Reyka lepaskan tangan Natan, walau dikatakan dia butuh akan kehadiran Reyka dan sudah
membawa pengundang hati di sana, tak membuat Reyka luluh begitu saja dengan dirinya meskipun
tampak Reyka menerima diawal.
"Kenapa kamu nggak mau sama aku, Rey?" tanya Natan getir. "Kita kan bisa berteman kayak dulu,
lagian-"
"Lagian apa? Apa karena aku sama kamu udah sama-sama sendiri terus kamu kira bisa barengan
lagi, gitu?" potong Reyka.
Natan mengangguk, jelas itu jawabannya, memang apa lagi selain itu.
Reyka tak mau basa-basi lagi akan semua yang ada, tak peduli ada bapak yang memperhatikannya di
sini, dia tetap meninggalkan Natan seorang diri di depan teras rumah, usai sudah, dia tak mau masa
lalu yang menyakitkan itu terulang kembali, entah apa yang terjadi, hanya Reyka yang tahu.
Pandangan bapak begitu iba pada Natan, dia masih berdiri begitu Reyka meninggalkannya, dari
wajahnya bisa bapak pahami kalau datangnya Natan ke sini bukan tanpa alasan, dia butuh teman
lamanya untuk berbagi, tapi Reyka pasti butuh waktu setelah berpisah dari mantan suaminya dan itu
pun belum lama.
Anggukan bapak menjadi pertemuan terakhir di hari ini, Natan kembali meninggalkan rumah Reyka,
dia menoleh dan tak mendapati temannya itu mengintip atau mungkin berlari ke arahnya lagi. Reyka
seolah membencinya, mereka bahkan tak bisa berbicara lama di hari ini seperti yang Natan
bayangkan.
Brak!
"Kamu yang bener, Nat?" siapa lagi tempat buat lari kalau bukan si Heti.
"Masa iya dia sampe nggak mau ketemu sama kamu sih?"
"Kamu salah sangka kali, dia nggak gitu banget kok, tapi-" dia menjeda sebentar. "-tapi, nggak tahu
lagi ya kalau ini model dia yang lagi frustrasi habis pisah sama suaminya, kan ada itu masa cewek
harus tahan diri, nggak kenal siapa-siapa sampe masa pisahnya selesai, biar nggak ada fitnah, kamu
tahu kan?"
Ah, itu dia.
Natan baru bisa tersenyum sekarang, dia terlalu berpikiran buruk dengan Reyka yang baru saja
berpisah, Reyka bukan cerai mati sepertinya, melainkan cerai hidup yang bisa saja dijadikan fitnah
keji oleh kerabat atau orang yang melihat kedekatan mereka.
Senyumnya sangat lebar, Heti khawatir bila Natan terlalu berharap, itu hanya kesimpulannya saja,
bisa jadi lebih parah yang Reyka alami di sini, tidak ada yang tahu.
Teringat akan kebersamaannya dulu bersama Reyka, bagaimana gaya kecewanya Reyka akan
dirinya.
"Ya aku nggak mau pokoknya makan itu sama kamu!" Reyka melipat kedua tangannya ke depan
dada, cemberut gaya anak muda belia. "Ih, aku nggak mau, kamu mau ngerayu aku model apa juga
aku nggak akan mau sama kamu, bagi makanan sama kamu, no deal!"
"Rey, kan ini cuman masalah lontongnya aja yang nggak sama, udah aku bagi, makan deh!" Natan
mengusap bahunya, tertepis cepat dan mendapatkan pandangan tajam Reyka. "Yaudah, kamu
maunya apa?"
"Aku nggak mau apa-apa, aku kecewa sama kamu, pokoknya anterin aku pulang!" dia juga tidak
mau Natan mengunjunginya lagi.
Natan tarik tangan itu dan dia peluk, memaksa Reyka yang menolak dan memberontak. Cukup lama,
sampai akhirnya tangan Reyka berhenti, dia di pelukan Natan.
Hanya itu cara agar kecewanya Reyka selesai, Natan harus memeluknya sampai Reyka berhenti
memberontak, baru bisa diajak berbicara baik-baik.
"Masih kecewa sama aku?" tanya Natan mengunci mata Reyka.
