Sabetan gagang kemucing berulang kali mengenai punggung Natan, pria itu berlarian menghindar, tapi tetap saja mendapatkan sabetan dari mamanya.
Sudah diingatkan harus menjauh dar Reyka, masih saja ditemui dan meminta bertemu, beruntung Natan hanya mengaku sampai di situ, coba dia jelaskan secara lengkap bagaimana sikap Reyka ketika bertemu dengannya, kemungkinan bukan gagang kemucing lagi yang dia dapatkan, tapi juga yang lainnya sampai tulang patah.
Tapi, kenapa dan ada apa sampai tak mendapatkan izin dari mamanya bertemu dengan Reyka?
Pertanyaan yang mama sendiri tak mau menjawab, walau Natan mendesak dengan berbagai pertanyaan yang menyudutkan, mama tak mau menjawab, memilih masuk ke kamar dan melarang Natan sekali lagi untuk tak bertemu Reyka.
"Aku nggak bisa, Ma. Aku minta maaf kalau soal Rey, aku sama dia udah kenal lama dan aku sayang sama dia, aku bakal ketemu dan bujuk dia!"
Natan bertekad untuk itu, sekalipun izin tak dia kantongi dari sang mama. Berbeda dari Reyka yang mendapatkan dukungan dari ayahnya, justru bersikap menjauhi Natan.
Sebenarnya ada apa?
Natan kulik kembali masa lalu yang sempat dia kubur di hatinya itu, kebersamaannya akan Reyka tak mungkin bisa dia hapuskan dengan mudah, Reyka adalah segalanya untuk dia.
"Kok bisa Papa nggak tahu sebabnya, kan sering sama mama?!"
"Lah memang kalau sering barengan itu harus tahu apa yang dia simpan? Orang kan punya batas privasi sendiri-sendiri, Nat. Kayak gini kamu tanya masalah mama kamu sama Rey, coba kamu yang ngaku jadi teman baiknya Rey, toh kamu ya nggak sepenuhnya tahu kenapa dia nggak mau ketemu kamu, menjauh dari kamu, kan seharusnya semua iu sudah pernah dibicarakan, minimal itu dibahas, jadi kamu punya note soal masalah sekarang, mungkin Rey kena ini dan itu!"
Kalah sudah, siapa yang bisa menjawab pertanyaan menjebak papa kali ini, baik Natan maupun papa juga tak bisa membuka alasan mama, seolah ada yang ditutupi dan saat ini begitu membekas pada keduanya, Reyka dan mama.
***
Beberapa pembayaran akan barang yang Reyka dan Heti beli sudah diproses, mereka membuat catatan stok barang yang dipesan beserta urutan tabel yang harus mereka isi dan sambungkan bila barang sudah datang.
Keputusan mereka sudah bulat, mereka akan berjualan daster dan beraneka camilan ringan, pilihan tempatnya ya di taman kota dan pasar malam.
"Ingat loh, kalau jadi pedagang itu yang sabar. Nggak bisa minta jualan hari ini, terus laku semua, itu banyak nggak mungkinnya!" ayah berpesan.
"Kenapa dibilang banyak nggak mungkinnya?" sahut Heti.
"Ya kan kalian itu masih kenalan, jangan tergoda dan tertipu konten, mereka bayar orang buat antri aja ya bisa, kan itu the power of money!"
Ya, mereka harus cukup sadar diri dengan modal receh yang mereka punya, terlebih lagi uang pas-pasan, mau membuat konten jelas kesulitan.
Sementara kantornya ada di kamar kosong di rumah ayah, niat hati mau kontrak atau kos mereka berdua, tapi ayah melarangnya, dia kesepian di rumah ini dan akan lebih baik kalau ada yang membantu mengontrol, siapa tahu ada orang yang berniat jahat.
Usaha belum jalan, sudah disuruh rugi saja.
"Rey, ada pesen dari si doi."
"Doi siapa?"
