Chereads / My Husband is not Gay / Chapter 25 - Malam Penuh Gairah Yang Tertunda

Chapter 25 - Malam Penuh Gairah Yang Tertunda

"Kamu sudah pulang?"

Tya yang sedang menyiapkan makan malam mereka menyapa Antonio yang baru saja masuk ke apartment kecil mereka yang sangat nyaman ini.

Sebenarnya mereka terlalu awal untuk makan malam. Tapi karena memang semua sudah siap, Antonio sudah pulang dan mereka sangat lapar, jadi mereka akan makan malam di waktu yang masih sore.

"Kamu baru selesai masak?" tanya pria itu saat masuk kedapur.

"Ya. Kamu mau mandi atau makan dulu?" tanya Tya.

Antoni mendongak dari makanan yang ia lihat. Menatap Tya seolah ada perasaan aneh dalam dadanya.

"Ada apa?" tanya Tya sembari mengusap pipinya. Takut-takut wajahnya cemong.

"Tidak ada." Antonio lantas duduk.

Ia langsung mengambil piring dan makan tanpa bicara lagi. Tya mengangguk kecil, namun maosh heran kenapa pria itu menatapnya begitu lekat tadi.

Ia mengambil posisi di samping Antonio. Seperti seorang istri yang biasanya mendampingi suaminya.

****

Dalam benaknya, Antonio masih tidak mengerti kenapa dia merasakan sesuatu yang aneh saat dirinya dan Tya bersama.

Aneh. Ya, seperti dirinya merasakannya sesuatu yang asing yang belum pernah menyapa hatinya.

Atau ini rasa dirinya yang sekarang sih tidak kesepian makan sendiri lagi? Atau, karena dia merasa bahagia bisa memiliki teman bicara seperti Tya?

Hubungan mereka ini...., entah akan jadi apa nantinya. Perasaan seperti ini menganggu hati hangat Antonio. Seperti dia tidak suka mengingat tujuan apa yang akan menjadi landasan pernikahan mereka.

Mungkin, waktu yang akan menjawab itu. Dirinya dan Tya, akan jadi apa suatu hari nanti.

Menjadi sepasang suami-istri, sepertinya mereka tidak bisa begitu. Sekarang status mereka memang sepasang suami istri. Tapi, tidak mungkinkan mereka akan begini selamanya?

Usai makan, keduanya beralih ke ruang tamu. Antonio menautkan alis begitu melihat Tya yang duduk di sampingnya.

"Kenapa lihat aku? Penampilanku aneh?" tanya Tya yang merasa sejak tadi Antonio suka sekali memandangi lekat. Seolah ada yang tidak beres dengan penampilannya.

"Kau tidak sibuk?"

Tya menggeleng. "Semua tugas kuliah selesai. Video untuk kontenku juga sudah selesai."

"Oh."

Antonio hanya bisa mengangguk merespon Tya. Kemudian tangannya terulur menekan tombol telivisi. Kedua nya sama-sama diam sambil memperhatikan telivisi.

Tapi sebenarnya Antonio tak begitu berminat pada telivisi. Ini kali pertama mereka duduk di satu tempat untuk bersantai.

Biasanya Tya, gadis ini akan mengurung diri dalam kamar setelah makan malam. Tapi malam ini, Tya disampingnya.

Perasaan Antonio tiba-tiba tidak tenang. Dirinya, tanpa sengaja melirik Tya. Melihat gadis itu yang terbawa alur film. Diam-diam Antonio meneguk salivanya. Memperhatikan Tya yang begitu cantik malam ini.

Oh tuhan! Jangan sampai ia menerkam Tya hanya karena dirinya yang sudah lama tidak menyalurkan kebutuhan biologis.

Tapi usaha Antonio untuk menyadarkan diri agar tidak menyerang Tya itu gagal. Tangannya seolah punya nyawa sendiri untuk merangkul Tya. Kian mendekat pada gadis itu.

"Tya," panggil Antonio dengan suara seraknya. Matanya berkabut di bawa gairah.

"Ka-kamu.... k-kenapa?"

Tya tampak ketakutan. Tapi sebelum gadis itu hendak menghindari wajah Antonio yang kian mendekat pada wajahnya, dengan cepat Antonio sudah menahan pinggul Tya.

"Jangan pergi, Tya. Aku membutuhkan kamu."

"Antonio! Sadar!" Tya menatap panik pada pria yang mencengkram punggungnya ini.

"Jangan panik, Ty. Aku tidak akan sakiti kamu."

****

Antonio seolah hendak melayangkan ciuman pada Tya. Alam bawah sadar Tya sungguh panik. Rasanya dia ingin berteriak. Tapi perlahan, saat mata mereka bertemu. Pupil khawatir dan kekuatan Tya merasuk pada pandangan Antonio.

Perlahan cengkraman pada pinggul Tya melemah.

"Pergi sekarang!" perintah Antonio dingin.

"Pergi sebelum aku berubah pikiran Tya!"

Tya seharusnya pergi. Tapi, anehnya dia tetap di sana. Masih mengkhawatirkan Antonio yang entah kenapa saat ini sangat aneh.

Matanya memindai pada tubuh Antonio. Pria itu, yang sepertinya sedang menahan sesuatu. Hingga matanya tertuju pada sesuatu yang menonjol di celana pria itu.

Ia terkesiap. Membuang wajah hingga membuat nafasnya terasa sulit di keluar masukkan.

Okeh, Tya sudah mengerti kenapa Antonio. Tapi, kenapa pria ini menyuruhnya untuk pergi?

