Chereads / Tetaplah Bersamaku! / Chapter 10 - 10. Lebih Awal Dari Rencana Semula

Chapter 10 - 10. Lebih Awal Dari Rencana Semula

"Apa saja?"

"Ya, apa saja." Jawab Liam dengan senyum memikatnya.

Aubrey diam sejenak. Dia tidak tahu apa yang akan dia minta pada Liam. Tapi, sepertinya ini adalah kesempatan yang baik untuk mengharapkan sesuatu atas pengorbanan yang dia lakukan dengan berpura-pura menjadi pacar seorang Liam Knight.

"Aku belum tahu apa yang akan aku minta. Tapi, aku pasti akan menagihnya kelak." Jawab Aubrey.

Liam tersenyum lirih mendengarnya. Sifatnya yang seperti anak kecil, sungguh berbanding terbalik dengan postur tubuhnya yang menjulang tinggi. Aubrey menghela napas dalam-dalam.

"Kapan Ruth akan datang?" Aubrey bertanya untuk memecah kesunyian selama beberapa menit ini.

"Mereka paling cepat datang besok atau lusa. Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk bersikap mesra padaku. Kamu cukup berdiri disampingku dan memperkenalkan diri sebagai pacarku maka dia pasti akan mundur." Jawab Liam.

"Liam … kemarilah," Aubrey mendekatkan wajahnya ke Liam yang dibalas dengan Liam yang mendekatkan wajahnya ke Aubrey.

"Awwww," Aubrey menjitak kepala Liam dengan jarinya.

"Kenapa kamu percaya diri sekali kalau aku akan bersikap mesra padamu? Tidak ada lelaki yang berhak menerima sikap mesraku kecuali suamiku kelak." Aubrey berdiri meninggalkan Liam yang masih mengusap-usap kepalanya karena sakit dijitak. Namun, pria itu tersenyum senang melihat setidaknya hubungan mereka ada kemajuan meskipun sedikit kasar.

Aubrey pergi menuju mobilnya dan perempuan dengan rambut pirang itu memacu mobilnya menuju suatu tempat. Bukan kafe juga bukan rumahnya. Tapi, ke sebuah tempat dimana dia sering menghabiskan waktunya untuk menyendiri disaat butuh tempat untuk merenung. Tempat itu adalah sebuah taman lain di tengah kota. Sebuah kursi panjang terbuat dari besi adalah saksi bisu bagaimana Aubrey menghabiskan hari-harinya mengadukan nasibnya disana berbicara seorang diri.

Aubrey ingin pergi ke makam ibunya tapi makam ibunya sangat jauh dari tempat dia tinggal sekarang. Ibunya dimakamkan berdekatan dengan makam kakek neneknya.

"Ibu, aku akan memiliki pacar rahasia sebentar lagi. Dia adalah pria yang biasa saja, sederhana, dan tidak terlihat menonjol dibandingkan dengan statusnya sebagai anak dari keluarga kaya raya. Tapi ibu, aku lakukan ini untuk ayah. Aku pastikan kami akan terus bersama meskipun kami tidak sering berbicara lagi seperti dulu. Hanya ayah keluargaku saat ini. Aku tidak punya siapa-siapa lagi didunia ini." Aubrey mendongakkan wajahnya keatas agar air matanya tidak jatuh bercucuran membasahi pipinya.

"Aku kangen ibu." Aubrey mengakhiri curahan hatinya dan akhirnya menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya. Sementara itu dibalik pohon besar dibelakang Aubrey, ada seorang pria yang berdiri sambil mengepalkan tangannya dan mengeraskan giginya.

"Aku akan menjadi keluargamu mulai saat ini, Aubrey. Tidak ada yang bisa mengancam dan menyakitimu lagi." Ujar pria dengan warna rambut putih itu.

-----

"Mom, nanti kita disana tinggal dirumah teman daddy itu kan?" Ruth dan keluarganya yang sebentar lagi sampai di kediaman The Knight, ternyata tiba lebih awal dari perkiraan. Beruntung keluarga The Knight sudah mempersiapkan dua kamar beberapa hari sebelumnya.

"Iya sayang, kita bertiga akan tinggal disana. Kita hanya punya waktu tiga bulan untuk menjerat salah satu anak mereka untuk dijadikan suamimu. Bisnis perusahaan daddy kamu sedang turun, oleh karena itu kita butuh bantuan dana lebih besar dan orang itu adalah Phil Knight." Jawab Martha Wilson, ibu dari Ruth Wilson.

