Kenzie dan Ocha melarikan diri meninggalkan Andika yang bertarung bersama kelompok Rio. Kenzie melihat tangannya yang di genggam erat oleh tangan Ocha. Perasaan seperti inilah yang ia inginkan.
"Ke mana kita pergi?" Tanya Kenzie di sela napasnya yang tersengal-sengal.
Ocha melihat sekeliling mereka sudah keluar dari area kampus "Ayo kita naik angkutan umum dulu, sebaiknya kita menjauh dari mereka setelah itu baru pikirkan lagi.." kata Ocha sambil menghentikan sebuah angkutan umum. Mereka naik dan duduk bersebelahan.
Ocha berusaha mengatur napasnya yang juga ngos-ngosan, karena terlalu lama berlari ia mulai merasakan panas saat itu Ocha baru sadar kalau tangannya masih di genggam Kenzie. Ocha menarik tangannya kening Kenzie segera berkerut tidak senang ketika merasakan kekosongan pada genggaman nya. Kenzie menatap Ocha lama dan menghela napas, gadis ini keras kepala namun memiliki hati yang lembut dan lebih membuat Kenzie frustasi adalah Ocha terlalu memiliki harga diri yang tinggi. Kenzie menghela napas dan tersenyum lembut biar lah kali ini ia yang mengalah. Siapa suruh ia untuk menyukai gadis seperti Ocha.
"Kau baik-baik saja?"
Ocha terkejut karena Kenzie bicara sangat lembut padanya, membuatnya salah tingkah "Tidak apa-apa.! Dan, terima kasih . Sebenarnya aku tidak berharap kau akan datang untuk menyelamatkan ku."
Kenzie tertawa "Itu artinya kau sangat berharap aku datang, bukan?"
Ocha merengut dan saat itu ia melihat luka di kepala Kenzie. Ia tidak tahu apakah itu karena hantaman bola atau karena Kenzie membentur tiang sebelumnya. Ocha tidak bisa mengingatnya dengan jelas."Kau terluka!"
"Oh tidak apa-apa, aku baik-baik saja, ini hanya luka kecil." Kata Kenzie menghalangi Ocha yang akan menghapus noda darah pada lukanya. "Biarkan aku sendiri.." katanya lagi mengambil sapu tangan dari tangan Ocha.
Tangan mereka saling bersentuhan membuat Ocha seperti tersengat listrik, dan segera menatap ke arah lain.
"Maaf.. jika bukan karena aku. Kau tidak akan mengalami hal buruk seperti ini.." kata Kenzie bersalah.
Ocha tersenyum kecil mengangguk "Benar, setelah bertemu denganmu. Hari-hari damaiku berubah buruk, masalah datang terus menerus." Kata Ocha pura-pura serius namun bibirnya tersenyum.
Kenzie yang tahu kalau Ocha tidak marah padanya merasa senang. Ia pun juga tersenyum dan mengingat lagi "Kau benar.." kata nya tersenyum, kemudian melanjutkan "Sepertinya aku sangat mengganggumu.. tapi sekarang bisakah kita melupakan kenangan buru itu?" Kenzie mendekatkan wajahnya pada Ocha.
Ocha yang awalnya menatap keluar jendela mobil menoleh ke arah Kenzie dan terkejut jarak wajah mereka sangat dekat hanya beberapa centi saja. Ocha tidak bisa berkata-kata sedangkan Kenzie menatapnya penuh godaan. Ocha benar-benar salah tingkah dan gugup.
"Ah, aku akan melihat sudah sampai mana kita.." katanya beralih menatap ke arah depan. Tapi Kenzie tidak membiarkan Ocha lolos begitu saja ia memegang tangan Ocha menarik dagu gadis itu untuk menatap matanya.
"Jangan pergi. Temani aku sebentar saja.." kata Kenzie meminta. Ocha semakin terkejut, kenapa Kenzie sangat berbeda hari ini? Apakah benturan di kepalanya membuatnya menjadi bodoh atau rohnya tertukar dengan orang lain. Ocha menatap Kenzie lama berharap apa yang di dengar dan di lihatnya bukanlah ilusi matanya. "Sebentar saja. Setelah itu kau bisa pergi" Ujar Kenzie lagi.
Ocha akhirnya sadar kalau itu bukan ilusi matanya jadi ia mengangguk setuju. Kenzie menatap keluar jendela "Ini pertama kalinya aku naik angkutan umum.."