"Kau... Kau," Tya bingung bagaimana harus mengatakannya. Dirinya tidak mungkin begitu frontal berkata.

"Aku tak mau menyakitimu. Jadi pergilah."

Menyakiti? Apa Antonio akan membuatnya kesakitan kalau dia disentuh?

"Tapi bagaimana dengan kau... Bagaimana dengan...."

Oh, pipi Tya memerah tak bisa menahan malu. Bagaimana ia bisa mengatakannya. Bahkan membayangkannya saja ia sudah malu.

"Lupakan aku dan pergi sekarang, Tya. Aku tidak akan lukai kau. Masuk ke kamar dan kunci pintunya!"

Tatapan mata Antonio makin berkabut pada Tya. Ia makin tak bisa mengontrol diri lagi. Dan sialnya gadis ini tak kunjung pergi.

"Apa yang kau tunggu?!" bentak Antonio geram melihat Tya yang masih duduk di sampingnya.

"Aku...," Tya berada diambang ketidak yakinan. Tapi dia juga tidak tega melihat Antonio seperti ini.

"Kau tau. Aku bisa saja menyetubuhimu kalau kau tidak pergi, Tya!" Dengan frontalnya Antonio berkata.

Pria itu menahan dirinya, menggerang saat dirinya merasa sangat butuh penyaluran.

Elusan lembut di bahunya, membuat Antonio sontak kaget.

"Kau! Kau kenapa?"

Elusan itu makin berani turun ke dadanya.

"Tya! Jangan goda aku!"

Antonio mengerang merasakan aliran listrik tiap kali Tya mengusap dadanya dengan cara yang sangat sensual.

Dan pecahlah. Antonio tak bisa menahan lagi. Ia menarik Tya agar duduk di pangkuannya. Sebelah tangan pria itu sudah mengelus gundukan menggoda Tya yang sangat ia damba.

"Tya. Kau akan menyesal nantinya," bisik Antonio terdenger tersiksa terlalu lama menahan gairah seperti ini.

"Aku... Aku tak apa." Dengan mengigit bibirnya, Tya berkata yang mana langsung membuat mata Antonio melebar.

"Aku tak apa," ulang Tya lagi. Kini tatapannya semakin meyakinkan.

"Kau bisa lakukan," bisik Tya melihat masih ada keraguan di mata Antonio.

Kemudian, dengan jarak sedekat ini, ia menarik dagu Tya dan melihatnya dengan rakus. Seolah sudah lama pria itu mendambakan hal ini.

Ciuman itu terlepas dengan keduanya yang saling menarik nafas tersengal.

"Kau yakin, Tya?" tanya Antonio yang merasa kalau itu bisa saja membuat Tya menyesal.

"I'm your wife!" Tya memperlihatkan keyakinan pada Antonio.

"Baiklah. Akan kubuat sangat indah agar kau tidak menyesal, Tya," bisik Antonio tepat di daun telinga Tya.

Seolah dirinya memang menginginkan itu, Tya memejamkan mata menikmati gelenyar yang hadir karena bisikan pria itu.

Antonio mengambil posisi untuk Tya. Dia melepas kancing baju tidur gadis itu dan melihat isinya dengan sangat takjub. Sebelum benar-benar menyentuhnya, Antonio melihat dulu pada wajah Tya. Seolah meminta izin.

Dengan pipi bersemu merah, Tya memasang tampang keyakinannya. Meski terlihat sekali kalau Tya malu memperlihatkan tubuh atasnya yang polos.

Dirinya tak suka mengenakan pakaian dalam kalau malam. Dan itu, sungguh membuat Antonio merasa terbakar gairah.

Dengan lahap ia memainkan area sensitif Tya. Hingga membuat Tya tak bis lagi menahan diri untuk tidak mengerang. Tiap hisapan Antonio, rasanya membawa dirinya terbang ketawang Awang

Pria itu mengencangkan Cengkraman pada pinggang Tya Karena gadis itu mulai tak bisa menahan dirinya. Ia makin merapatkannya tubuh menggiurkan Tya pada tubuhnya.

"Kamu sangat menggoda, Tya," bisik Antonio di sela hisapannya.

"Antonio..." Tya lamit-lamit mengucapakan nama pria itu. Membuat Antonio memejamkan mata mendengar namanya di sebut dengan sangat sensual.

"Mengerang, Tya. Suara kamu sangat merdu," kata Antonio lagi naik ke lehernya.

Tya menguatkan cengkraman di pinggang baju Antonio. Tiap kecupan-kecupan pria itu yang tak dapat Tya tahan untuk tidak mengeluarkan suara.

Ting nong...

Ting nong...

"Tya!!! Ini Qiara!"

"Tya! Ini Qiara sama Zidan! Buka pintunya!"

Suara yang masuk ke dalam ruang apartemen. Bel yang terus di pencet bertubi-tubi. Sungguh menganggu keduanya yang sedang memadu cinta.

"Antonio! Itu..."

Tya mengeluh sambil terus di hujani kecupan oleh Antonio.

Pria itu mulanya tak peduli dan dia berfikir tamu pengganggu itu akan pergi sendirinya. Tapi setelah panggilan-panggilan menyebalkan dan telpon yang tiba-tiba masuk ke ponsel Tya.

"Sialan! Siapa sih!"

Pria itu mengumpat sambil menggerutu lalu melepas ciuman di leher Tya.

"Aku harus menemui mereka," ujar Tya.

Ia melepas diri dari Antonio. Tak lupa sambil mengancingkan kembali bajunya yang sudah benar-benar di buka oleh Antonio.

Bersambung ....