"AAhhhhhh aduh..." Ucap Sheina kesakitan sambil terus menekan perut nya. Vincent yang mendengar jeritan Sheina langsung bangkit dari kursi nya dan menghampiri Sheina.
"Sheina??" Panggil Vincent panik
"Auuu sakit kak!!!" Rintih Sheina kesakitan. Sheina terus menekan nekan perut nya.
"Sheina, lo kenapa."
"Perut gue sakit." Ucap Sheina lirih. Vincent yang bingung langsung membopong tubuh Sheina menggunakan kedua tangan nya.
"Lo mau ngapain kak? Turunin gue." Ucap Sheina kaget saat Vincent tiba tiba menggendong nya.
"Lo diem aja, nanti perut lo makin sakit." Ucap Vincent sambil terus berjalan membopong tubuh Sheina. Kini Sheina dan Vincent sampai di sebuah ruangan, saat Vincent membaring kan tubuh Sheina, Sheina membuka mata nya.
"Lo kenapa bawa gue ke si... awwww." Jerit Sheina kembali sambil memegangi perut nya.
"Masih sakit?" Tanya Vincent lembut.
"Perut gue sakit kak." Ucap Sheina. Vincent bingung harus berbuat apa, padahal jam segini pasti petugas UKS sudah pulang. Vincent terus memperhati kan Sheina yang terus terusan menekan perut nya, dan Vincent yang mulai mengerti dengan apa yang terjadi pada Sheina langsung lari keluar dari ruangan meninggal kan Sheina yang masih menjerit kesakitan.
"Kak.. Kak Vincent. Lo mau kemana? Jangan tinggalin gue sendiri di sini kak, A... awwwwww." Sheina kembali kesakitan saat dia berteriak memanggil Vincent yang meninggal kan nya sendirian di sana.
Sudah lebih dari lima belas menit Sheina di ruangan itu, namun Vincent belum juga kembali. Sheina yang sejak tadi ketakutan karena tidak ada orang lain yang menemani nya hanya bisa diam tanpa berani mengeluar kan sepatah kata pun, dalam hati dia berdoa agar Vincent segera kembali dan langsung menjemput nya.
Hari sudah mulai gelap. Di luar sedang hujan lebat, petir menyambar di mana mana. Saat Sheina berusaha untuk menahan rasa sakit di perut nya tiba tiba lampu ruangan itu mati dan semua menjadi gelap. Sheina yang sejak kecil takut akan kegelapan langsung menjerit histeris dan melompat dari atas ranjang.
"Aaaaa, padre (papa), madre (mama), kak Adit. Tolongin Sheina, Sheina takut hiksssss" Sheina menjerit memanggil kedua orang tua nya dan juga kakak nya. Sheina kini sudah berada di balik nakas di samping ranjang UKS.
Sheina duduk penuh ketakutan sambil menyembunyi kan wajah nya di kedua sisi kaki nya. Dia memeluk erat kedua kakinya. Air mata nya keluar semakin deras saat cahaya petir masuk melalui celah jendela yang membuat Sheina semakin ketakutan.
"Tolong.... Sheina takut hikssss, Sheina mau pulang." Ucap Sheina lirih. Saat Sheina masih belum bisa menenang kan diri nya, tiba tiba suara pintu terbuka terdengar. Sheina benar benar takut saat ini, dia tidak tau siapa yang datang.
"Tolong jangan sakitin Sheina, Sheina mohon hikssss." Ucap Sheina, suara Sheina terdengar gemetaran. Sheina kembali menyembunyikan wajah nya di balik kedua sisi kaki nya.
"Sheina lo dimana?" Tanya seseorang itu. Sheina menegak kan kepala nya sedikit, seperti nya dia kenal dengan suara itu. Itu Vincent. Iya, itu Vincent dia pasti tidak salah.
"Sheina.." Panggi Vincent sambil menyalakan senter melalui ponsel nya. Saat Sheina ingin bangkit tiba tiba cahaya petir kembali membuat nyali nya menciut. Sheina kembali bersembunyi. Vincent yang sudah melihat Sheina langsung menghampiri gadis itu.
"Sheina...." Panggil Vincent sekali lagi saat melihar Sheina ketakutan. Sheian yang melihat Vincent ada di hadapan nya langsung melompat ke arah Vincent. Sheina memeluk tubuh Vincent erat. Vincent yang sadar kalau Sheina ketakutan langsung membalas pelukan Sheina.
"Kak Vincent dari mana aja. Aku takut kak hikssss...." Sheina menangis di pelukan Vincent.
"Maafin gue ya. Tadi gue keluar buat cari makan sama obat buat lo. Sekarang lo ngak usah takut lagi, gue udah di sini kok. Lo ngak akan kenapa napa. Lo tenang ya." Ucap Vincent sambil mengusap punggung Sheina berusaha menenang kan gadis itu.
Setelah Vincent merasa Sheina mulai tenang, Vincent melepas pelukan nya dan kembali mengangkat tubuh Sheina kembali ke atas ranjang. Dan saat Vincent sedang membaring kan Sheina ke atas ranjang, akhir nya lampu kembali menyala. Kedua nya sama sama terdiam saat wajah Vincent dan Sheina begitu dekat, tangan Vincent yang masih menjadi tumpuan kepala Sheina masih utuh di tempat nya.
