Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Mansion Cashel
"Nona Scarlet. Silakan duduk," sapa seorang wanita dengan wajah cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi.
"Terima kasih," sahut Liliana kemudian melirik asistennya yang mengangguk kecil dan ikut duduk di sisinya.
Ia juga memberikan senyuman kecil kepada sang nyonya, yang menatapnya masih dengan wajah ramah seperti di awal.
"Kami ke sini untuk mendengar keinginan dari gaun yang dipercayakan Nyonya dibuat di butik kami. Apakah kita bisa memulai proses penggambarannya?" lanjut Liliana menjelaskan kedatangannya.
"Ah! Iya, bagaimana kalau kita bicarakan ini di dalam saja? Biar lebih enak," sahut sang nyonya mengangguk antusias.
"Tentu, dimana pun Nyonya nyaman kami tidak masalah," tutur Liliana kalem, mengangguk kecil saat ajakan diterimanya.
"Kalau begitu mari ikut saya ke ruangan."
"Baik, terima kasih."
Ketiganya berjalan dengan Anya yang mengekor, membiarkan Bosnya mengambil alih dan mendengarkan dengan seksama obrolan, meski terkadang membahas masalah pribadi yang dijawab dengan kalem Bosnya.
Hingga akhirnya mereka sampai di depan sebuah pintu ganda, terbuat dari jati kualitas nomor satu dan si nyonya membukanya dengan sedikit susah.
Ceklek!
"Silakan masuk, Nona Sacrlet," ucap sang nyonya mempersilakan.
"Terima kasih."
Liliana dan Anya memasuki ruangan, saat ini keduanya dibawa oleh sang nyonya ke dalam sebuah ruangan, dimana nantinya ia akan mengukur lebar dan tinggi tubuh kliennya, untuk gaun yang akan dibuat sesuai pesanan.
Di ruangan ini ia bisa melihat jajaran buku, mirip ruang membaca tapi sang nyonya lebih dulu menjelaskan kepadanya mengenai ruangan yang didatangi mereka saat ini.
"Ini ruangan memang mirip seperti ruang baca. Tapi, sebenarnya ini ruangan dimana putra-putraku sering menghabiskan waktu."
Ada kesedihan dinetra emerald itu, tapi Liliana yang tidak ingin ikut campur mengangguk dan tersenyum kecil, menjawab kalem dengan singkat apa yang didengarnya.
"Seperti itu, saya mengerti."
"Ah! Kita bisa mulai Nona Scarlet. Jadi, apa yang harus saya lakukan?" imbuh sang nyonya—Varissa Cashel.
Ia adalah sang nyonya dalam istana ini menatap wanita muda di depannya dengan berbinar, apalagi saat melihat gaun meski baru di gambar di atas sebuah kertas di dalam folder, yang diberikan Liliana kepadanya.
"Nyonya bisa melihatnya dulu, ini saat saya menerima pemesan dan Nyonya bisa kembali mengatakan keinginan, sambil kita mengukur lebar dan tingginya," jelas Liliana mulai bersiap.
"Boleh, silakan."
"Saya juga akan menjelaskan mengenai bahan untuk gaun Nyonya, selagi asisten saya mengukur. Bagaimana, bisa kan Nyonya?" imbuh Liliana menjelaskan.
"Tentu, tidak masalah," jawab Varissa cepat.
Kembali Liliana mengangguk kepada Anya yang segera melakukan tugasnya, berdiri berhadapan dengan sang nyonya yang tetap mendengarkan dengan seksama, saat penjelasan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan gaunnya seperti apa.
"Jadi kalau ada yang perlu ditambahkan atau Nyonya Cashel kurang puas, silakan disampaikan dan kami akan mendengarkan dengan baik-baik," ujar Liliana menyudahi penjelasan, dengan senyum manis-tipis kepada sosok wanita yang kini menatapnya sedemikian rupa.
Gluek!
Liliana bahkan sampai menelan saliva, saat merasa sedang ditatap aneh si nyonya besar.
"Tidak-tidak, saya suka dengan apa yang kamu jelaskan. Saya bahkan sudah tidak sabar gaunnya jadi, ha-ha-ha…, padahal pesta perayaannya masih beberapa minggu lagi," sahut Varissa menggeleng, menolak.
"Kalau begitu kami akan memulai pembuatan setelah ini," tukas Liliana menegaskan dan anggukan diterimanya.
"Ya, lebih cepat lebih baik."
