Bel tanda pulang sekolah baru saja berbunyi. Caramel yang sudah selesai mencatat bahan catatannya, langsung menutup bukunya dan menyimpan peralatan sekolahnya ke dalam tas. Cindy yang memang duduk bersebelahan dengan Caramel melihat hal itu dengan aneh. Caramel biasanya tidak seantusias ini untuk pulang sekolah kalau bukan karena Galaksi. Ya, pasti semangat Caramel karena ulah pria itu. Apa yang dilakukan oleh Galaksi terhadap Caramel?
"Lo mau kemana? Buru-buru amat." Celetuk Cindy yang juga baru menyusun bukunya, mengikuti langkah Caramel.
Caramel menoleh sekilas pada teman sebangkunya itu.
"Pergi." Jawabnya singkat yang masih mengecheck peralatan menulisnya.
"Memangnya mau kemana? Pergi sama Galaksi?" Tanya Cindy lagi sekilas melirik kursinya Galaksi yang sudah kosong.
Caramel menggelengkan kepalanya cepat. "Sama Antariksa." Jawabnya dengan santai.
"Gue heran banget dah sama lo." Celetuk Cindy yang membuat Caramel berhenti melakukan aktivitas menyusunnya.
"Kenapa lo?"
"Harusnya gue yang nanya lo itu kenapa, Cara? Sebenarnya lo ngegebet Galaksi atau Antariksa sih? Kelihatan lo kayak mau keduanya." Kata Cindy yang langsung di balas tatapan tajam dari Caramel.
"Galaksi tetap nomor satu!"
"Terus Antariksa jadi nomor dua, gitu?"
Caramel berdecak sebal. "Ck. Lo ini ya! Gue sama Antariksa tuh ada bisnis. Hubungan mutualisme gitu." Jawab Caramel yang sudah menggendong tas ranselnya.
Cindy menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku teman sebangkunya Caramel.
"Klise sekali, Cara. Lo minta bantuan Antariksa ya? Ck. Hati-hati loh, entar lo malah kepincutnya sama Antariksa." Kata Cindy mengingatkan karena hal itu memang bisa saja terjadi, bahkan sangat mungkin.
Zaman sekarang ini sedang trend-trendnya jadian sama orang yang bukan incaran kita. Sama halnya seperti yang Caramel lakukan bersama dengan Antariksa dan hal seperti itu sudahlah menjadi hal yang lumrah di kalangan anak remaja seperti mereka ini.
"Gila aja, ya enggak mungkinlah! Gue itu udah cinta mati sama Galaksi!" Katanya menegaskan.
"Cinta mati pala lo! Terserah lo aja deh, gue enggak mau ikut campur." Kata Cindy yang juga sudah menggendong tas ranselnya.
"Gue juga enggak minta lo ikut campur, bye!"
Caramel pun pergi meninggalkan Cindy di dalam kelas yang masih tersisa setengah warga kelas di dalamnya. Cindy hanya bisa terdiam melihat kepergian teman barunya itu, yaitu Caramel.
"Hati-hati lo, Cara." Batinnya.
***
"Lama banget." Gerutu Antariksa yang sedari tadi sudah menunggu Caramel di parkiran sekolah.
"Gurunya tuh lama." Kata Caramel yang malah menyalahkan guru terakhir yang mengajar di kelasnya.
Antariksa pun memilih untuk diam saja. Ia hendak melajukan mobilnya, tapi diurungkan karena melihat Caramel masih santai dengan cokelat pemberiannya tanpa mengenakan sabuk pengamannya.
"Lo mau ngapain!" Pekik Caramel karena Antariksa mulai mendekatinya dan seakan-akan ingin menciumnya.
Pria itu mendekatkan tubuhnya kepada Caramel yang sedang memakan cokelat caramel batangan dan bahkan Caramel sendiri sudah merasakan deru napas Antariksa menyapu permukaan wajahnya. Spontan Caramel langsung mendorong Antariksa menjauh, membuat pria itu sedikit terbentur dengan jendela kaca yang ada di sebelah Antariksa.
"Shit, lo mau bunuh gue?! Sakit banget ini." Gerutu Antariksa yang meringis kesakitan karena memang cukup menyakitkan hasil dari benturan tubuhnya itu.
"Habisnya lo mau ngapain?" Kata Caramel dengan polosnya.
Antariksa menatap Caramel dengan tatapan kesalnya, ia sangat kesal saat ini.