Ocha seketika melotot kenapa banyak kejutan yang ia terima hari ini "Apa! Kau belum pernah naik angkutan umum? Sebenarnya dari planet mana kau berasal.." tanya Ocha sambil tertawa.
Kenzie masih menatap keluar jendela "Waktu aku masih kecil, aku selalu melihat ke luar jendela mobil, aku merasa orang yang naik angkutan umum terlihat lebih bebas dan bisa memutuskan ke mana dia ingin pergi,"
Ocha menjawab dengan riang "Kita benar-benar kebalikannya, waktu kecil aku paling benci naik angkutan umum, karena bagaimanapun ngantuk dan lelahnya aku tidak bisa tertidur di angkutan umum, aku sangat takut saat aku bangun bibiku akan pergi. Akhirnya aku mengubah kebiasaan ku, setiap kami bepergian aku akan mencari tempat duduk dekat jendela. Setelah itu baru aku merasa tenang aku bahkan menggambarkan peta perjalanan supaya aku tidak tersesat, dan bisa menemukan bibiku."
Kenzie mendengarkan cerita Ocha serius, laki-laki itu termenung sesaat dan menatap Ocha "Seandainya saja kita bertemu lebih awal, kau bisa menemaniku naik angkutan umum, atau kau bisa duduk di mobil bersamaku. Aku tidak akan membiarkan mu sendirian."
Ocha menatap Kenzie lama ia ingin mengatakan sesuatu tapi akhirnya ia diam menikmati perjalanan mereka. Ocha membawa Kenzie ke tepi pantai.
"Aku minta maaf soal kemarin malam karena sudah berteriak padamu. Sebagai permintaan maaf apa kau mau datang nanti malam ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu.."
"Kau ingin memberiku hadiah?"
Kenzie tersenyum "Anggap saja seperti itu.."
Ocha cemberut "Jadi sebenarnya kau ingin memberiku hadiah atau tidak?!"
"Kau akan tahu saat kau datang nanti malam.." Kenzie melihat kening Ocha berkerut "Jangan khawatir, mereka tidak akan berani datang ke sana lagi.."
"Kau yakin?"
Kenzie mengangguk pasti. Akhirnya Ocha menghela napas lega.
***
Malam harinya Ocha benar-benar datang, lampu di ruangan itu menyala redup, semakin masuk ke dalam gudang Ocha mendengar sesuatu yang mencicit. Ocha melihat Kenzie menunduk membelakangi.
"Kau sedang apa?"
Kenzie langsung menoleh menegakkan badannya dan sedikit bergerak ke samping saat itu Ocha melihat sangkar burung di dalamnya ada seekor burung kecil warna kuning.
"Burung?! Jangan bilang sesuatu atau hadiah yang ingin kau berikan padaku itu adalah burung ini?" Tunjuk Ocha pada sangkar burung.
Kenzie nyengir lebar dan mengangguk "Benar sekali! Bagaimana, kau suka?!"
Ocha tidak tahu jawaban seperti apa yang harus ia berikan pada Kenzie tapi ia memang senang saat mendapat kan hadiah dari lelaki itu.
"Terima kasih.. tapi aku tidak bisa membawanya pulang, aku akan meninggalkannya di sini, dan datang setiap tiga kali sehari untuk memberinya makan? Bagaimana?" tanya Ocha.
Kenzie tersenyum memang itu tujuannya, dengan adanya burung kecil itu waktu pertemuan mereka akan semakin banyak. Dan Kenzie juga bisa mengenal Ocha lebih banyak lagi.
"Tapi, kau juga harus datang untuk merawatnya, kau tahu aku tidak sepertimu yang seorang mahasiswa, aku memiliki banyak pekerjaan, dan akan sibuk. Mungkin, aku akan melewatkan waktu untuk memberinya makan."
Kenzie mengangguk "Tidak apa-apa. Aku bisa membantu mu.."
Ocha mengangguk setuju "Ini sangat cantik? Aku ingat waktu kecil ayahku juga memelihara seekor burung beo, setiap pagi ayah mengajaknya bicara. Dan itu benar-benar menghibur. Ayah selalu bertengkar dengan burung beo itu yang meniru semua kata-kata ayah, aku dan bibi selalu menjadi penontonnya dan tertawa bersama." kata Ocha tersenyum hangat ketika mengingat kenangan masa kecilnya.
****