Chereads / Janda Vs Duda / Chapter 2 - Janda Bukan Murahan

Chapter 2 - Janda Bukan Murahan

Hari pertama dengan gelar janda,

Reyka edarkan matanya menyapu ke sekeliling halaman kantor, dia sudah mengabdi cukup lama di kantor ini, mulai dari karyawan honorer sampai pegawai tetap.

Di kantor ini juga dia bertemu dengan Gilang, mereka dikenalkan di tempat fenomenal ini.

"Rey, kamu udah yakin banget ya cerai sama Gilang?"

Ini dia, mak comblang yang membuat hubungan sialan itu terjadi, awalnya tidak sialan, tapi sekarang Reyka putuskan menyebut seperti itu.

"Apa, kamu mau apa sih?" hentikan maksudku, aku sudah tidak ingin membahasnya. Lanjut Reyka dalam hati.

Ia tidak mau membuang tenaganya sia-sia hanya karena emosi membahas Gilang.

"Dia nggak mungkin jahat, Rey. Kamu harusnya sabar jadi istri itu gimana, biar nggak sampe cerai!"

"Apa sih, intinya jodoh kita sampai di sini aja. Udah nggak jodoh lagi, udah end!"

Nah, ini yang berbeda dari wanita lainnya, Reyka mampu memoles nasib sedihnya menjadi masa bodoh, wajahnya acuh dan bibirnya tidak banyak berbicara.

Kelemahan wanita dan kebiasaan yang sering membuat lemah adalah mulut yang mudah terbuka, mulai dari cerita kecil sampai meluas, bercuap-cuap ke sana-ke mari, mengambil simpati siapa saja, pada akhirnya semakin terpuruk dan tenggelam dalam kesedihan.

Reyka benar-benar menutup kasus dan masalah keluarga di masa lalu itu, setiap kali ada orang yang bertanya, ia jawab seperlunya, tidak penting dan tidak akan berpengaruh apa-apa sekali pun mereka mendengar sampai akhir.

"Jangan-jangan kamu ya, Rey, yang bosen sama Gilang terus nyari cowok lain," tuduh salah seorang temannya.

Reyka berdecih meresponnya, orang di jaman sekarang pandai sekali membuat ramalan, membenarkan fikiran mereka sendiri tanpa mau paham kalau setiap orang punya privacy.

Nanti kalau masalah mereka yang dibahas, baru nangis-nangis, bilang kalau malu dan dunia ini tidak adil.

Hei, hello ... Ke mana saja otak selama ini, main cuap-cuap sesuka hati!

Reyka masuk ke ruang bagian personalia, keputusannya sudah bulat, ia ingin memulai hidup baru dengan semua hal yang baru, termasuk pekerjaan.

"Kamu yakin ke luar kerja di kantor ini?" pria itu meyakinkan sekali lagi.

"Yakin, Pak. Saya sudah memikirkannya matang-matang dan ini keputusan yang saya ambil, kiranya Bapak bisa membantu saya untuk mengurus administrasinya," jelas Reyka.

"Oke, surat ini akan saya proses, selama satu minggu ke depan sampai surat ini turun, tolong ajari anak baru yang mungkin mulai kita seleksi sore ini, bagaimana?"

"Baik, Pak, terima kasih."

Reyka undur diri, dia tinggal menunggu proses itu berjalan ke kantor pusat sembari membereskan barang-barangnya.

Meja dan kursi itu akan menjadi milik orang lain, seleksi itu akan diadakan sore ini, mengingat Reyka sudah menjadi pegawai tetap sehingga penerusnya akan diambil dari pegawai kontrak di kantor ini yang berkompeten.

"Hei, Rey, selamat ya udah jadi jan-da!"

Mirna, gadis tercantik dan terkenal di kantor ini, banyak mata yang melirik dan berebut menjadikannya pacar, dia bahkan mempunyai komunitas di kantor ini.

Komunitas paras jelita

Sampai kiamat pun Reyka tidak akan masuk ke komunitas itu, isinya hanya gadis yang gila dengan wajah mereka sendiri.

Kalau mereka cantik, buktinya sampai detik ini tidak menikah-menikah, menerima pria pun tidak mau, mereka hanya dijadikan pemuja.

