Antariksa melangkahkan kakinya menelusuri koridor sekolah yang sudah lumayan sepi. Ia sudah menunggu di kelasnya hampir 30 menit, tapi Caramel tidak juga datang menemuinya. Bahkan Antariksa sudah mengirimnya pesan agar segera menemuinya dan lagi Caramel tidak membalasnya. Itulah mengapa saat ini Antariksa keluar dari kelasnya dan berniat mencari Caramel.
Antariksa menyipitkan matanya melihat seseorang yang sedang ia cari tengah berdiri di pinggir lapangan. Antariksa pun mengulas sebuah senyuman, kembali melangkahkan kakinya lebih cepat menghampiri Caramel.
"Cara--"
"Galaksi!"
Suara panggilan Antariksa terpotong oleh Caramel yang berteriak memanggil Galaksi. Antariksa bisa melihat Galaksi berjalan menghampiri gadis itu.
"Kita makan dulu ya? Gue lapar." Pinta Caramel dengan begitu semangatnya.
Galaksi hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Karena lo udah pinjami seragam ini, jadi gue traktir." Katanya kembali bersemangat membuat Galaksi tersenyum tipis, sangat tipis.
"Traktir yang mahal." Kata Galaksi yang kemudian berjalan meninggalkan Caramel.
Caramel pun berlari mengejar Galaksi.
Di koridor sekolah Antariksa memperhatikan gerak-gerik mereka. Ia tersenyum melihat keduanya yang mulai menunjukkan kemajuan. Apalagi melihat Galaksi membiarkan Caramel mengenakan seragam kebesaran miliknya, sehingga Galaksi hanya mengenakan kaos sebagai atasannya. Entah apa alasannya, Antariksa sedikit merasa tidak senang. Itu berarti, mungkin tinggal sebentar lagi ia bisa membantu Caramel. Kenyataan itu menghantam dadanya begitu kuat.
"Ada apa ini?" Gumamnya sembari memegangi dadanya yang terasa aneh.
***
Caramel tersenyum senang melihat Galaksi yang sedang sibuk meminum minumannya. Caramel memesankan Galaksi secangkir milkshake dengan taburan cokelat caramel di atasnya.
Galaksi tidak menolaknya karena memang laki-laki itu menyukai minuman yang manis, hanya minuman. Karena jika makanan, Galaksi lebih suka yang pedas.
"Galaksi?"
"Hem?"
"Makasih."
"Untuk?"
"Karena udah kasih pinjam gue ini." Caramel menarik kerah seragam Galaksi yang ia kenakan.
Galaksi mengangguk singkat sebagai jawabannya.
"Dan lagi, udah mau temani gue makan. Gue senang banget, apalagi lo bisa bersikap lebih baik." Kata Caramel dengan senyuman manis yang sedari tadi ia perlihatkan pada Galaksi.
"Persiapkan aja diri lo." Kata Galaksi membuat Caramel mengernyitkan keningnya bingung.
"Kita mau pergi lagi?"
Galaksi menggelengkan kepalanya. "Gue akan bersikap baik kali ini." Katanya memberitahu.
Caramel ber-oh ria. "Akan gue pastikan lo--" Caramel mengatupkan bibirnya kala jari telunjuk Galaksi mendarat di permukaan bibirnya, menyuruh Caramel untuk tetap diam.
"Bukan lo, tapi gue." Katanya dengan nada datarnya, namun bisa membuat Caramel terdiam tak berkutik.
"Persiapkan aja diri lo." Katanya lagi dan sedetik kemudian Galaksi tersenyum.
Caramel membulatkan matanya tidak percaya. Apa yang barusan ia lihat?! Galaksi tersenyum? Pria itu tersenyum?! Tenggelamkan Caramel sekarang juga!
Caramel menghempaskan jari Galaksi dari bibirnya. Jari Galaksi menempel terlalu lama di permukaan bibirnya yang membuatnya bersemu merah, ditambah lagi senyuman manis Galaksi yang sangat ampuh untuk membunuh Caramel saat ini juga.
Galaksi kembali tersenyum. "Terpesona?" Goda pria itu membuat pipi Caramel kembali bersemu merah.
Caramel berdecak sebal. Ini namanya senajata makan tuan. Harusnya ia yang bisa membuat Galaksi jatuh cinta padanya, bukan malah sebaliknya. Ini tidak baik, Galaksi mulai menyerang untuk melancarkan aksinya. Hal itu membuat Caramel tak mampu berkutik. Kalau begini ia harus lebih sering berguru pada Antariksa, harus.
"Gue ngasih lo waktu sebulan untuk naklukin gue, tapi enggak bakal seru kalau cuman gue yang takluk sama lo." Kata Galaksi.
Caramel menggelengkan kepalanya tidak percaya. Kemana Galaksi yang lebih pendiam dan suka kasar padanya? Kenapa pria di hadapannya ini begitu banyak bicara?
"Lo...lo Galaksikan?" Tanya Caramel dengan polosnya hanya untuk memastikan.
Hampir saja Galaksi tertawa, tapi sebisa mungkin ia tahan. "Gue juga akan taklukin elo." Kata Galaksi bersungguh-sungguh.
"Enggak perlu. Lo tahu alasan kenapa gue ngejar lo." Kata Caramel ingin memberitahukan jika ia sudah takluk pada Galaksi.
Galaksi menepuk puncak kepala Caramel dua kali, hanya dua kali. "Belum, lo masih belum suka sama gue. Lo cuman kagum." Katanya.
Caramel mengangguk pelan membenarkan perkataan Galaksi. "Gue nyaman sama lo." Katanya dengan polos.
"Nyaman bukan berarti suka." Kata Galaksi membuat Caramel kembali terdiam.
"Sebulan Caramel. Kita harus saling suka." Putus Galaksi membuat jantung Caramel berdetak tak karuan.
Ia menatap Galaksi tak percaya. Benar-benar tak percaya.
Apakah ia sedang mimpi?
"Lo hampir sukses." Kata Caramel sembari memegang dadanya.
Galaksi tersenyum miring. "Bahkan gue belum lakuin apa-apa." Katanya.
Caramel menatap Galaksi dengan tatapan tak terbaca, begitu juga dengan Galaksi.
"Ayo kita lakukan selama sebulan." Katanya dengan semangat.
Galaksi menganggukkan kepalanya setuju. "Semoga berhasil." Batinnya.
***