Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Tempat pameran
Selama perjalanan menuju aula pameran, wajah Liliana sama sekali tidak menampilkan kemanisan yang biasa ia tebar. justru, kini sedang melipat wajah disertai gerutuan bak lalat bergurumul, dengan desisan Ken yang akhirnya terdengar.
Sepertinya pria ini mulai kesal, karena Liliana sama sekali tidak bisa diam dan justru semakin berisik dengan umpatan lirih.
Untung saja keduanya belum benar-benar memasuki ruang pameran yang ramai dengan banyak koleganya.
Tidak bisa, Ken tidak ingin kalau sampai mereka menatapnya aneh, karena membawa pasangan tapi menggerutu di sisinya.
Seorang Kendrick Cashel tidak pernah membawa pasangan dan ia tidak mau di waktu perdana ini, wajahnya sampai masuk berita dengan tuduhan yang tidak-tidak.
Maka itu, dengan rasa kesal yang dipendamnya, Kendrick membawa Liliana memasuki sebuah ruangan di depat aula, menyeretnya cepat dan menyandarkan punggung wanita itu ke dinding kemudian menghimpitnya.
Brugh!
Liliana yang tidak sempat mencerna apa yang dilakukan Ken hanya mampu membelalakan mata, menatap pria yang menghimpitnya terkejut, takut.
Meskipun punggungnya tidak sakit karena merasakan sesuatu yang menahannya di belakang, ia tetap tidak bisa menahan diri untuk menyembur kesal pria bermata biru yang semakin menghimpitnya.
"Hei! Apa-apaan kam-
"Berhenti menggerutu, jadilah wanita manis dan bersikaplah baik saat sampai di aula nanti," sela Kendrick mendesis dengan nada bahaya.
Deg! Deg!
Jantung Liliana berdetak tak karuan, menatap nanar wajah Ken yang hanya berjarak tiga centi dari wajahnya. Bahkan, napas mint pria itu tercium jelas dan ia hampir saja menikmatinya, jika tidak mendengar kembali desisan lanjutan.
"Apa Nona Liliana tidak mendengar, jika di sini aku sedang meminta pertanggungjawabanmu, heum? Maka bersikaplah baik dan kita pun akan selesai urusan setelahnya. Bagaimana?"
Liliana sesak, dadanya menempel sempurna dengan dada Ken yang terasa keras menghimpitnya. Ia mengatur napas, kemudian melengoskan wajah dengan hidung mancung keduanya yang saling bertabrakan.
Huh! Sialan.
"Lepaskan, menjauh dariku," pinta Liliana kesal.
"Tidak. Sebelum kamu mengiyakan apa yang kuinginkan," jawab Kendrick absolute "Atau kamu mau sesuatu terjadi, di luar kendalimu, heum….," lanjutnya mengancam.
Ck!
Liliana berdecak sebal mendengar nada datar, absolute, mengancam dan dingin dibersamaan itu. Ia tidak punya pilihan di sini, karena dari awal sadar memang ia yang sudah bersikap seenaknya dengan menjadikan pria ini taruhannya.
Lagian hanya menjadi partner pesta, hanya malam ini dan tidak akan terjadi lagi karena ia sudah tidak ada urusan dengan pria bernama Ken ini. Apalagi kalau sampai ancaman itu sampai terjadi, ia belum tahu sekuat apa pria di depannya ini.
Ia tidak mau mengambil resiko.
Ya, akhirnya setelah berpikir matang-matang dan menerima dengan tidak ikhlas ucapan Ken, akhirnya Liliana lebih menerima permintaan memaksa pria di depannya dengan anggukan.
Lalu Ken, yang melihat anggukan itu akhirnya memundurkan tubuhnya beberapa langkah, disambut dengan hirupan udara rakus dari Liliana yang menatapnya tajam, kesal dan penuh dendam.
"Baiklah, cepat keluar dan selesaikan ini. Kemudian, jangan pernah perlihatkan lagi wajah mengesalkanmu itu di hadapanku. Paham!?" tandas Liliana dengan menggebu.
Kendrick mengangguk kalem mendengarnya, kemudian mengulurkan tangannya ke arah Liliana dengan tatapan seakan memperingati, meminta agar wanita itu menuruti.
Dan Liliana mau tidak mau menerima uluran tangan itu, menuai senyum puas dari Ken yang kini tersenyum miring di hadapan Liliana yang berdecih, membuang wajahnya kembali ke samping sangking tidak ingin melihat wajah itu.