"Kami akan membuatnya sesuai dengan keinginan," tandas Liliana meyakinkan "Lalu Anya, bagaimana dengan ukurannya?" lanjutnya menoleh ke arah asistennya yang mengangguk kecil.
"Sudah semua, Bos!"
"Oke, sudah selesai Nyonya. Kita bisa bertemu saat fitting di butik, bagaimana?" tanya Liliana menatap sang nyonya lurus.
"Tentu!"
Liliana mengangguk dengan senyum senang mendengarnya, tapi senyum senangnya berubah kaku dan tercengang ketika sang nyonya kembali melanjutkan ucapan beserta pertanyaan mengejutkan.
"Jadi, apakah Nona Scarlet mau hadir juga di acara pesta pembukaan perusahaan putra saya? Putra saya tampan loh?"
"Eh!?"
"Ha-ha-ha…, datang ya di acara itu. Nona menjadi tamu special saya pokoknya."
Dan Liliana hanya bisa menganga, sangking speechless dengan apa yang didengarnya. Beda dengan Anya yang justru tersenyum lebar, menjawab santai apa yang dikatakan oleh si nyonya.
"Tentu! Nona Scarlet tentu akan hadir, Nyonya!"
"Bagus! Nona Anya juga boleh datang, saya akan menyiapkan undangan untuk kalian."
"Terima kasih, Nyonya!"
Liliana masih mencerna apa yang terjadi di hadapannya, melihat bergantian antara asistennya dan juga kliennya yang berencana membuat gaun pesta dengannya dengan pandangan tidak mengerti.
Sebenarnya, apa yang tidak kumengerti? Kenapa tiba-tiba jadi pengenalan ke putra dan pesta segala macam? Apa yang sebenarnya sedang terjadi, hais….
Liliana hanya mampu bertanya di dalam hati, sebelum akhirnya mengangguk kecil ketika penegasan masalah undangan didengarnya.
"Jadi, kalian pasti datang ya?"
"Ah! Ten-tu saja. Iya kan, Anya?" sahut Liliana menoleh ke arah asistennya dengan mata melotot, kesal dua kali lipat saat sang asisten menjawabnya antusias.
"Ya! Kami akan datang, Nyonya tenang saja!"
"Ah! Kalian sudah cantik, baik lagi. Tenang saja, putra saya tampan dan tidak akan mengecewakan," tandas Varissa meyakinkan.
Dan sekali lagi, Liliana hanya mampu mengangguk kecil, meski hatinya sama sekali tidak peduli bahkan ingin tidak datang sekalian saat pesta itu tiba.
"Tentu."
Tapi sayang, bibir dan hatinya tidak singkron. Apalagi, saat menjawab ucapan itu dengan nada manis, tepatnya pasrah jika jeli mendengarnya.
"Ha-ha-ha…, terima kasih ya sebelumnya."
Tawa menggema di ruangan itu dan Liliana melirik Anya, dengan kalimat tak terucap tapi cukup dimengerti oleh asistennya.
Liliana : Sial! Kenapa kamu mengiyakan begitu saja, heh?
Anya : Mana kutahu, yang penting pesta.
Liliana: Damn you!
Anya tidak membalasnya dengan kata-kata tersirat melalui tatapan, ia justru tersenyum miring dab setelahnya sama-sama menoleh saat sang nyonya memanggilnya.
"Nona Scarlet, Nona Anya. Silakan diminum, dari tadi dianggurin saja."
"Ah! Tentu, terima kasih Nyonya."
***
Cashel Group
Suara ketikan pada keyboar terhenti ketika ketukan pintu terdengar, si pemilik ruangan itu segera menyahuti dan pintu terbuka setelahnya.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Ceklek!
Si pengetuk pintu adalah seorang pria, memakai setelan jas rapih senda dengan celana hitam yang dipakainya dan berjalan sedikit cepat ke meja dimana Bosnya menunggu.
Ya, sang Bos yang saat ini sepenuhnya menatap si pria, yang kini berdiri seraya mengulurkan sesuatu ke arahnya.
"Silakan, Bos. Ini yang Bos minta cari beberapa saat lalu, semuanya sudah ada di dalam laporan meski tidak semua data aku dapatkan."
Sang Bos yang mendengarnya tersenyum senang, ia mengambil amplop coklat yang diulurkan asistennya kemudian meletakannya di meja.
"Aku akan membacanya nanti," ujar sang Bos seraya menautkan kedua tangannya dan menatap sang asisten serius "Jadi, bagaimana dengan pesta pembukaannya?" lanjutnya bertanya, menunggu dengan sabar saat anak buahnya mengangguk.
Bersambung