"Berhenti!" Teriak Kenzie.
Ocha segera menghentikan gerakan tangannya di atas piano tapi ia masih tidak memandang ke arah Kenzie. Gadis itu menunduk dengan wajah suram.
"Kau bermain begitu cepat karena ingin cepat pergi, bukan?" Tanya Kenzie lagi yang tidak mengubah posisi duduknya sejak awal, ia terlihat jengkel pada Ocha yang sudah bersikap acuh padanya bahkan berani mengabaikan sekarang gadis itu bermain tidak sesuai keinginannya "Jika kau tidak ingin memainkannya, berhenti dan pergi saja!" Usir Kenzie marah, keningnya berkerut.
Ocha juga tidak mengubah posisi duduknya hanya menatap lurus ke piano "Kau yang meminta, jadi aku akan pergi!" Ocha segera mengambil tas Selempang ya dan siap akan pergi tapi Kenzie segera berdiri menghalangi jalan Ocha.
"Apa yang salah padamu hari ini! Kau bahkan bermain pia o seenaknya aku tidak protes, kau bahkan datang terlambat aku juga tidak marah. Kemarin kau bilang akan memainkan satu lagu setiap malamnya untukku sebagai permintaan maafmu dan aku setuju, sebelumnya apakah aku pernah memaksamu!" tanya Kenzie kesal.
Ocha masih tidak bergerak gadis itu berdiri seperti patung, kurus dan lemah. Kenzie menghela napas berat kenapa gadis ini sangat keras kepala. Ocha berbalik menatap Kenzie "Aku memang mengatakan itu padamu. Tapi aku lupa mengatakan kalimat selanjutnya, aku hanya akan melakukannya selama satu Minggu saja, jika kau merasa masih di rugikan maka aku akan membayarmu. Apakah itu lebih baik? Dengan begitu kita tidak akan bertemu lagi."
Kenzie terdiam menatap Ocha tidak percaya emosi yang sejak tadi ia tahan meluap, Kenzie melempar barang yang ada di dekat hingga berserakan di lantai. Dengan Gigi terkatup rapat Kenzie mendesis "Kenapa kau membicarakan uang sekarang! Apa aku terlihat kekurangan uang di matamu?!"
Ocha menatap Kenzie dengan pandangan aneh "Yah, aku hampir melupakan hal itu.. orang kaya seharusnya tidak terlalu perhitungan pada jumlah kecil yang tidak menguntungkan, benar bukan? Dengan uang kau bisa melakukan apa pun begitu pula dengan ku demi uang aku juga bisa melakukan apa pun. Bukan kah itu yang kau katakan padaku sebelumnya! Berhenti untuk peduli padaku. Sikap manismu hanya akan lebih membawa luka.. karena kau tidak akan pernah mengerti bagaimana perasaan orang lain.."
Kenzie enggan menatap mata Ocha, laki-laki itu menatap ke arah lain kemudian menunduk "Apa yang kau bicarakan? Hari ini di lapangan aku yakin melihatmu di sana, tapi kau tiba-tiba menghilang, sebenarnya apa yang membuat mu tidak bahagia?" tanya Kenzie ketika ia mengingat kejadian tadi siang emosinya kembali lagi. Ia sudah bersusah payah untuk membelanya tapi gadis ini dengan dingin mengacungkan punggung padanya.
Ocha yang mendengar kata-kata Kenzie terdiam, tangannya yang tersembunyi di balik lengan panjang sweter nya terkepal erat, wajah ya terlihat gelisah menolak untuk menatap mata Kenzie. Ocha berbalik menatap ke arah lain ia semakin tidak ingin berada di dekat Kenzie. Ocha menghela napas lalu beralih menatap Kenzie "Bisa aku pergi sekarang!?"
Tanpa menunggu jawaban Ocha langsung melewati Kenzie begitu saja. Kenzie yang marah campur kecewa berteriak pada Ocha meluapkan perasaannya begitu saja tanpa berpikir panjang, membuat gadis itu berhenti melangkah.
"Pergi!! Aku tidak mengerti kenapa aku mempermalukan diriku sendiri untukmu! Seharusnya aku memperlihatkan foto itu pada semua orang!"
