Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Apartemen Moon Elty
"Eh! Tap-
"Tidak ada tapi-tapian, buruan cepat poles gincunya. Jangan buat pejantan menunggu, kita harus tampil di sana dengan pesona tak teralakan. Iya nggak tuh, Nya?" sela Felixia tanpa peduli dengan bibir Liliana yang sudah terbuka-tertutup seperti ikan koi kehabisan napas.
"Yups! Benar banget!"
"Ya sudah! Yuk buruan."
"Oke!"
Dan Liliana hanya bisa menghembuskan napas, memakai lipstiknya dengan hati menggerutu.
Mereka ini, senang sekali sepertinya. Kompak, apalagi kalau sudah soal pejantan dan pesta, ck!
***
Apartemen Sky Elty
Seorang pria terlihat berdiri di depan cermin full body hanya dengan handuk yang menggantung di pinggulnya.
Ia memperhatikan kiri-kanan rahangnya dipantulan sana, memastikan lagi jika wajahnya tidak ada yang salah.
Wajahnya tetap tampan, tapi kenapa wanita itu seakan enggan meliriknya dan justru malah menatapnya dengan permusuhan?
Grrr…, wanita menyebalkan, umpatnya kesal.
Suara panggilan dar gawai yang diletakannya di nakas, membuat si pria menoleh dan melangkah mendekati naka itu.
Alisnya terangkat kala mendapati salah satu temannya kini namanya terpampang sebagai pemanggil. Sebelum menerimanya, ia melirik jam digital dan menemukan waktu pameran sebentar lagi tiba.
Shit!
Sepertinya aku terlalu tenggelam dengan informasi yang didapatnya dari sang asisten. Ia bahkan sampai melupakan pekerjaan dan juga dokumen yang tergeletak di meja kerjanya.
Alhasil, ia pun harus rela waktu pulang yang sudah ditergetkannya meleset.
Dering panggilan masih tetap berlanjut, ia pun memutuskan untuk menerimanya dengan menggeser ikon hijau dan menekan ikon loudspeaker pula.
Klik!
"Hn?"
[Ck! Ken…, kamu di mana sih? Kamu datang di acara pemeran malam ini kan?]
Pertanyaan beruntun dari si pemilik acar itu membuat pria yang dipanggil Ken mendengkus.
Ya, ia adalah Ken—Kendrick yang saat ini sedang berjalan santai menuju walkin closet-nya dengan suara menggerutu itu terdengar memenuhi ruang tidurnya.
"Iya," jawab Kendrick santai, kemudian meletakan handphone itu di atas sebuah laci kaca yang menyimpan berbagai jenis dasi miliknya.
[Ck! Jawab yang bener napa, ditanya panjang jawabnya hanya iya. Menyebalkan sekali.]
Gerutuan dari temanya yang terdengar kesela hanya dibalas dengan dengkusan kecil dari Kendrick, yang saat ini sedang mengambil setelan jas semi formal berwarna biru dongker di lemari gantungnya.
"Lalu aku harus jawab apa? Yang jelas aku datang, sudah kan, puas belum?"
Kali ini Ken menjawabnya dengan sedikit panjang, setelah mengeluarkan jas itu dari dalam sana. Sedangkan tangannya yang lain mengambil kemeja merah maroon dan kemudian memakainya.
[Puas! Begitu kan enak. Lagian, kamu harus tahu jika malam ini kita kedatangan model terkenal ambasdor butik Linscral. Keren kan? Aku mengenalnya dari blind date dan menjadikannya pacar online, ha-ha-ha…]
Deg!
Gerakan mengancing Ken berhenti seketika saat mendengar apa yang dikatakan oleh temannya. Ia tidak salah dengar kan, jika temannya menyebut nama butik yang akhir-akhir sedang menjadi pencarian teratasnya?
Tunggu! Kenapa takdir seakan menuntunku kepadanya? Apakah ini artinya dia tidak akan lepas dari bayang-bayangku?
Ken tersenyum miring dan kembali mengancingi kemeja yang dikenakannya. Ia berbalik dan berjalan menuju handphone yang masih dalam keadaan tersambung dengan si penelpon.
"Kalau begitu aku tidak boleh telat, aku akan tiba di acara pameran sebentar lagi. Oke? sampai jumpa di sana," sahut Ken dan kemudian memutus sambungan tanpa peduli dengan pertanyaan si penelpon.
[Eh! Tap-]
Tut!
Kembali Kendrick tersenyum senang, ia melanjutkan kembali memakai baju yang dipilihnya malam ini, kemudian berdandan rapih dengan menata rambutnya tanpa bantuan pomade seperti biasa.
