak untuk meniduri gadis itu.

Ini benar-benar gila! Kenapa pikiran nya jadi kian kacau sekarang?

Dia barusan keluar dari ATM setelah mengambil uang dari debit milik Tya. Pikirannya tak bisa lepas dari kejadian tadi. Sajujurnya itu terjadi tanpa di sengaja dan tak pernah terprediksi oleh Antonio sendiri.

Tya pasti kaget karena ulahnya.

Sekarang, apa yang harus ia lakukan? Mencari pekerjaan lagi? Oh, ini sangat berat untuknya.

Tempat apa yang kira-kira mau menerima otak bodoh sepertinya.

Tya: Temui aku di parkiran kampus nanti siang.

Mau apa gadis ini menyuruhnya datang ke universitas itu?

Antonio menyimpan ponselnya lalu berjalan kaki ke sekeliling jalanan, melihat-lihat apa ada yang bisa ia kerjakan. Setidaknya bisa ia jadikan sarana membuktikan pada Daddy-nya kalau ia bisa hidup dengan usahanya, dan tanpa bantuan pria tua itu.

"Jalan kaki tuan Antonio yang terhormat?"

Seorang pria, dengan mobil hitam mengkilap nya. Berhenti di samping Antonio, tepat di sampingnya. Lalu kaca terbuka, memperlihatkan sosok Jeremy yang tersenyum menang pada Antonio.

"Penjilat ulung ternyata. Kenapa? Kau merasa menang heh?" balas Antoni tak mau kalah.

"Tidak juga. Aku merasa kau yang menang tuan."

Menyindirku? Heh! Antonio sudah muak melihat wajah buruk pria ini. Lebih baik ia cepat pergi. Diejek terlalu lama, bisa-bisa membuatnya marah dan nantinya kala ia memukul Jeremy, pria itu akan mengadu pada Daddy-nya.

Ya, memang begitu sifat si penjilat yang satu ini.

Antonio tak mau mempedulikan, bahkan saat pria itu, mengejeknya dengan senyumannya sinis, menyalakan mesin mobil dan melaju cepat.

'dia pikir dia hebat sekali? Seumur hidupnya hanya bisa menjilat saja," gerutu Antonio sambil berjalan.

Shiiiitt!

Bras!

Bunyi dencitan mobil, yang seirama dengan naiknya genangan air hingga membasahi seluruh pakaian Antonio.

"Sialan! Siapa kau hah?!"

Antonio melihat tubuhnya yang basah karena cipratan genangan air yang tidak tanggung-tanggung ketubuhnya.

Ia bergegas mendekati pria yang mengendarai mobil itu. Mengetuk pintunya dengan kerus sambil berteriak-teriak.

Si pemilik mobil membuka kacanya.

Sosok wanita cantik dengan gaya mewah mencoloknya. Ia menurunkan kaca mata hitam yang tertengger diatas hidungnya.

Dahi wanita itu mengerut beberapa saat. "Antonio?!" Wajahnya mengerucut. "Eeeuuu! Kenapa kamu sekotor ini?"

"Nella?"

Mantan pacar!

Astaga! Benar-benar tidak tepat. Pertemuan yang sangat sial. Bisa-bisanya ia bertemu dengan mantan pacarnya ini dengan kondisi yang sangat buruk.

Nella mantan pacarnya yang kesekian, yang ia putuskan karena memang ia tidak berminat pada wanita satu ini. Tapi aneh, dulu dia miskin, tapi tiba-tiba saja dia naik mobilnya mewah.

"Kemana mobilmu?" tanya Nella dengan wajah sombongnya. Seolah mengejek Antonio yang jalan kaki.

"Hey! Kau kalau menyetir lihat baik-baik! Kerena perbuatanmu itu, aku sampai terkena cipratannya kau tau hah?!"

"Oh, selow saja, Antonio. Bukannya dulu kamu bilang kalau tidak mau kena cipratan genangan air, maka harus naik mobil? Ingat?"

Sialan! Apa wanita ini sengaja mencipratkan genangan air itu padanya?

Jadi dia mau balas dendam karena dulu dirinya mencampakkan Nella dan juga dulu pernah menghinanya?

"Kau jadi gelandangan ya sekarang?" tanya Nella dengan raut wajah senang.

Senang sekali bisa melihat Antonio sekotor ini, dan jalan kaki seperti gelandangan yang mencoba mencari nasi mengganjal perut.

"Jaga mulutmu! Kau pikir aku akan kehilangan semua yang aku miliki hah?"

"Akukan cuma tanya. Kalau memang tidak ya sudah." Nella tampaknya yakin Antonio jadi gelandangan. Dari melihat penampilan nya saja sudah benar sekali.

