Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Tempat pameran
Ruang VIP
Tut!
Chris yang telah selesai dengan panggilan bersama kekasih online-nya segera menyimpan handphone-nya di saku, kemudian menatap kedua temannya yang sedari awal panggilan menatapnya penasaran.
"Model yang kataku dari butik Linscal sudah datang, kamu pasti tahu dong siapa mereka ini, Al?" ujar Crish menatap Albian yang mengerti akan pertanyaannya ini dengan senyum miring, senyum yang dibalas pula sama miringnya, senang.
"Yup! Ken pasti senang dengan kabar ini," sahut Albian, terkekeh dalam hati kala mengingat pertemuan mereka siang ini.
"Ha-ha-ha…, aku tidak menyangka jika kebetulan seperti ini bisa ada di dunia," tukas Crish senang.
Ia beranjak dari duduknya, kemudian membenahi jasnya agar lebih rapih dan menatap keduanya masih dengan senyum senang terulas.
"Nah! Aku jemput para bidadari dulu dan untuk Gaevin, sayangnya hanya ada tiga wanita malam ini, kamu tidak apa-apa kan kalau mencari partner sendiri?" lanjut Crish meledek temannya yang mendengkus.
"Tidak, terima kasih. Aku lebih suka sendiri, dude," tandas Gaevin menyeringai.
"Halah…, nanti juga kamu pulang bersama wanita. Iya kan?" ledek Albian dengan mulut dan pikrian kotornya.
Gaevin yang sudah terbiasa mendengar ucapan kamvret Albian kembali mendengkus, melempar temannya itu dengan tutup botol beer yang sedang mereka nikmati.
Pletak!
"Mulutmu bau, sikat gigi sana," tukas Gaevin kejam.
Crish tergelak melihat pertengkaran keduanya, beda dengan Albian yang balas lemparan tutup botol itu dengan tutup lainnya yang tergeletak.
"Sial!"
Umpatan Albian disertai dengan kekehan setelahnya, membuat Crish pun menggeleng tidak habis pikir. Dan, karena tidak ingin pacar online-nya lama menunggu, ia pun memutuskan untuk meninggalkan keduanya dan berjalan tergesa ke arah teras.
Chris melihat dengan rasa bangga saat tamu sebagian sudah memenuhi ruangan pameran dan mobil yang dipajang pun sudah ramai dikelilingi.
Ia kembali fokus dengan tujuannya yaitu menjemput tiga wanita yang ada di tempat pemeriksaan sana. Ia mengangguk kecil mendengar sapaan untuknya, sedangkan tatapan sendiri bergulir mencari eksistensi wanita cantik yang menghubunginya.
"Ah! Itu dia," gumam Crish senang.
Ia segera menghampiri tempat ketiganya berdiri, kemudian menyapa salah satunya yang membuat ketiganya menoleh kompak.
Oh! Man, dia benar wanita yang mencium Ken, benar-benar beruntung sekali dia mendapatkan ciuman pria nomor satu tertampan itu, batin Crish senang.
"Xia!"
Crish juga memasang senyum tampan andalannya, senyum yang selalu sukses membuat lawan jenisnya menjerit minta digagahi.
Sret!
"Crish! You're long, I'm tired of waiting for you here, just so you know, (Kamu lama, aku lelah menunggumu di sini, asal kamu tahu)" sahut Felixia mengomel, menatap Crish yang akhirnya sampai di depannya dengan delikan lucu.
Crish terkekeh renyah mendapati reaksi seperti ini, kemudian menatap dua wanita lainnya setelah meminta maaf dengan lembut.
"Sorry, beibh. Aku harus berpamitan dengan dua temanku di dalam lebih dulu. Dan apakah ini dua teman yang kamu maksud?"
"Ya, ini Liliana dan Anya," jawab Felixia santai, tanpa menyadari jika salah satu dari temannya menatap dengan netra membulat senyuman Crish yang terlihat ganjil jika jeli.
Oh, my, God.
Dengan wajah melengos seakan menghindari tatapan, Liliana yang kaget harus tersentak kaget saat suara Felixia kembali terdengar.
"Crish, kamu bisa berkenalan dengan mereka nanti saat di dalam, jadi sekalian berkenalan dengan tamanmu juga. Iya kan?"
"Tentu saja, aku tidak masalah yang penting kamu senang," sahut Crish mendepikan sebelah matanya, menggoda lihai si model yang terkekeh renyah menanggapinya.
"Pintar merayu ya, tapi aku suka. Ha-ha-ha…."