Setelah beberapa lama akhir nya Vincent menarik kembali tangan nya dari kepala Sheina dan menjauh dari nya. Kedua nya sama sama salah tingkah dan saling mengalih kan pandangan satu sama lain. Saat Vincent melihat kantong putih yang ada di meja, Vincent langsung membuka kantong dan memberikan isi nya kepada Sheina.
"Nih makan. Biar perut lo baikan." Ucap Vincent sambil menyerah kan kotak makan bertutup ungu itu ke pada Sheina.
"Makanan buat kak Vincent mana?" Tanya Sheina sambil menerima makanan dari Vincent.
"Gue ngak laper. Lo makan aja, ngak usah banyak nanya." Ucap Vincent ketus.
"Gue ngak akan makan, kalo kak Vincent ngak ikut makan." Ucap Sheina dan meletak kan kotak makanan itu di atas nakas.
"Hah? Lo bego apa gimana sih, untung gue baik beliin makanan itu buat lo. Ngak usah banyak bacot mending lo makan buruan." Ucap Vincent sambil membuka kotak makan itu lalu kembali menyerah kan nya pada Sheina.
"Gue ngak akan makan kalau lo ngak makan kak."
"Nanti perut lo sakit lagi Sheina!!!" Ucap Vincent lelah.
"Ya udah, biar perut gue ngak sakit, lo makan juga." Ucap Sheina santai.
"Gue cuman beliin satu. Ntar gue bisa makan di rumah gue. Sekarang lo aja dulu."
"Ya udah, kalo gitu satu bagi dua kan bisa." Ucap Sheina yang membuat Vincent melotot.
"Apaan satu bagi dua, gila lo. Lagian sendok nya cuman satu."
"Lah emang kalo sendok nya satu kenapa? Biasa aja kali, di kantin juga sendok nya di pakai bersama. Emang kalo makan di kantin lo bisa tau sendok yang tiap hari lo pake itu sendok yang mana? Ngak kan? Jadi santai aja kali." Ucap Sheina mengulang kata kata yang di ucap kan oleh Ervin tadi siang kepada nya. Entah mengapa dia bisa mengatakan hal bodoh itu.
"Kalo gue pake sendok yang sama kayak yang lo pake itu sama aja kita ciuman secara ngak langsung Sheina." Ucap Vincent yang langsung membuat wajah Sheina memerah.
"Lah cuman sendok doang bisa ciuman. Lagian nih ya kak, kalo ciuman nya bisa langsung kenapa harus melalui sendok dulu. Tapi sekarang belum waktu yang tepat untuk melakukan itu, nanti kalau kita udah jadian baru deh kita ciu..." Ucapan Sheina langsung terpotong saat Vincent menyuapkan makanan itu ke dalam mulut Sheina.
"Makin lama omongan lo makin ngaco ya. Jangan ngarep lo bisa jadian sama gue, lo itu sama sekali bukan tipe gue, asal lo tau aja itu." Ucap Vincent sambil mengaduk aduk makanan Sheina.
"Yeeee, mungkin sekarang kak Vincent bisa ngomong gitu, tapi gue yakin kok kalo kita bakal jadian. Lama lama lo juga bakal suka sama gue kak. Lo ngak usah khawatir, mulai sekarang gue bakal belajar buat suka sama lo kok kak." Ucap Sheina penuh percaya diri.
"Ngak usah kepedean lo." Ucap Vincent dan kembali menyuap kan nasi pada Sheina.
"Emm kak, lo makan ya. Gue mohon. Baju lo basah kan gara gara beli makanan buat gue. Nanti lo bisa sakit kak. Lo makan ya, gue mohon." Ucap Sheina dengan wajah memohon.
"Sejak kapan lo perhatian sama gue kayak gini?" Goda Vincent yang membuat Sheian salah tingkah.
"Gu... Gue, gue ngak perhatian kok, gue cuman ngak mau kalo lo sakit, karena lo kan partner gue buat olimpiade, kalo lo sakit lo cuman jadi beban buat gue sama Ervin. Jadi lo ngak usah kepedean." Ucap Sheina lalu meraih kotak makan yang ada di tangan Vincent.
Sheina mengubah posisi nya menjadi duduk. Sheina menyodor kan sendok berisi nasi ke arah Vincent. Vincent sempat menolak namun terus di paksa oleh Sheina, jadi lah Vincent makan dari sendok yang sama dengan Sheina. Sheina tertawa kecil sambil terus menatap Vincent.
"Lo pake jaket gua atau selimut nih kak. Lo pasti kedinginan kan karena baju lo basah gitu, kalau ngak lo matiin AC nya aja." Ucap Sheina sambil memberikan selimut yang ada di ranjang kepada Vincent namun di tolak.
"Ngak usah, gue ngak papa kok." Ucap Vincent lalu memberikan sebuah obat dan minuman kepada Sheina.
"Nih minum, biar perut lo agak enakan dikit. Lain kali, kalo lo punya penyakit maag, ingat makan. Jangan malah nyusahin orang gini." Ucap Vincent yang membuat Sheina memanyun kan bibir nya kesal, dan menerima pemberian Vincent.
"Makasih kak." Ucap Sheina Sambil menyerah kan gelas kosong itu pada Vincent.
"Sama sama."