"Good! Tersenyumlah, karena kamu yang tersenyum lebih cantik dan aku suka. (Apalagi seperti kamu yang dulu)"
Setelah mengatakan itu, Ken tanpa buang waktu segera menyeret kembali Liliana yang justru terdiam, karena ucapan pria itu terdengar sungguh-sungguh dan ia tidak melihat kebohongan di sana.
Namun, ia segera menampiknya dan menganggap apa yang dikatakan Ken hanyalah fatamorgana, tidak pernah didengarnya.
Setelahnya, Ken dan Lili kembali berjalan dengan lengan melingkar menuju pintu masuk aula yang sudah mulai ramai, dengan tepuk tangan bersahutan.
"Senyum," bisik Ken saat keduanya sudah ada di ambang pintu masuk.
"Cerewet," desis Liliana, sebelum akhirnya memasang senyum bak malaikat dan melangkah dengan dagu terangkat, saat tiba-tiba perhatian semua mengarah kepadanya.
Atau…. Kepada pria yang kini berjalan angkuh, dengan menebar hawa dingin yang turut dirasakannya?
Liliana bahkan sampai tidak sadar semakin merapat ke arah Ken, saat mendapatkan lirikan kian terasa tajam dari beberapa wanita yang dilaluinya.
Sebenarnya siapa itu Kendrick? Kenapa mereka menatapku tajam seperti itu, perlu dicolok sepertinya, batin Liliana sebal.
Kendrick yang merasa jika partner pestanya semakin memepet tersenyum dalam hati, ia membawa tatapannya ke samping dan menemukan wanita itu melirik sekitar dengan ekspresi berbeda.
Kenapa dengan wanita ini? batinya penasaran.
"Hn, ada apa denganmu?" bisik Ken, membawa Liliana berdiri tak jauh dari dua temannya, yang kini sedang melihat Crish berpidato di depan sana bersama si model di sisinya.
Huh?
Liliana yang mendengar bisikan itu sontak menoleh dan hidung keduanya hampir saja bersentuhan, karena saat ini Ken memajukan wajahnya secara refleks saat berbisik.
Deg!
Liliana memundurkan wajahnya sedikit, kemudian menggelengkan kepala dan menatap ke panggung kembali.
"Tidak ada. Hanya sedang bingung, kenapa para betina menatapku tajam. Aku bahkan merasa tidak kenal dengan mereka," cicit Liliana dengan tatapan fokus ke panggung.
Sebelah alis Ken terangkat mendengar penjelasan Liliana. Ia memutuskan untuk mengabaikan, meski tidak dengan lirikan matanya yang kini mengedar ke sekitar dan menemukan beberapa pasang mata wanita menatap ke arahnya.
Oh….
Ken akhirnya mengerti dengan apa yang terjadi. Ia semakin berani membawa tangannya merangkul pinggang Liliana, kemudian berbisik lirih.
"Para wanita itu pasti mengira kamu kekasihku. Hati-hati, kudengar mereka fans garis kerasku. Um…, bisa saja setelah ini kamu akan mendapat teror dari mereka."
Kembali netra Liliana membulat, menoleh cepat ke arah Ken dan berbisik di depan wajah itu dengan desisan kesal.
"Kamu menipuku, pasti ada alasan lain kenapa kamu ngotot ingin aku jadi partnermu malam ini."
"Well…, sejujurnya memang karena para wanita mengganggu itu dan aku terselamatkan karenamu," jawab Ken dengan entengnya, bahkan ia mengedipkan sebelah mata dan dengan cepat mengecup pucuk hidung itu.
Cup!
"Wanita pintar," lanjutnya memuji dan kembali fokus dengan Crish yang akhirnya membuka acara.
What!?
Liliana membulatkan mata dengan mulut menganga mendengarnya. Ia menoleh sekali lagi ke arah kumpulan para wanita dan seketika menelan saliva, saat melihat salah satu diantara mereka yang mengepalkan tangan ke arahnya.
Hiee! Sialan, pria brengsek ini benar-benar, umpat Liliana kesal dalam hati.
Ya, sepertinya para wanita itu semakin murka, saat melihat pangeran mereka berbisik romantic dengan wajah saling berdekatan. Belum lagi kecupan di pucuk hidung, semakin membuat mereka panas saja.
"Awas kamu Ken," bisik Liliana kesal.
Pftt….
Dan Ken merasa dunianya kembali berwarna dengan kedatangan wanita bernama Liliana.
Liliana, sayangnya aku tidak akan melepasmu begitu saja.
Bersambung