"Siapa lagi kalau bukan Nat!"
Reyka sontak melotot, dia minta Heti tidak terlalu mengeraskan suara, ayahnya itu fans berat Natan, dia tidak mau kalau sampai ayahnya ikut campur.
"Kenapa sama dia?" akhirnya bertanya juga.
Heti simpan senyumnya, "Dia bilang gini, Het ... tolong kasih tahu ke Rey kalau aku sakit, baru aja dipukul pake gagang kemucing sama mama, Rey tahu harus dikasih obat apa!"
Ahahahahahah, sumpah Reyka mau tertawa lepas kalau dia bisa menahan malu di depan Heti, sayangnya dia tak bisa menahan malu, jadi yang dia lakukan adalah jaga image.
Reyka berikan contoh obatnya ke Heti untuk difoto da dikirimkan ke Natan.
"Kalian gini kenapa nggak langsung chat aja sih? Kenapa ngelibatin aku?"
"Males, aku nggak mau ngomong lebih sama dia!"
"Terus, kenapa ini masih peduli kalau males?"
"Ya kan orang lagi sakit, ya udah kasih aja, nanti jadi pahala!"
Ggrrrr, dasar janda dan duda basah, sama-sama aneh dan nyusahin, Heti kalau begini harus siap-siap jadi penyambung lidah, dia harus siap sedia, sialnya lagi itu mereka adalah teman baiknya, mana bisa menolak teman baik, Heti raup wajahnya.
Tak lama dari itu balasan dia terima dan seperti tadi, dia sampaikan pada Reyka yang hanya membalas dengan gedikan bahu.
Sumpah demi apapun, kalau bukan teman, sudah dipastikan tangan Heti melayang ke wajah keduanya.
***
Tidak, Natan tidak akan menerima alasan yang tidak jelas dari mamanya itu. Setiap larangan harus ada alasannya kenapa sampai dilarang, terlebih lagi ini menyangkut hubungan sesama manusia.
"Nat, kalau dia aja udah nggak mau ketemu kamu, kok kamu yang ngeyel ketemu dia sih?!"
"Nat suka sama dia, Nat suka sama Rey!"
"Kalau mau nikah lagi, sana cari anak perawan siapa yang lebih berkelas dan pantes sama kamu!" ujar mama. "Dia iu janda cerai hidup, ditinggal suaminya pasti karena dia kurang, kamu lebih baik cari yang sempurna dan masih perawan di luar sana!"
"Nggak mau, aku mau deket lagi sama Rey, nggak masalah dia mau janda model apa, aku mau sama Rey lagi!"
Perdebatan sengit ibu dan anak, semua orang di rumah itu menyingkir sejak semalam, masalah yang Natan dan mama bahas masih sama soal Reyka dan kembalinya Natan bertemu Reyka, belum ada yang mau mengalah dan itu dirasa sangat tidak mungkin.
Papa memilih membaca koran di depan, biar saja di dalam rumah kebakaran sendiri, kalau boleh jujur dia jelas biasa saja kalau sama Reyka, dia cenderung mendukung Natan, yang menjalani hidup ini adalah Natan, jadi keputusan utama memang harus Natan kendalikan.
"Mama benci sama dia!"
"Ya Mama kasih tahu ke aku kenapa sampe benci sama Rey, kan nggak bisa terus aku mutus hubungan sama Rey kayak dulu cuman karena hal salah paham kayak gini. Mama kalau ada masalah, ngomong aja, aku yakin Rey bakal mau selesaiin semua ini, dia nggak seburuk yang Mama pikirin!"
Mama menyalang, "Kamu anak kecil yang dibodohin sama dia, mana paham kalau sudah buta, apa nggak kasihan sama Andara yang-"
"Mama nggak perlu bahas Dara ya, bahkan dia aja tahu kalau aku suka sama Rey, sama dia juga karena mirip Rey. Sekarang to the point aja, Mama benci itu kenapa sama Rey? Alasannya apa?"