Ocha melotot marah pada Rio, ia benci laki-laki ini yang terus menyentuh bahunya. "Lepaskan aku!" teriaknya marah.
Tyas yang sejak tadi menonton tersenyum puas. Sejak awal ia sudah membenci Ocha, gara-gara gadis miskin ini telah membuatnya malu berulang-ulang kali sekarang ia akan membalasnya. Tiba-tiba ponsel Tyas berdering ia melihat nama Kenzie di layar senyum seketika mengembang di bibir tipisnya.
"Halo.."
"Tyas! Sepertinya kau masih senang bermain-main? Aku akan memberimu kesempatan terakhir! Jika kau pergi sekarang aku akan berpura-pura tidak ada yang terjadi."
Tyas merengut "Bukankah seharusnya aku yang memberimu kesempatan terakhir! Tebak apa yang aku lakukan sekarang? Kau rela mempermalukan dirimu sendiri demi gadis miskin ini dan itu membuatku sangat marah! Karena itu aku meminta kakakku bersama teman-temannya untuk membalas sakit hatiku, dengan cara mencium Ocha bergantian!" teriak Tyas sinis.
Rio yang masih berdiri begitu dekat dengan Ocha mendapat lemparan keras di kepalanya hingga membuat laki-laki itu terjatuh di tanah. Teman-temannya mendekati Rio begitu pula Tyas yang masih terkejut dengan serangan tiba-tiba itu.
"SIAPA ITU!!" teriak Rio penuh kemarahan.
Ocha juga terkejut dan melihat ke arah ujung lapangan bayangan tinggi berjalan tergesa-gesa ke arah lapangan, Ocha meringis melihat aura yang mengerikan dari tubuh laki-laki itu, Ocha menyipitkan matanya untuk melihat siapa orang itu, semakin dekat dengan lapangan Ocha akhirnya bisa melihatnya dengan jelas. Kenzie.
Jantung Ocha kembali berdebar-debar, laki-laki itu benar-benar bisa membuat dunianya yang damai hancur berantakan tanpa sisa, bukankah dia sedang bersama gadis kaya itu? Kenapa ia di sini? Tanya Ocha pada diri sendiri.
Tyas yang melihat kedatangan Kenzie melotot marah, hatinya semakin terbakar benar saja gadis miskin ini telah menyihir Kenzie membuatnya sampai tergila-gila bahkan rela datang demonya! Tyas berusaha menenangkan dirinya yang siap meledak kapan saja. Tindakan Kenzie jelas mempermalukannya lagi. Hanya demi gadis miskin ini ia telah membuatnya malu berkali-kali.
Kenzie berjalan ke lapangan, Rio dan beberapa temannya juga mulai bergerak mengepung Kenzie, tapi Kenzie terlampau emosi berjalan tanpa takut untuk menyerang Rio "Lemparan ku benar-benar akurat! Terakhir kali aku melakukannya di bar dan aku juga sudah memberimu kesempatan lalu apa kau bisa selamat sekarang!"
Rio berteriak "Apa kau bisa mengalahkan kami semua! Kau hanya sendirian sedangkan kami ada enam orang!"
Kenzie terus berjalan mendekat Ocha yang di ikat di tiang, ia benar-benar marah melihat gadis itu di tindas, wajah menyedihkan Ocha membuat kemarahan nya memuncak. Tyas menghalangi jalan Kenzie masih dengan keberanian yang tersisa "Kenzie! Selama ini kau selalu menyuruh orang melakukan banyak hal untukmu, kali ini aku yang akan mengendalikan mu, lakukan apa yang aku minta maka akan ku lepaskan dia.."
Kenzie mendengus benar-benar tidak ingin berurusan dengan gadis bodoh fanatik di depannya saat ini, dengan sisa kesabaran Kenzie menatap Tyas tajam, awalnya ia ingin mencari Ocha di gudang tapi ketika melewati lapangan basket, rasanya ia ingin menghancurkan siapa pun saat itu. Ia melihat Ocha di ikat di tiang di lapangan, sedangkan Rio terus saja memaksa untuk menyentuh tubuh Ocha. Napas Kenzie memburu ia berbalik ke arah lapangan dan melemparkan Rio dengan bola beruntung ia tidak terlambat. "Apa yang kau inginkan? Kenapa kita tidak berkelahi dengan adil saja sekarang?
