Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Hotel Grand Elty Kota S
Toilet
Di depan sebuah cermin, terlihat pantulan seorang wanita yang sedang merapihkan riasan wajahnya. Ia juga menyisir rapih rambutnya, kemudian kembali memasukan perlengkapannya di dalam tas kecilnya.
Wajahnya menunduk, kemudian saat kembali terangkat dan bersiap keluar ruangan itu. Si wanita ini jalan dengan kepala menunduk, hingga tidak sadar jika ada seseorang yang berdiri di depannya dan alhasil ia pun harus rela, saat wajahnya menabrak dada bidang lalu hampir terhempas andai tidak ada tangan lain menariknya.
Brugh!
Grep!
Ukhh…
Ringisan terdengar dari si wanita, yang kini wajahnya masih bersembunyi dalam pelukan posesif seseorang yang ditabraknya. Tapi, kenapa pinggangnya turut diremas manja?
Sontak ia segera melepas pelukan ini, kemudian menatap dengan netra membulat saat melihat seringai menyebalkan si seseorang itu.
"Kamu? Ngapai kamu di sini?" tanya si wanita seraya menatap si pri yang berdiri santai di depannya.
"Apakah ini caramu berterima kasih, heum?" sahut si pria balik bertanya, nada yang digunakannya datar dan mencemooh, membuat si wanita ini mendengkus.
"Suruh siapa ada di depanku tiba-tiba," tukas si wanita mencibir.
Tanpa di sangka, si pria yang menerima balas mencibir dari si wanita ini pun semakin membuat si pria menarik sudut bibirnya, hingga kini seringai apik terpasang tanpa repot ditutupi.
"Liliana, apakah tidak ada yang ingin kamu katakan kepadaku?"
Deg!
Si wanita yang dipanggil Liliana ini tiba-tiba saja menegang, saat merasa nada bicara si pria di depannya berubah. Belum lagi kini tubuhnya yang dipepet hingga menabrak dinding dan sialnya keadaan toilet sedang sepi.
Brugh!
Liliana, ya ia saat ini ada dikukungan seorang pria yang dari awal sudah menatapnya. Dengan dada saling menempel, jika saja tangannya tidak sigap berada di tengah antara mereka sebagai pembatas.
Gleuk!
Saliva diteguk kasar olehnya, kala mendapati tatapan bak predator oleh pria di depannya.
"Apa maksudmu? Apa yang harus kukatakan Tuan Kendrick?" tanya Liliana mencoba tenang.
Kendrcik yang dipanggil namanya oleh Liliana kembali mengulas seringai. Tangannya terangkat, kemudian mengambil sejumput surai halus Liliana, kemudian memainkannya dengan gerakan seduktif.
Oh man, seumurnya baru ini ia memegang surai wanita, namun kenapa tidak ada rasa kaku sama sekali jika itu wanita di depannya?
Justru yang ada bawaannya ingin melakukan diluar kebiasannya.
Dan lagi, kenapa bisa ia terdampar di sini? Padahal seingatnya, beberapa waktu lalu ia berbincang dengan sang kakak via sambungan.
"Apa kamu melupakan sesuatu?" tanya Kendrick saat merasa wanita di depannya seakan melupakan sesuatu.
"Apakah kita pernah bertemu?" tanya Liliana menatap Kendrick polos.
Shit!
Liliana bahkan memaki dirinya dalam hati, saat mengerti apa yang dikatakan pria ini. Tapi, ia tidak boleh gugup atau Kendrick akan semakin menindasnya, karena ternyata ingat perbuatannya malam itu.
Omina, omina, omina. Kenapa sepi sekali, pada kemana tamu hotel ini, gerutu Liliana dalam hati.
Kendrick mengangkat sebelah alisnya, menatap Liliana yang menatapnya polos dengan dengkusan dalam hati.
Wanita ini pura-pura lupa ya, batinnya sebal.
Rambut yang ada ditangannya semakin gencar ia mainkan, bahkan kini jari-jarinya sudah membelai pipi Liliana yang balas perbuatannya dengan tatapan menantang. Ia juga memajukan wajah dan berhenti beberapa cm di telinga Liliana.
"Kamu lupa, dengan kejadian malam itu?" bisik Kendrick dengan napas hangat, tidak tahu saja Liliana yang menerima serangan ini sudah hampir memejamkan mata, meremang.
"Malam? Malam bagaimana?"
"Mal-
Kendrick terpaksa menghentikan kalimatnya, saat terdengar suara obrolan beberapa wanita tak jauh dari lorong mereka saat ini berdiri dengan posisi ambigu. Keduanya bahkan menoleh ke sumber suara, sebelum akhirnya melihat satu sama lain dengan tatapan berbeda.