"Aku dengar Martin dan Jason tidak ingin menikah tahun ini. Jadi tinggal anak bungsu mereka yang bernama William. Sayangnya, Liam bukanlah pengusaha, dia hanyalah seorang pelukis. Dan, dia memiliki tingkah seperti orang idiot dan penakut. Sejujurnya pria seperti itu lebih mudah dikendalikan jadi aku tidak terlalu khawatir kalau dia pasti mau menikah denganmu." Jawab George yang mengendarai sendiri mobilnya.

"Apa? Aku akan dinikahkan dengan pria idiot dan pengecut? Apa daddy tidak salah bicara? Daddy tega menikahkan aku dengan pria yang punya keterbelakangan mental. Huh, aku tidak mau!" Ruth emosi begitu mendengar cici-ciri dari pria yang akan dinikahinya.

"Huh, dia hanyalah batu loncatan saja. Kalian juga tidak akan pernah merasakan malam pertama karena aku dan mommy mu akan mengaturnya dengan baik." Jawab George. Martha tersenyum penuh licik pada suaminya dan Ruth pun melihat tatapan mata kedua orangtuanya sudah dipenuhi dengan banyak rencana hebat didepan.

"Kalau begitu, terserah daddy dan mommy. Aku hanya menurut saja. Yang penting, aku tidak mau menikah dengan pria idiot itu tapi perusahaan daddy tetap terselamatkan." Jawab Ruth akhirnya.

Satu keluarga yang memiliki niatan busuk didalam hati mereka masing-masing, sedang menuju ke rumah keluarga The Knight yang merupakan makanan empuk untuk mereka lahap secara perlahan namun pasti.

Aubrey tidak kembali ke kafe setelah pulang dari taman. Perempuan cantik itu memilih diam didalam kamar merenungi nasibnya yang akan menjadi pacar seseorang yang bahkan dia belum kenal dekat karakternya. Tiba-tiba sebuah telpon masuk berdering dan membuyarkan lamunannya.

"Aubrey, aku Liam." Suara lelaki yang akan terbiasa Aubrey dengar setiap harinya.

"Aku tahu. Ada apa?" Aubrey menjawab dengan malas-malasan.

"Mereka sudah datang. Mereka datang lebih cepat dari rencana semula." Jawab Liam dengan suara pelan. "Apa aku menganggu Aubrey tidur? Kalau begitu, maafkan aku … aku akan tutup telponnya sekarang." Ujar Liam dengan nada ketakutan.

"Huft, Liam. Bisakah kamu memberiku kesempatan untuk berbicara? Atau, kamu ingin aku selalu menjadi pendengar?" Aubrey berkata dengan nada mengancam.

"Tidak tidak, maafkan aku, Aubrey. Apa yang ingin kamu katakan?" Liam tergesa-gesa berkata.

"Huft, besok aku akan beraktivitas seperti biasa. Ke kafe lalu ke kampus. Sepulang dari kampus, aku akan kerumahmu dan bertemu dengan mommy mu. Apakah besok kamu ada dirumah?" Aubrey bertanya.

"Tentu saja, aku akan dirumah setelah makan siang. Memangnya kamu tidak apa-apa kerumahku sendirian?" Liam bertanya balik.

"Aku sudah terbiasa kemana-mana sendirian. Ya sudah, aku tutup dulu telponnya. Selamat tidur." Ucap Aubrey.

"Selamat tidur, Aubrey. Mimpi yang indah." Balas Liam.

Aubrey meletakkan ponselnya diatas meja dan mematikannya. Besok adalah hari pertama dia akan menjadi pacar dari Liam. Pacar kontrak yang hanya berlangsung selama tiga bulan.

-----

Aubrey seperti biasa pagi-pagi sebelum berangkat ke kampus adalah membuka paling awal kafe kopinya. Minimal satu jam dia sudah berada disana. Baru saja Aubrey meletakkan tasnya diatas meja, tiba-tiba seorang tamu dipagi hari sudah datang,

"Maaf kami belum … Liam?" Aubrey melihat pria berambut putih itu masuk kedalam kafenya dengan mengenakan kaos dan celana panjang jeans juga jaket warna hitam. Sangat kontras sekali dengan warna rambutnya yang putih bercahaya.

"Maaf, aku datang pagi-pagi kesini." Ujar Liam.

"Ada apa?" Aubrey menghentikan menurunkan kursi dari meja.