Mata Ocha berkaca-kaca ia menarik napas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya "Ya, seharusnya kau melakukan itu. Aku tidak selemah yang kau pikirkan . Aku juga tidak butuh rasa kasihan dan penjagaan mu!" setelah itu Ocha pun pergi meninggalkan Kenzie yang berusaha mati-matian untuk tidak lepas kendali atas emosinya. Namun pada akhirnya Kenzie menendang kursi di hadapannya sampai kursi tersebut terjungkal.
****
Di tempat lain Tyas yang baru saja keluar dari klub menerima sebuah pesan dan melihat kalau itu adalah sebuah foto yang membuatnya menggeleng kepala "Dugaan ku tidak pernah salah! Mereka memang bersama. Sepertinya mereka selalu bertemu di malam hari di gudang universitas untuk bermain piano. Bahkan beberapa hari yang lalu seseorang juga melihat mereka berdua pergi bersamaan di pagi hari.."
Tyas berpikir sejenak bagaimana caranya ia bisa membalas Kenzie dan gadis miskin itu secara bersamaan. Rio saudara angkat Tyas menyusul keluar dua orang jahat itu mulai mengatur rencana lagi. "Kakak.. apa kau mau balas dendam dengan Kenzie?
Rio yang mendengar itu seketika tersenyum lebar tanda ia setuju
****
Keesokan paginya Ocha sibuk di kantin membantu bibinya ia sedang membersihkan meja, meskipun masih ada pelayan tapi Ocha tetap ingin membantu bibinya.
Tiba-tiba seorang mahasiswa kurus datang sambil berteriak memanggil nama Ocha.
"Ocha!!"
Ocha terkejut dan segera menjawab, ia pikir laki-laki itu akan berbelanja di kantin mereka "Iya? Apakah ada yang salah?"
"Kenzie mencari mu, katanya dia terluka dan sedang menunggu mu di tempat kalian biasa bertemu.."
Ocha terkejut meskipun sebelumnya ia sudah kelewatan pada Kenzie tetap saja mendengarnya terluka perasaan khawatir di hatinya memuncak "Terluka?"
"Pergilah! Jangan membuat nya menunggu" desak mahasiswa kurus itu, kemudian ia berlalu pergi. Ocha masih ingin bertanya tapi yang di lihatnya hanya punggung membuat pertanyaannya menggantung di tenggorokan.
"Kenzie terluka? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi padanya." Gumam Ocha khawatir. Kemudian langsung berlari pergi ke arah gudang yang berada di belakang gedung kampus.
Ocha berlari sekencang mungkin mendorong pintu gudang dan memanggil nama Kenzie tapi ketika pintu terbuka bukan Kenzie yang berada di dalam melainkan Tyas. Ocha terdiam wajahnya berubah datar.
Tyas tersenyum manis tapi di mata Ocha senyum itu seperti racun "Kau sepertinya sangat khawatir. Karena mu Kenzie rela memakai sepatu hak tinggi dan mempermalukan dirinya sendiri di depan orang banyak, aku pikir kalian berdua berakting terlalu luar biasa! Bukankah itu sangat sulit?"
Rio yang juga berada di dalam ruangan itu menyahut dengan wajah menyebalkan miliknya, menatap Ocha penuh hinaan "Hanya gadis miskin sepertimu.. Kenzie rela melakukan apa pun, itu membuatku merasa iri. Sepertinya kau sudah tertipu.."
Ocha menghela napas berat memilih untuk menghindar "Aku tidak ada hubungan lagi dengannya! Tolong jangan bicara omong kosong!"
Rio tertawa sinis "Kenapa? Apa aku bicara omong kosong? Jika kau tidak peduli pada Kenzie kau tidak akan langsung berlari ke tempat ini setelah kami mengirim seseorang untuk memberitahu mu! Kenapa kau masih menyangkal?"
Ocha terkejut apakah ini akan menjadi masalah lagi untuknya. Ocha menghela napas berat "Jadi, kalian menipuku supaya datang ke sini?" Ocha menatap Tyas dan Rio tidak percaya "Mengapa kau melakukan semua ini?"
Tyas bertopang dagu menatap Ocha masih dengan senyum tenang "Tidak perlu takut. Aku hanya ingin melihat target terakhir Kenzie! Apa yang membuatnya bisa melanggar peraturan"
Rio yang sejak tadi berdiri di belakang tyas segera berjalan ke arah Ocha menangkap lengannya, wajah Rio mendekat ke wajah Ocha seperti akan mencium nya, melihat itu Ocha segera meronta dan berteriak meminta tolong.
"