Chereads / Ending. Jodoh tidak menunggu / Chapter 26 - sechsundzwanzig

Chapter 26 - sechsundzwanzig

Ke esokkan malamnya, seperti janji Ocha kembali menemui Kenzie di gudang belakang universitas. Ocha datang sedikit terlambat, ketika ia melihat Kenzie sedang memberi makan burung.

"Kau terlambat lagi.." Kenzie mengeluh. "Lihat burungnya menangis, pasti sangat kelaparan.."

Ocha terkejut ia baru saja datang kenapa Kenzie mengeluh padanya, lagi pula siapa yang memintanya memberikan hadiah burung?

"Kau datang lebih awal, seharusnya kau memberinya makan dulu" kata Ocha tercengang.

"Aku memberikan nya padamu, itu artinya kau yang harus merawat dan memberinya makan." balas Kenzie santai.

Ocha ternganga laki-laki di sampingnya benar-benar perhitungan "Baiklah, tapi apa kau benar-benar tidak akan peduli padanya? Itu hanya burung kecil?" ujar Ocha tidak percaya.

Kenzie masih terlihat tenang dengan gayanya yang selalu bisa menarik perhatian orang "Karena itulah aku ada di sini sekarang! Bukankah aku sangat baik? Aku menemaninya dan juga memberikan makan dengan tanganku sendiri. Aku sudah membantumu selama kau terlambat. Padahal aku sudah memberikan burung ini padamu tapi kenapa kau tidak bertanggung jawab padanya. Kau tidak bisa mengabaikan nya begitu saja."

Mata Ocha mengerjap beberapa kali, mulutnya terbuka dan terkatup seperti akan mengatakan sesuatu tapi pada akhirnya ia menghela napas mengalah. Kenzie seperti bunglon sulit untuk menghadapi nya bahkan saat suasana hatinya baik sekalipun.

"Tuan muda Kenzie. Aku bukannya tidak bertanggung jawab dan mengabaikan burung kecil itu. Aku selalu ingat dan berusaha mengatur waktu supaya bisa menemani dan memberinya makan, tapi kau lihat sendiri jadwalku sangat sibuk tidak seperti kau yang seorang mahasiswa, hanya perlu berpikir untuk belajar. Sedangkan aku harus berpikir untuk menambah uang untuk makan. Jangan hanya berpikir di sisimu saja, cobalah lihat di sisi orang lain." Ujar Ocha menatap Kenzie jengkel.

Kenzie sepertinya ketagihan membuat Ocha kesal. Jadi ia tidak menahan diri, sambil tersenyum lebar ia berkata "Maafkan aku yang terlalu sempurna, kadang aku memang tidak berpikir dari sisi orang lain karena itu merepotkan, aku hanya akan berpikir dari sisiku saja.. seperti kau. Aku menginginkan mu. Kau sudah menarik perhatian ku dan aku menginginkannya, maka aku menolak untuk melepaskannya. Aku memberimu burung kecil itu supaya bisa melihatmu dan berada dekat denganmu. Sederhana." Senyum manis di bibir Kenzie hilang perlahan-lahan berganti serius menatap langsung pada mata Ocha "Hari itu di lapangan, aku sebenarnya memikirkan mu. Ketika aku hampir tidak sadarkan diri.."

Jantung Ocha berdebar lebih cepat. Wajah Kenzie terlalu dekat ia merasakan sesak di dadanya apakah tempat ia berdiri sudah kekurangan oksigen. Tepat saat itu ponsel Kenzie berbunyi. Laki-laki itu menjauh dan Ocha akhirnya bisa bernapas ia tidak tahu sejak kapan sudah menahan napasnya pantas saja ia merasa sesak dan kesulitan bernapas.

Kenzie membuka pesan masuk itu dari Lara.

'Jangan lupa dengan janji kita besok'

Kenzie menatapnya lama, berusaha bersikap biasa saja lalu berbalik menatap Ocha dengan senyum manis, Kenzie mengalihkan obrolan mereka dan Ocha merasa sedikit bingung dengan perubahan itu. Apakah penderita PTSD memang memiliki kepribadian yang berubah-ubah seperti ini?

"Bagaimana dengan permainan piano mu?" tanya kenzie.

Ocha menatap tajam Kenzie ia tahu maksudnya, adalah bermain piano setiap malam untuknya "Apa yang kau maksud!"