"Tidak juga, baiklah ladys mari ikuti denganku. Tidak ada periksa lagi, jika untuk tamu spesial."
Crish tersenyum kalem dengan tutur kata lembut, kemudian mengulurkan tangan yang segera disambut oleh sang model, yang kini sudah menempel di lengan pria itu dan meninggalkan dua temannya yang mengekor di belakang.
Anya yang melihat tingkah genit temannya hanya bisa mendengkus, berbisik lirih di telinga Liliana yang justru menampilkan wajah pucat meski tertutupi dengan baik.
"Ck! Xia melupakan kita, menyebalkan sekali."
"Kamu juga menyebalkan, apalagi kalau sudah bertemu dengan pria model Crish. Iya kan?" sahut Liliana berusaha mengalihkan rasa ngerinya, dengan meledek Anya yang mencubit lengannya kecil.
"Isk! Kamu juga begitu, sok lupa."
"Ha-ha-ha…. Iya deh iya."
Keduanya tertawa bersama, membuat Felixia yang sedang menempel di lengan Crish menoleh diam-diam dan melirik tajam, seakan mengancam dengan makna tersirat.
Namun, dua temannya tidak peduli dan balas tatapan itu dengan menjulurkan lidah, meledek.
Ck! Menyebalkan, batin Felixia kesal.
Ia menghadapkan wajahnya kembali ke depan, saat mereka melewati pintu pemeriksaan dengan Crish yang menjadi jaminan mereka masuk tanpa perlu diperiksa.
Kini, sebuah ruangan dengan beberapa mobil mewah terlihat dan ketiga wanita ini melihat dengan netra berbinar, kagum.
Anya yang berjalan bersama Liliana tidak bisa untuk berbisik, menganggumi apa yang dilihatnya tanpa disembunyikan kepada temannya ini.
Tidak lama, terlihat dua penjaga yang membukakan pintu dan juga suara Crish terdengar mempersilakan.
Ceklek!
"Oke, ladys. Silakan masuk!"
"Terima kasih!"
Ruangan besar dengan hiasan serta sofa di tengah tersusun melingkar, di sana juga terlihat dua pria yang duduk dan segera berdiri ketika melihat kedatangan seseorang yang ditunggu.
"Ladys! Ini adalah dua temanku, silakan berkenalan dulu sambil menungggu yang satunya lagi untuk datang dan bergabung dengan kita," ujar Crish berdiri di antara temannya, masih dengan Felixia yang bersisihan di sebelahnya.
"Hai! Nona Lili dan Nona Anya, kita bertemu lagi," tutur Albian menatap dua wanita yang siang ini bertemu dengan senyum charming terulas.
Anya yang belum tahu jika Liliana kaget dengan Crish menyambut sama Albian dengan ceria, ia bahkan menerima begitu saja saat pria itu mengambil tangannya untuk dicium di bagian punggung.
"Halo…, kita bertemu lagi, Tuan Albi," sahut Anya tersenyum manis.
Liliana hanya bisa meringis dalam hati, ingin segera kabur atau bila perlu ditelan sekalian kedalam lubang cacing tak berdasar.
Demi apa, tiga pria di depannya adalah pria sama yang menyaksikannya mencium Ken tanpa berkedip.
Kenapa kesialan masih terus berlanjut?
Kenapa pesta pameran mobil yang dihadirinya berhubungan dengan pria bernama Ken, setelah pemesanan seragam pun berhubungan dengan pria yang kini mencium punggung tangan asistennya.
Tuhan…. Jangan sampai pria itu juga datang ke sini, please…., pinta Liliana tersenyum kaku saat seorang pria lainnya turut menyapa.
"Haloo, panggil saja Gaevin, salam kenal Nona-nona."
"Salam kenal Gaevin."
Beda dengan Anya dan Felixia yang menyahuti perkenalan singkat Gaevin dengan ramah, Liliana justru terdiam dan menatap mereka yang disekitanya tidak fokus.
Tuhan, apa yang harus aku lakukan?
"Nona Liliana, anda terlihat tidak enak badan?" tanya Gaevin, menatap dengan senyum kalem menyembunyikan rasa senangnya, saat melihat lagi wajah wanita yang sudah berhasil menistai temannya.
Ah! ia jadi tidak sabar, menunggu saat temannya datang dan melihat siapa yang saat ini ada di hadapannya.
"Ah! tidak ko-
Ceklek!
"Sorry! Apa aku ketinggalan acaranya?"
Deg!
Bersambung