"Tapi, kalau kamu malu, aku masih mau berbaik hati kok Antonio. Yah, meskipun kamu bilang kamu bukan gelandang, aku akan tetap kasih sedikit uang untuk menyambung hidupmu yang sial itu."

Nella mengambil sesuatu dari mobilnya. Melemparkan benda itu ke wajah Antonio. Kemudian di tutup nya kaca mobil.

"Bye-bye gembel!" teriaknya sambil tertawa terbahak-bahak.

Nafas Antonio memburu. Gurangajar! Wanita itu menghinanya dengan recehan yang di lemparkan ke wajahnya. Dia pikir dia hebat sekali?

Antonio bertaruh, Nella jadi simpanan salah satu pejabat tua bangka. Hingga dia bisa mendapatkan kemewahan seperti itu.

****

"Astaga! Kenapa dengan bajumu?"

Tya memekik saat ia mendongak dari laptopnya, sosok Antonio yang mengenakan pakaian kotor dengan tanah mengering di bajunya.

Di parkiran saat itu cukup sepi, dan Tya duduk mengerjakan tugas kuliahnya di salah satu bangku.

"Kau ztt baik-baik saja?" tanya Tya buru-buru berdiri.

Antonio memilih tak menjawab. Ia duduk di samping Tya. Menyandarkan tubuh ke pohon yang ada di belakangnya.

"Kenapa kau suruh aku kesini?" tanyanya.

Tya masih memperhatikan pakaian Antonio yang sudah seperti pengemis. Ya, biarpun pengemis tampan. Pakaian kotor pria ini tidak menutup ketampanan asli dari wajahnya.

Ia kemudian menyadari sesuatu. "Oh ya, aku sempat lihat-lihat laptop tadi pagi sebelum ke kampus."

"Kenapa? Rusak lagi?" tanya Antonio.

"Enggak! Baik-baik aja. Cuma..., aku mau nanya, kamu pernah belajar teknik komputer, atau IT gitu gak?"

"Kenapa memang?"

"Ya, aku lihat kamu punya potensi loh di bidang itu."

"Terus?"

"Nih, kartu nama temen aku. Siapa tau dia bisa bantu kamu."

Antonio memperhatikan kartu nama yang sudha berpindah tangan padanya itu.

"Kamu sok tau sekali tentang potensi seseorang. Ramalan macam apa itu."

"Ck! Itu bukan ramalan Antonio. Aku lihat kamu bahkan bisa ganti sandi di laptop aku, memperbaikinya, dan menghapus virus virus di dalamnya. Kamu punya potensi, dan kamu pasti bisa mendalami bakat ini."

Antonio tak menjawab apa yang di katakan Tya. Dia hanya terdiam dengan mata menerawang entah memilikirkan apa. Sementara di sampingnya Tya masih menyuarakan kalau dia yakin akan potensi pria ini.

"Aku pernah mendalami ilmu ini."

"Benarkah?"

"Tapi sia-sia."

"Kenapa?"

Tya mengerutkan keningnya menunggu kalimat yang akan pria ini ucapan. Sia-sia? Antonio sudah memperlajari ilmu ini tapi sia-sia? Kenapa?

"Daddy tetap menganggap itu sampah Ty. Dia tidak ingin aku mendalami ilmu mesin atau komputer jaringan. Dia ingin aku jadi bisnisman sepertinya."

Antonio mengembalikan kartu nama itu, mldengan wajahnya yang tak semangat. Hari ini rasanya lebih kacau dari hari-hari sebelumnya.

Ia hendka beranjak pergi untuk melupakan semuanya.

"Antonio. Tapi aku mendukungmu. Aku akan mendukung apa yang kamu suka."

Tya ikut berdiri dan mendekati Antonio yang sudha menjauh beberapa meter darinya.

"Kamu pasti bisa. Sukses bukan tentang jadi apa menurut orang lain. Tapi bisa menjadi seperti yang kita impikan."

"Tapi bagaimana jika tua bangka itu tiba-tiba menghancurkan ditengah jalan lagi?" Antonio menggeram dengan tangan terkepal menahan amarah yang selama ini ia pendam jauh-jauh.

Lagi?

Jadi impian Antonio sudah pernah di hancurkan? Karena tuan Dennis ingin anaknya jadi bisnisman bukan ahli mesin?

"Tapi kamu suka kan Antonio? Kamu suka bidang itu?"

Dengan segenap keyakinan Tya menggenggam dua tabgan Antonio. Tersenyum lebar menyemangati pria itu.

"Yakin Antonio. Aku akan mendukung kamu. Kamu tidak akan di hancurkan seorang diri jika suatu ketika tuan Dennis menentang."

Bersambung....