Kenzie masih tersenyum "Kau lupa! Aku sudah banyak membantumu dan itu artinya kau berhutang padaku, sebagai bayaran kau harus bermain piano lagi untuk ku" Kenzie menunjuk piano di depannya, meminta Ocha untuk bermain.

Ocha kehabisan kata-kata dan terpaksa mengikuti keinginan egois laki-laki itu.

****

Di sebuah gedung perkantoran Ayah Lara sedang bicara dengan seorang laki-laki muda. Jika Kenzie di sana maka dia pasti akan langsung mengenalnya sebagai kutu buku bernama Eko.

Ayah Ocha seperti mengatakan sesuatu membuat wajah Eko berubah kaku. Namun masih mengangguk dengan sopan.

"Baiklah, kali ini saya maafkan. Selanjutnya anda harus memperbaiki nilai yang buruk itu. Anda sudah mendapatkan beasiswa penuh dari saya. Jangan mengecewakan harapan saya!"

Eko mengangguk "Dan saya ingin ada pergi bersama Lara ke acara amal hari ini. Dia tidak memiliki teman lelaki.." lanjutnya

Ketika Eko akan mengangguk sekali lagi. Lara muncul di balik pintu tersenyum lebar pada ayahnya "Siapa bilang aku tidak memiliki teman laki-laki.." ujarnya riang.

Ayahnya hanya tersenyum pasrah. Ia terlalu menyayangi putrinya jadi apa pun yang dia katakan ia akan menuruti semuanya. Eko yang terpesona oleh senyuman Lara kehilangan kata-kata.

****

Janji antara Kenzie dan Lara bertepatan pada hari kerja sama antara perusahaan milik keluarga Lara dan universitas Mandala. Lara terlihat cantik dengan gaun peach selutut ia terlihat seperti gadis kecil murni. Ketika Lara sedang bicara dengan temannya ketika seorang gadis kecil datang padanya.

"Kak Lara.. bantu aku.."

Lara menatap gadis kecil yang menarik gaunnya. Lara menunduk dan bertanya "Apa yang terjadi?"

"Tolong aku mengambil balonku, tersangkut di dahan pohon.." kata gadis kecil itu lagi.

Lara menatap ke arah luar "Baiklah, bawa aku ke sana.." Lara berpamitan dengan temannya, pergi ke arah luar dan ia juga melewati Eko. Tapi sepertinya ia sudah melupakan wajah laki-laki itu, namun tidak dengan Eko yang sepertinya menaruh perasaan pada Lara.

Sampainya di luar dekat pohon Lara menengadah menatap balon biru yang tersangkut itu lumayan tinggi. Lara segera melepaskan sepatu hak tinggi nya dan melompat ke arah balon berusaha menangkap talinya, tapi tidak berhasil. Lara terlihat sangat polos dan lucu benar-benar mengabaikan dandanan cantiknya yang peminim dan melompat-lompat dengan kaki telanjang. Lara menyingsing kan pakaian ke atas supaya bisa bergerak lebih leluasa dan melompat namun masih tidak berhasil. Lara berhenti meletakkan kedua tangannya di pinggang dan bernapas tersengal-sengal menatap ke atas pohon dengan jengkel.

Saat Lara sedang mengatur napasnya dan berpikir bagaimana cara mengambil balon itu seseorang melewatinya dan melompat tinggi balon itu akhirnya dapat. Gadis kecil dan beberapa temannya sedang duduk di rumput menonton. Lara terkejut namun senang melihat Kenzie. Gadis kecil yang sejak tadi menunggu bersorak senang. Kenzie menyerahkan balon itu pada Lara dan ia mengambilnya. Lara menatap kenzie dengan tatapan kagum.

"Terima kasih. Aku pikir kau tidak jadi datang." Lara mendekat melihat wajah Kenzie lebih dekat "Ada apa dengan keningmu?" tanya Lara khawatir.

Kenzie bersikap baik tidak seperti pembuat onar "Tidak apa-apa, hanya terkena bola." Jawabnya. Namun tetap saja sifat cuek dan acuhnya tetap kental.

Lara mengangguk "Lain kali harus hati-hati." Lara berbalik dan menyerahkan balon biru itu pada gadis kecil Yang sejak tadi menunggu. Senyum Lara terlihat lepas dan sangat bahagia. Tidak seperti seseorang. Kenzie jadi mengingat wajah muram Ocha yang jarang tersenyum.