Gila apa!

"Kamu nggak mau gitu balas ucapan aku?"

"Makasi banyak ya, Mirna." senyum kecut hadir di wajah Reyka.

"Ih, udah janda, sok jual mahal lagi. Harusnya kamu itu sujud syukur udah dapet selamat dari aku, untung-untung kamu masih dapet perlakuan baik, aku yang handle pekerja di kantor ini, mereka bisa aja ngusir janda kayak kamu!"

"Emang aku janda kayak gimana?" balas Reyka. Dia letakkan kotak berisi barang-barang pribadi itu di meja cukup keras, membuat semua karyawan di ruangan itu menoleh, termasuk Hieyti, sebut saja dia Heti, teman baik Reyka di kantor ini, bukan mak comblang tadi.

"Janda yang bakal ngerusak hubungan orang, godain cowok, nggak peduli punya istri atau enggak, iya kan?"

"Ahahahah ...." Reyka tergelak, ia tatap lurus mata Mirna. "Itu kamu kali, Mir, belum janda aja udah bikin mata cowok kepelet, iya kan? Pada jadi pemuja, gila ... Aku emang janda, tapi nggak murahan" lanjut Reyka.

Ia berbalik dan membuang muka, mengibaskan rambut bergelombangnya cukup kencang sampai menampar wajah Mirna.

"Dasar rambut bakmi!"

"Biarin, daripada tegak lurus kayak besi pondasi!" balas Reyka.

Gelak tawa membuncah di ruangan itu, selain terkenal dengan gaya acuhnya, Reyka juga dikenal hangat dan suka bercanda, setiap yang ke luar dari mulut gadis itu selalu saja ada yang bisa memancing tawa, gaya acuh hanya khusus ketika ia tidak ingin menceritakan urusan pribadi, sampai wajahmu berubah jadi siluman monyet pun, Reyka tidak akan bercerita.

"Kamu parah, sumpah!" Heti masih tertawa keras, makanan yang sedari tadi ia buka sampai belum ia habiskan, padahal waktu istirahat hampir habis.

"Habis gimana, yang mulai duluan siapa juga. Orang kok suka ikut campur, emang dia siapa sampe aku harus sujud syukur dapet ucapan, hah? Ucapan selamat jadi janda lagi, gila!" balas Reyka.

"Ya ampun, udah masem aja tuh muka lampir, sumpah balesan lo bikin dia kepanasan, kayak gunung mau meletus!"

Reyka gelengkan kepalanya sembari terkekeh, bukan maunya berkata seperti itu. Dia tidak memulai, Mirna sendiri yang datang tidak diundang dan bicara seenaknya.

Memangnya ada apa orang yang berharap jadi janda? Jelas gila kalau sampai berharap begitu, janda itu bukan harapan, tapi keputusan yang diambil setelah melewati banyak pertimbangan.

"Oiya, Rey. Kemaren nih, aku baru banget ketemu sama Natan," ungkap Heti.

Ting,

Sendok Reyka terlepas dan berdenting kencang di piring kaca miliknya.

Kenapa juga Natan kembali ke kota ini?

Kalau Heti sampai bertemu, itu artinya Natan tidak jauh dari sini, dari tempat tinggal mereka, rumah Heti dan Reyka hanya berbeda gang saja.

"Kamu nggak apa kan? Syok ya," tanya Heti, ia goyang-goyangkan bahu Reyka.

"Ah, enggak biasa aja. Semoga dia sehat ya," Jawab Reyka.

Sungguh, ia ingin menggalih dasar bumi ini dan bersembunyi di dalam sana, dia sudah berjanji untuk tidak menemui Natan waktu itu meskipun ia ingin, sudah lama persahabatan baik itu terbengkalai dan hancur.

Tapi,

"Natan sih baik, tapi Andara yang nggak baik," ungkap Heti.

Reyka kembali melepas sendoknya, padahal sudah ada nasi dan suwiran ayam di sana.

"Ken-kenapa?"

Andara sakit karena hamil kan? Pasti itu kan, kenapa hatinya jadi berdenyit seperti ini sih!

"Andara udah meninggal, Rey."

Reyka menganga, itu artinya dia dan Natan sama-sama sendiri saat ini, Natan itu duda.