Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Hotel Grand Elty Kota S
Meeting selesai saat Albian memilih satu dari beberapa contoh desain buatan Liliana. Meskipun harus melalui tahap menyebalkan bagi si desainer cantik ini, untunglah tidak semenyebalkan itu bagi Anya yang merasa senang.
Heum, Anya senang, kapan lagi bisa melihat wajah kaku namun harus tetap tersenyum dari sang Bos.
Ia belum tahu apa yang terjadi, karena sepanjang meeting ia tidak bisa berbisik saat Albian mengambil alih hampir semua perbincangan.
"Jadi, akan ada seorang yang bertugas mengukur semua karyawan di sini, Tuan Albian. Baru kemudian dimulai pembuatannya," ujar Liliana kepada Albian yang mengangguk.
"Tentu saja. Bila perlu biar saya sendiri yang akan menyambut, apalagi jika yang mengukur itu anda sendiri," sahut Albian dengan senyum memikat.
Albian tidak tahu saja, jika sudah sepasang bola mata biru yang menatapnya dengan dengkusan dan juga decihan meski dalam hati.
Si vangke ini, umpat Kendrick.
Yes man, Kendrcik yang hanya diam saja karena merasa bukan areanya, sama sekali tidak bisa menahan decihannya saat sahabatnya ini terlihat sekali memonopoly jalannya meeting.
Padahal nih ya, sosok Albian ini bukan yang paling cerewet. Apalagi kalau soal remeh macam seragam, yang sebenarnya Albian sendiri tidak terlalu memikirkan yang penting penampilan bawahannya fresh.
Lalu Liliana, ia menahan diri untuk tidak merotasi bola matanya, saat melihat ekspresi senang pria bernama Albian di depannya.
Abaikan saja pria satunya, anggap tidak ada.
Cih!
Liliana bahkan sampai heran, apakah pria itu manusia atau bukan.
Pasalnya, pria yang duduk di sebelah si pengelola hotel itu hanya diam dengan wajah datar, bak patung porselen meskipun tidak dengan netra yang menatapnya lurus.
Sepertinya Kendrick tidak cukup puas membuat Liliana mengumpat disaat presentasi. Bahkan, sampai duduk dan berdiskusi pun pria keturunan Eropa-banten (Ini ngarang) ini sama sekali tidak mengalihkan tatapannya.
"Tuan Albian bisa saja," sahut Liliana dengan senyum memikat beda dengan hatinya yang ingin kembali mengumpat. "Orang kiriman kami akan bekerja cepat, tidak akan lama untuk mengukur masing-masing karyawan anda di sini," lanjutnya menenangkan.
Albian tersenyum dengan siulan dalam hati, saat Liliana sama sekali tidak menampilkan senyum malu. Padahal, ia merasa sudah maksimal dengan mengubah nada suaranya menjadi lembut. Tapi apa, wanita ini masih saja professional di hadapannya.
"Begitu, saya percaya jika itu anda, Nona Liliana. Iya kan, Ken?"
Kendrick yang sedang melamun memperhatikan Liliana sempat tersentak kecil, sebelum akhirnya mengangguk menanggapi apa yang dikatakan sahabatnya.
"Hn."
Lagian apa urusannya denganku. Kenapa dia nanyanya sama aku, bukan sama asistennya. Sengaja nih pasti, lanjut Kendrick dalam hati.
Liliana mengangguk menanggapi ucapan Albian, kemudian melirik Kendrick yang balas lirikannya dengan seringai miring tiba-tiba, sontak membuat Liliana yang melihatnya kembali mengutuk dalam hati.
Apa dia dendam sama aku? Kenapa dari tadi hanya melihatku, padahal ada Anya yang juga duduk di sebelahku.
Liliana hanya mampu menggerutu dalam hati, membalas seringai miring dari Kendrick dengan senyum miring pula, sebelum akhirnya suara Albian terdengar menginterupsi.
"Karena meeting sudah selesai, bagaimana kalau kita makan siang bersama?"
"Ah! Itu terlalu merepotkan, Tuan Albian," sahut Liliana.
Anya hanya bisa diam, dengan tangan bekerja memasukan kembali perlengkapan mereka ke dalam sebuah tas yang dibawanya. Kemudian menoleh saat suara Albian kini terdengar merayunya, yang dikenal Liliana tidak tahan iman dengan buayawan tampan.