Reyka palingkan wajahnya, tidak mau menjawab.
"Jangan gitu dong, kalau kamu kecewa, aku bakal sedih banget, Rey!"
"Kenapa sedih?" bertanya tanpa mau melihat.
"Aku ke sini cuman buat ketemu kamu, jauh loh aku ke sini, Rey. Aku minta maaf salah nggak sesuai
sama pesanan kamu, tapi plis jangan marah, aku dateng ke sini buat ketemu kamu dan lihat kamu
ketawa, bukannya marah, Rey!" Natan raih dan genggam tangan Reyka.
Reyka baru tersenyum, pemuda di depannya itu selalu bisa membuat hatinya luluh.
Bau apa ini?
Natan terhenyak dari lamunannya, begitu dia menoleh yang ada di depannya sambal pete khas Heti,
dia mendapatkan makanan setelah bergalau riah.
"Nggak deh!"
"Halah, udah makan aja, lagian ini bisa buat galau kamu hilang. Besok aku coba ngobrol sama Rey,
kan aku sama dia udah jadi pengangguran sekarang, kita mau usaha bareng, nanti aku bilang sama
dia pelan-pelan. Kalau aku boleh tahu, Nat ... kenapa kamu mau deketin Rey lagi, dulu waktu kamu
nikah sama Dara, kamu hilang gitu aja, hayo?"
Natan rasa itu juga salahnya, dia tahu Reyka tengah membuatnya cemburu kala itu, hanya dia yang
tidak peka dan malah mundur, tak memperjuangkan Reyka yang mungkin berharap padanya.
"Kamu nggak kepikiran buat nikah sama dia kan? Jadi, kayak di film itu kalau janda sama duda nikah,
ahahahahaha ...."
Hup, Natan masukkan satu suap nasi dan sambal pete ke mulut Heti, biar saja dia seperti tengah
suap-suapan, kalau tidak begitu tidak akan berhenti, dia lagi serius ini.
Tapi,
"Lah, kamu serius kalau misal jodoh bakal mau sama dia?"
Natan mengangguk, "Nggak ada alasan buat nolak itu, lagian Rey juga baik, cuman aku penasaran
aja sama dia, kenapa sampe dramatis gitu dulu, sampe nggak mau ketemu sama aku, ada masalah
apa?"
Heti juga tidak bisa menjawab itu, kejadiannya sangat singkat di mana Reyka mendadak punya
kenalan dan menjauh dari Natan, bukan sekadar menjauh, dia bahkan memutuskan menikah dengan
anak kolongmelarat itu, biar saja dia katakan kasar, habis dia sebal.
Kembali lagi, pernikahan Reyka dan Natan menjadi titik puncak di mana Reyka menjauh dari Natan,
tak lama dari itu tersiar kabar Natan menghilang, lalu menikah dengan seorang gadis yang mirip
dengan Reyka, dunia dan takdirnya ini terlalu rumit memang, kepala Heti tak sanggup
memikirkannya.
"Kamu kapan nikah, Het?"
"Heh, pertanyaan kayak gitu itu nggak sopan!"
"Ahahahahah, kamu janji ya sama aku, bakal ajak ngomong Rey, aku tunggu kabarnya, aku pengen
deket lagi sama dia!"
"Kamu masih cinta kan sama dia, Duda basah?" Heti pakai sebutan baru untuk Natan.
Apa!
Natan tergelak sambil melempar sandalnya, bisa-bisanya dia disebut duda basah, memangnya tak
ada panggilan yang lebih bagus apa.
Sepanjang perjalanan kembali ke rumahnya, Natan juga tak menyangka kalau dia akan bertemu
Reyka dalam kondisi seperti ini, dengan statusnya yang duda dan janda.
"Kamu masih cinta kan sama Rey?"
Ahahahah, Natan raup wajahnya, bahkan Andara tahu kalau dia mencintai Reyka sampai relung hati
dan tak bisa menggantinya begitu saja.
Dia berharap Heti bisa merayu Reyka untuk kembali berteman dengannya, membuat takdir itu
berbelit kembali.
"Kamu dari mana?" mama angkat gagang kemucing ke depan Natan.