Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Tempat pameran
Sebuah mobil sport mewah terlihat memasuki halaman dimana pameran dilaksanakan, kemudian berhenti tepat dimana mobil lainnya berhenti dan nantinya diparkirkan oleh petugas.
Dari dalam sana keluar seorang pria dengan blazer semi formal membalut tubuh tegapnya. Ia berdiri dengan surai tertiup angin, sehingga membuatnya seakan menebar pesona kala tangan itu menyugarnya bermaksud merapihkan.
Brakh!
Brumm!
Ia kembali melangkah setelah melirik sekilas kemana mobilnya dibawa, kemudian melewati bagian pemeriksaan saat beberapa penjaga menunduk hormat kepadanya.
Jelas, pria ini sudah biasa datang di acara pameran yang diadakan temannya, seorang yang memiliki usaha showroom mobil sport terbesar se-asia.
Perjalanannya tidak berhenti begitu saja, meskipun beberapa mobil yang akan dipamerkan terlihat netra biru mempesonannya. Ia justru kembali melanjutkan perjalanan, tanpa mempedulikan lirikan yang melayang kepadanya.
Tidak penting, pikirnya.
Ya, karena yang paling penting baginya saat ini adalah seorang wanita yang kata temannya akan datang bersama pacar online atau apapun itu terserah.
Karena baginya, hanya satu nama wanita yang membuat telinga sensitive-nya semakin sensitive saat disebut.
Langkahnya semakin cepat, seiring dengan pintu ganda terlihat olehnya tak jauh di depan sana, tepat beberapa langkah lebarnya.
Tap!
Dan ya, akhirnya sampai juga dengan dua penjaga yang mengangguk kemudian membukakan pintu itu untuknya tanpa diminta.
Ceklek!
Dari sini ia bisa melihat temannya yang sedang 'menyambut' dengan saling berhadapan. Ia mengulas senyum miring saat melihat bahu wanita itu terbuka, memperlihatkan kulit mengkilap diterpa cahaya lampu.
Langkahnya pun semakin lebar dan hanya menyisakan tiga langkah saat suara temannya terdengar seakan memastikan keadaan.
"Nona Liliana, anda terlihat tidak enak badan?"
"Ah! tidak ko-
"Sorry! Apa aku ketinggalan acaranya?" interupsinya dan seketika dua wanita yang sedang memunggunginya menoleh, beda dengan sisanya yang memang dari awal menghadapnya.
Sret!
"Tuan Ken! Anda juga di sini?"
"Nona Anya. Ah! Dunia ini sempit sekali ya?" sahut Ken dengan nada kaget yang dibuat-buat.
Ya, yang menginterupsi adalah Ken—Kendrick, yang saat ini menyembunyikan senyum setannya saat melihat netra itu menatapnya kaget, netra wanita yang siang ini kembali dicumbunya.
Well, ini cukup menyenangkan. Sepertinya kita memang ditakdirkan bertemu dengan cara seperti ini, Nona Liliana, batin Ken kesenangan.
Beda dengan Ken yang senang dalam hati, Anya yang menyambut kedatangan Ken antusias, Felixia yang menatap Ken dengan berbinar atau tiga teman Ken yang menyambut dengan salam khas mereka.
Maka, itu semua berkebalikan dengan apa yang dirasakan Liliana saat ini.
Benarkan apa yang diraskannya di dalam hati sebelum keberangkatan. Hatinya selalu benar jika sudah memiliki firasat tidak enak dan saat ini terbukti apa adanya.
Seharusnya ia mengikuti apa yang dikatakan hatinya. Seharusnya ia tidak pergi ke acara pameran ini dan seharus lainnya yang membuatnya ingin mengubur diri saat ini ke dalam lubang terdalam dari yang terdalam.
Omina, omina, omina…. Kenapa pria ini lagi? Aku ingin sekali mencakar wajah sok polosnya saat ini. Ya Tuhan, apa salah dan dosa hambamu yang cantik ini?
Liliana sekali lagi hanya bisa merutuki nasib sialnya dalam hati, merasakan jika malam ini akan ada kejadian lebih dari kata sial.
Entah apa, tapi yang jelas ia tidak bisa membayangkan hal yang lebih buruk dari ini.