Ya, Liliana menatap Kendrick yang masih santai dengan panik. Ia takut jika orang-orang menganggapnya aneh, apalagi saat ini posisinya tidak menguntungkan.
Suara semakin dekat, Liliana segera mendorong Kendrick dan hendak meninggalkan lorong itu. Namun sayang, Kendrick tidak membiarkan dan justru mencengkramnya erat.
Pats!
"Menyingkir dariku."
Grep!
"Tidak mau," sahut Kendrick sebelum akhirnya menyeret Liliana kembali memasuki toilet dan membawa ke salah satu bilik toilet itu.
Blam!
"Hei! Apa yan- emmp…"
Kendrick segera membungkam bibir Liliana, sehingga hanya gumaman protes yang terdengar darinya, belum lagi dengan pukulan bertubi-tubi yang bersarang dilengan pria itu.
"Ssst…, kamu mau mereka memergoki kita sedang berbuat mesum di sini?" bisik Kendrick menakut-nakuti dan Liliana seketika terdiam, dengan netra kembali membulat saat suara rombongan wanita terdengar di luar sana.
"Kalau aku sih terserah kamu. Aku bisa langsung keluar-
"Emmpp…"
Liliana menggeleng dengan cepat, meminta agar Kendrick tidak melakukan itu dan berujung membuatnya malu. Ya, meskipun belum tentu mereka mengenalnya, tapi tetap saja ia tidak mau wajah cantiknya tercoreng dengan julukan aneh.
Mesum di toilet umum hotel? Yang benar saja!
Hell! Bahkan dengan partner one night-nya, minimal sebuah kamar bintang lima kalau ingin bermesum ria, asal tahu saja.
"Good girl," bisik Kendrick tersenyum puas, kemudian perlahan menjauhkan telapak tangannya dari bibir Liliana, yang segera meraup udara meski tanpa udara.
Huft…., si mesum ini, umpat Liliana malu sendiri.
Suara tawa dari luar dan semakin berisik, membuat Liliana yang mendengarnya menghembuskan napas frustasi.
Kenapa mereka lama sekali?
Liliana kembali mengerutu dalam hati. Ingin rasanya ia keluar dan melenggang seperti biasa, namun ancaman pria di belakang membuatnya urung.
"Hei," bisik Kendrick, menjaga dirinya agar tidak terkekeh saat melihat delikan dari wanita di depannya.
"Apa?" tanya Liliana berbisik sewot.
"Kamu yakin, tidak ingat dengan kejadian malam itu?" Kembali Kendrick bertanya dan Liliana yang mendengarnya lagi-lagi menelan saliva, ngeri sendiri.
"Tidak, aku tidak ingat dan tidak ingin mengingatnya," jawab Liliana ketus, hampir membuat Kendrick meloloskan kekehannya.
Dan Liliana, tidak bisa untuk tidak melengos sebal.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kuingatkan saja?"
"Apa maks-
Sret!
Cup!
Liliana melotot kaget, saat kini bibirnya dinistai oleh Kendrick yang balas pelototannya dengan tatapan penuh kemenangan. Apalagi saat ini gerakan yang dirasakan bibirnya membuat tangannya gatal ingin merengkuh leher itu.
Tidak mungkin!
Liliana berteriak dalam hati, saat dirinya dicium di sebuah bilik kamar toilet oleh seorang pria yang pernah ia nistai.
Ya, saat ini memang Kendrick sedang balik mengerjai bibir Liliana, saat merasa kesal karena wanita ini pura-pura lupa dengan kejadian malam itu.
Kendrick seakan dibuat lupa dengan kewarasan saat ini, hanya karena merasa kesal ketika penistaan akan bibirnya dilupakan begitu saja.
Enak saja, pikirnya.
Ia saja mengingatnya sampai sekarang. Tapi, wanita di depannya ini dengan enteng melupakan ciuman yang sial sekali ciuman pertamanya.
Tidak akan kubiarkan, tekad Kendrick dalam hati sebelum akhirnya semakin memperdalam pangutannya.
Entah belajar dari mana, tapi naluri laki-lakinya bisa bekerja cepat saat ia ingin membuat wanita ini menyerah dan membalas cumbuannya.
Dan ya berhasil, tentu saja.
Karena apa? Karena Liliana ternyata sudah mengalungkan lengannya di lehar Kendrick, yang diam-diam tersenyum setan dalam cumbuan dari seorang Liliana yang membalasnya lebih menggebu.
Liliana tidak ingin mengalah, tanpa tahu Kendrick sudah menyeringai semakin senang.
Gotcha…
Bersambung.