Rambutnya ia acak asal, sedangkan parfume menyusul sebagai persiapan terakhir yang menjadi hal paling pokok untuknya.
Dan kini, ia sudah tampan dengan aroma yang tidak akan satu wanita pun mampu menolaknya.
"Nah! Liliana, kita akan ketemu lagi setelah ini," bisik Ken dengan nada senang yang kentara.
Dengan begitu, Ken pun meninggalkan apartemennya setelah mengantongi dompet dan juga handphone, sedangkan kunci mobil digenggam meski sesekali diputranya dengan hati riang.
***
Pameran mobil
Ruang VIP
"Eh! Tap-
Tut!
"Fuck! Si Ken ini bisa nggak sih, kalau lagi nelpon nggak mutus sembarang saat ingin bertanya. Ck! Menyebalkan."
Albian, yang kebetulan sudah datang dan sedang duduk tampan di kursi VIP hanya bisa terkekeh, ketika mendengar umpatan temannya yang kesal dengan temannya yang lain.
"Kamu seperti tidak tahu Ken saja, Chris," sahut pria lainnya—Gaevin dengan kepala menggeleng, tidak heran.
Pembawaannya lebih kalem dibandingkan Chris yang selalu meledak-ledak jika sudah berdebat dengan Ken, si cold man melebih coldkas, julukan dari mereka masih mengenyam pendidikan.
"Biarkan saja, Vin. Mereka berdua hanya saling menyayangi satu sama lain, iya kan, Crish?" ledek Albian.
Ia hanya terkekeh dan sekalinya bersuara akan sangat menyebalkan, apalagi jika sudah menggoda dua temannya, Ken dan Crish maksudnya.
"Shut up!"
Ha-ha-ha….
Untunglah saat ini pameran belum dilaksanakan, masih menunggu para tamu undangan memenuhi aula yang sudah disiapkan. Sehingga, tiga pria tampan yang sukses dalam bidang masing-masing ini tidak perlu memikirkan tatapan orang lain.
Sementara mereka yang sedang tertawa di ruang VIP, di teras depan sendiri terlihat ramai para tamu undangan yang menunggu saat pemeriksaan dari penjaga sebelum memasuki aula.
Kenyamanan dan keamanan selama acara nanti berlangsung sangat dijaga, apalagi kali ini memperlihatkan mobil mahal keluaran terbaru oleh si pembuat acara.
Di antara mereka para undangan, ada tiga wanita cantik yang baru saja turun dari mobil tepat di teras bagian paling depan, di bawah tangga.
Mereka membiarkan saat seorang parkir valet memarkirkan mobil mereka dan berjalan menuju barisan tamu yang sedang menunggu giliran diperiksa.
"Ya amsyong, pakai acara diperiksa segala," celetuk Anya, saat melihat barisan yang terlihat layaknya ular.
"Ck! Xia, katanya kamu diundang ekslusive, masa harus pakai antre sih," timpal Liliana, mencibir.
Xia—Felixia yang mendengar cibiran dan celetukan mengesalkan dari dua temannya mendengkus, kemudian dengan gerakan bar-bar menahan kesal mengambil handphone di dalam kecilnya.
"Huh! Aku akan mengubungi kekasihku saat ini juga untuk menjemput kita, lihat saja," tukas Felixia kesal, mendelik ke arah dua temannya yang hanya terkekeh.
Cih!
Sambil menunggu panggilannya diterima, model seksi ini masih melayangkan tatapan tajam kepada Bos dan temannya yang kini masih asik menatapnya dengan bibir menyeringai.
Namun, ia segera fokus dengan panggilannya ketika diterima dan disahuti antusias.
Klik!
[Yes Xia! Where are you, now?]
"Aku di depan, apakah aku harus mengantre seperti yang lainnya?" sahut Felixia to the point, mengadu kepada seseorang yang saat ini sedang dihubunginya.
[Oh! I'm so sorry, baby. Wait for me there (Oh! Aku sangat menyesal, sayang. Tunggu aku disana)}
"Baiklah, aku tunggu di sini. Jangan terlalu lama, kamu tahu tidak, ada dua ladys yang sudah tidak sabar bertemu dengan kalian," tandas Felixia, sengaja mengirim tatapan meledek penuh kemenangan saat dua temannya melotot ke arahnya.
[Oke, just a second.]
"Hum…."
Tut!
Felixia terkekeh mendengar keduanya menggerutu dan hanya mengangkat bahu tak acuh, ketika disembur karena kebohongannya.
Rasakan, suruh siapa bawel, batin Felixia kesenangan.
Bersambung