Crish yang melihat senyum tersembunyi Ken diam-diam terkekeh meski dalam hati. Ia mengambil atensi dengan berdehem dan melanjutkannya dengan ajakan, ketika mereka semua menatapnya seakan bertanya.
Ehem…
"Sepertinya kita sudah saling kenal dan lagi acaranya sudah harus dibuka, kasihan tamu yang lain jika tidak segera disambut. Iya kan?"
"Kamu benar, Tuan rumah. Sebaiknya kita ke aula tempat acara pemaren berlangsung dan dengan begitu, kita bisa istirahat setelahnya. Begitu kan, Crish?" sahut Gaevin dengan anggukan kecil terlihat dari Albian dan Ken, yang tatapannya tidak lepas dari Liliana yang justru melengos.
Ya, Liliana bahkan menjaga agar tatapanya tetap lurus kepada Crish atau apapun, asal jangan wajah menyebalkan pria bernama Ken, yang tatapannya bagaikan laser, tajam sekali.
"Ha-ha-ha…. Kalau begitu, kita bersama-sama menemui tamu dan bersenang-senang setelahnya. Setuju?" tukas Crish bertanya sambil menatap satu per satu orang yang ada di sekelilingnya.
"Tentu saja setuju, Crish!"
Jawaban Felixia didukung anggukan dari yang lainnya dan degan begitu Crish pun mulai memimpin, masih dengan membawa Felixia dirangkulannya. Bahkan, ia juga meminta si model untuk menemani saat memberikan sambutan dan permintaan tentunya diterima Felixia dengan antusias.
Mereka jalan dengan pasangan, meskipun tidak dengan Anya yang diapit oleh Albian dan Gaevin, sepertinya kedua pria ini sengaja meninggalkan temannya bersama satu wanita tersisa.
Hum, bahkan saat Anya ingin dirangkul oleh Liliana, dengan lihai dua pria ini segera membawanya pergi menjauhi si wanita incaran.
Dan seperti yang diharapkan oleh dua pria itu, akhirnya Liliana yang ditinggal harus menahan geraman saat Ken dengan seenaknya berdiri dan mengambil lengannya untuk diajak melingkar di lengan pria itu.
"Lepas…."
Desisan dari Liliana tidak serta merta membuat Ken takut, pewaris kuat kerajaan Cashel group itu justru dengan berani membawa bibirnya menempel di daun telinga Liliana yang sensitive dan berbisik di sana.
"Tidak akan, kamu saat ini sedang bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan kepadaku."
Liliana kesal, ia sampai berhenti dari langkahnya dan membiarkan yang lain berjalan menjauh, hingga akhirnya ia bisa dengan bebas memaki si pria yang membuatnya ingin mengubur diri sendiri saat ini juga.
"Apa maksudmu? Bukannya kamu ya, yang hari ini berlaku kurang ajar kepadaku?" tanya Liliana menantang.
Ia mengkat dagunya sombong, karena merasa kesialannya sudah terlanjur sial dan sudah tidak perlu ditangisi lagi.
Anggap saja Tuhan sedang mencoba kesabarannya, karena lagi-lagi mempertemukannya dengan seorang pria yang menjadi taruhannya malam itu.
"Berlaku kurang ajar bagaimana? Bisa disebutkan?" sahut Ken balik menantang.
"Kamu lupa, kalau siang ini kamu sengaja membawaku masuk ke dalam bilik toilet dan menciumku paksa? Apa perlu kulaporkan kejadian ini ke pihak yang berwenang dengan tudu-
"Sepertinya di sini ada yang lupa pula, sudah menciumku dengan tiba-tiba dan seenaknya tanpa tahu jika itu sangat merugikanku. Apakah Nona Lili tidak tahu, jika itu adalah hal yang sangat kujaga dan aku saat itu hanya sedang meminta pertanggungjawabanmu sebagai pelaku. Aku bisa menuntut balik dengan tuduhan sama, bagaimana?"
"What!?"
Liliana memekik tidak habis pikir, menatap Ken yang tersenyum santai di depannya dengan tangan mengepal di depan wajah itu.
Hasratnya ingin mencakar pria ini semakin menggebu, tapi sayang ia harus jaga reputasi dan tidak mau jika ada laporan melebihi apa yang didengarnya dari si pria.
Sialan!
"Jadi, bisakah Nona diam saja dan menurut, saat nanti kita ada di luar sana. bisa dong?"
Bersambung