"Bagaimana dengan Nona Anya, mau ya?"
Eh?
Anya terdiam dengan bibir tersenyum kaku, melirik ke arah Bosnya yang mengedipkan mata memberi kode, kemudian kembali menatap Albian yang menyuguhkan senyuman penuh karisma.
Anya tanpa sadar mengangguk, tanpa peduli dengan cubitan di lengannya dari sang Bos yang merutuki kelakuan asistennya.
Ais, si Anya ini…
"Tentu Tuan."
"Bagus! Anggap saja ini sebagai perayaan kecil kerjasama kita. Bukan begitu, Nona Liliana?" sahut Albian antusias, menatap Liliana dengan senyum kemenangan yang disembunyikan rapih.
Liliana terpojok, akhirnya yang dilakukanya adalah mengangguk dan tersenyum manis.
"Tentu saja, Tuan Albian. Terima kasih sebelumnya," balas Liliana gondok luar biasa.
Kendrick yang mengetahui temannya sedang modus kamvret hanya bisa menggelang dalam hati. Tapi, tidak apa-apa juga sih, karena artinya pun durasi bertemunya dengan Liliana jadi bertambah.
Dengan begitu, berangkat lah mereka berempat ke restoran yang ada di bawah ruang meeting. Restoran masih di dalam hotel tepatnya dan Albian dengan senang hati menunjukan apa yang ada di area kekuasannya.
Ya, Albian bahkan sudah mempersilakan Liliana duduk layaknya pria gentle, dengan menarikkan kursi dan tersenyum lembut, tanpa tahu pria lain yang melihatnya sudah menahan diri untuk tidak melempar barang ke wajahnya.
Setelah duduk nyaman di masing-masing kursi, Liliana juga dipesankan makanan dengan Albian yang masih mengambil alih obrolan.
Ah! Sepertinya Albian berniat sekali membuat pria satunya meradang. Jelas saja, ini diperkuat dengan netra arangnya yang akan sesekali melirik ke arah sahabatnya, hanya untuk memastikan jika dirinya dilihat tajam.
Pfftt… suruh siapa dah, jadi pria kok diem aja kaya batu, kekeh Albian dalm hati.
Lalu Kendrick, si tampan paripurna namun punya harga tinggi selangit ini ingin sekali menjedukkan kening Albian di meja. Apalagi saat ini sahabatnya itu sedang menunjukkan menu kepada Liliana yang sama sekali tidak meliriknya.
Pesanan selesai, Liliana yang merasa butuh menuntaskan hasratnya izin ke belakang dan tersenyum manis kepada Albian.
"Tuan Al-
"Bagaimana kalau Bian saja? Aku rasa lebih enak di dengar. Tidak perlu sekaku itu," sela Albian cepat.
Liliana mengangguk kecil mendengarnya. Ia kemudian kembali tersenyum dan mengulangi kalimatnya.
"Baiklah, Bian. Aku permisi sebentar, titip Anya ya."
"Hei! Lil, memang aku apaan pakai titip segala macam?" protes Anya menatap Bosnya dengan delikan mata, sebal.
"Ha-ha-ha…, kalian ini memang ada-ada saja," sahut Albian seraya tertawa kecil dan Anya yang mendengarnya ganti mengedipkan kelopak mata, tiba-tiba malu saat melihat wajah tampan si pengelola hotel.
Liliana pun akhirnya meninggalkan meja, setelah sempat mengirim lirikan kepada Kendrick yang hanya menatap sekitar dengan datar.
Huh!
Kendrick mendengkus dalam hati saat melihat ekspresi masam wanita yang kini sudah berjalan menuju lorong di ujung sana.
Drt… Drt … Drt…
Ia tersentak kecil merasakan getaran pada saku jasnya, kemudian memutuskan untuk menerima saat melihat nama sang mama di layar sana.
Tanpa sadar senyumnya terulas, ia berdiri dari duduknya dan menepuk bahu Albian seraya menunjukan layar handphonenya.
Puk!
"Aku terima panggilan dulu," ucap Kendrick kemudian meninggalkan meja setelah Albian menganggukinya.
"Oke!"
Kini, hanya menyisakan Albian dan Anya yang saling melihat, sebelum akhirnya si lihai Albian memulai percakapannya.
"Jadi Nona Anya, apakah kamu saat ini sudah memiliki pasangan?"
"Eh?"
Bersambung