Tyas semakin marah karena Kenzie rela melakukan apa saja untuk Ocha, bukankah ia lebih cantik, lebih kaya, kenapa Kenzie tidak menyukai nya dan lebih memilih gadis desa itu. Tyas menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan "Kau kapten tim basket fakultas hukum, selama kau menjadi pemimpin tim mu selaku menang melawan fakultas ekonomi. Kali ini kau tidak akan kalah bukan? Jika kau mau bertahan sedikit saja melawan mereka."
Ocha semakin tidak tahu cara pikir anak orang kaya kenapa semuanya tidak jauh dari taruhan dan uang. Sekarang mereka bahkan memaksa Kenzie untuk bertanding dengan mereka satu lawan enam itu hal yang tidak mungkin. Ocha menatap Kenzie yang berdiri di depannya kaku, namun aura dingin nya tidak mereda sedikit pun benar-benar menindas.
"Kenzie! Pergilah! Jangan lakukan itu, mereka tidak akan bermain dengan jujur! Kau akan terluka! Sebaiknya kau pergi saja." Kata Ocha khawatir.
Kenzie tersenyum menatap Ocha, hatinya selalu berdebar ketika melihat gadis itu "Setelah permainan aku akan membawa Ocha pergi bersama ku!"
Tyas yang mendengar itu benar-benar tidak percaya dengan telinganya sendiri, ia menatap Ocha lama kenapa gadis miskin itu mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang begitu protektif dari Kenzie.
Tyas masih terdiam tidak percaya melihat Kenzie yang berdiri di hadapan Ocha untuk melindunginya. Permainan di mulai. Rio dan timnya sangat kasar seperti sedang mengeroyok anak kecil. Kenzie tersudut, membuatnya jatuh berlutut di tanah. Ocha berteriak khawatir "Kenzie! Kau baik-baik saja?" mata Ocha memerah.
Kenzie merasa sakit di perutnya, menatap Ocha lembut "Jangan menangis.." bisiknya pelan, kemudian ia berbalik ke arah tim Rio "Benar saja kalian terlalu lemah bahkan melakukan hal curang seperti ini, apa kau tidak malu. Membuatku terluka hingga kalian bisa memasukkan banyak bola ke dalam ring? Kalian takut menghadapi ku?"
Rio yang marah berjalan mendekati Ocha dan siap akan melemparkan bola ke arah gadis itu tapi Kenzie berlari lebih cepat dan menjadi pelindung Ocha, membuat bola itu langsung memukul punggung nya. Kali ini Ocha benar-benar menangis. Bola datang bertubi-tubi ke arah mereka. Ini bukan lagi permainan tapi pembulian. Kenzie memeluk Ocha sambil melepaskan ikatan tali di tangannya, setelah lepas Ocha melihat salah satu bola mengarah ke kepala Kenzie, Ocha berusaha menarik Kenzie tapi terlambat bola langsung memukul ke kepalanya kenzie mengerut kening menahan sakit.
Tepat saat itu Andika datang sambil membawa sepotong kayu, ia berjalan ke arah Rio, sambil terus memantaunya dengan kata-kata yang membuat Rio semakin marah, saat itu Tyas mendekati Andika.
"Kau siapa?"
Andika tidak menjawab tapi langsung menarik Tyas dan mencekik lehernya. Rio terkejut.
"Tyas!! Apa yang kau lakukan pada adikku!" teriaknya marah "Lepaskan dia!"
Andika tersenyum meremehkan ia sudah berulang kali melihat fakultas ekonomi yang bertindak semena-mena, kali ini mereka bahkan berani mengikat gadis yang di sukainya benar-benar tidak bisa di maafkan. Andika menatap ke arah Kenzie dan Ocha laku berteriak "Apa yang kalian tunggu pergi cepat!"
Kenzie mengulurkan tangannya pada Ocha. Gadis itu terlihat ragu-ragu ia menatap ke arah Andika. Mereka tidak terlalu akrab tapi Andika selalu membantunya "Kau juga ayo pergi bersama kami.." ajak Ocha.
***
Andika tersenyum lembut dan menggelengkan kepalanya "Tidak. Kalian pergilah dulu, aku akan menyelesaikan masalah di sini.."
Kenzie yang mulai tidak suka melihat Ocha bicara dengan Andika langsung menarik tangannya dan pergi. Andika yang melihat itu tersenyum kecut sambil berbisik "Jaga dia baik-baik" namun kata-kata itu hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.