"Otak lo di pakai! Gue mau pasangin sabuk pengaman. Emang lo pikir gue mau ngapain?" Ketus Antariksa yang membuat Caramel tercengang malu.
Bodoh banget sih lo, caramel! Pikir Caramel yang merasa sangat malu saat ini.
"Gue sama sekali enggak selera sama lo." Ketus Antariksa lagi.
"Lo pikir gue juga selera sama lo?!" Pekik Caramel tak mau kalah.
"Yaudah bagus, sekarang lo pakai sabuknya." Kata Antariksa yang langsung dituruti oleh Caramel.
Setelah Caramel memasang sabuk pengamannya, Antariksa pun melajukan mobilnya menuju ke sebuah pusat perbelanjaan yang ada di kota mereka. Selama perjalanan berlangsung, sama sekali tidak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya karena Antariksa pun masih merasa kesal terhadap Caramel. Punggungnya masih terasa sedikit nyeri dan rasa jengkel itu pun masih timbul, walaupun tidak terlalu parah. Caramel yang duduk di sebelahnya pun tampaknya juga merasa bersalah. Ia bahkan tidak serewel dan secerewet biasanya.
"Bagus." Gumam Antariksa yang tidak mampu di dengar oleh Caramel.
"Lo engggak mau turun?" Celetuk Antariksa karena ia sudah memarkirkan mobilnya, tapi Caramel masih setia duduk di kursi penumpang.
"Ah, iya." Cicitnya pelan, lalu mengikuti jejak Antariksa yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkannya.
"Anta!" Panggil Caramel yang tidak di gubris oleh Anatriksa.
Antariksa terus saja berjalan tanpa melihat Caramel di belakang sana, yang sedang berusaha mengejarnya untuk mensejajarkan langkahnya dengan milik Antariksa.
"Anta, tungguin!" Kata Caramel yang langsung mengamit lengan Antariksa dan memeluknya erat, tidak ingin Antariksa kembali meninggalkannya.
"Maaf kalau gue salah, gue memang udah keterlaluan tadi. Lo jangan ninggalin gue gini dong." Katanya dengan nada lirih, membuat Antariksa juga menghentikan langkahnya.
"Yang mau ninggalin elo siapa?" Tanyanya sarkas.
"Ya elo lah! Lo ninggalin gue."
Antariksa menggelengkan kepalanya pelan. "Lo enggak lihat? Gue mau ke toilet." Celetuk Antariksa yang membuat Caramel sadar dan mendongakkan kepalanya, melihat pamplet yang menyatakan di depan sana terdapat toilet.
Caramel pun langsung melepaskan dekapannya di lengan Antariksa, lalu menyengir lebar. Seakan merasa tidak bersalah sama sekali.
"Kalau gitu, gue kesana dulu." Katanya yang sudah meninggalkan Antariksa sendirian disana.
"Ck. Bodoh."
***
Antariksa memilih untuk menunggu Caramel yang sedang memilih-milih baju yang bewarna biru, seperti yang sudah di janjikan oleh abangnya Galaksi pada gadis itu.
"Bagaimana dengan yang ini?" Tanya Caramel yang baru keluar dari ruangan ganti.
Antariksa menatap Caramel terpaku, sungguh baru kali ini Antariksa melihat Caramel menggunakan sebuah gaun dan Antariksa akuin Caramel memang memiliki paras dan lekuk tubuh yang sangat indah. Laki-laki mana pun pasti akan terpincut dan jatuh ke dalam pesonanya Caramel. Sama seperti Antariksa yang bahkan sudah membeku, tak bersuara.
"Jawab Anta!" Pekik Caramel yang langsung menyadarkan Antariksa ke dunia nyata.
Sial, bisa-bisanya ia terpesona pada gadis cerewet nan berisik itu!
"Jelek, ganti yang lain." Jawab Antariksa yang langsung membuat Caramel mendumel tidak jelas.
Pakaian ke empat telah dikenakan oleh Caramel dan entah mengapa gaun yang satu ini membuat Caramel tampak lebih menawan dari sebelum-sebelumnya. Perpaduan warna gelap dan biru langit dengan kulit Caramel yang bewarna putih membuat Antariksa seakan tersedot habis ke dalam pesonanya Caramel.
"Gue bilang jelek!"
"Ck. Kalau semuanya jelek gue pakai apa!" ketusnya karena ia juga sudah lelah mengganti pakaian-pakaian itu, tapi Antariksa juga tidak memberikan saran yang bagus.
Padahal sang pemilik toko ini pun sangat suka melihat Caramel mengenakan semua gaun-gaun yang Caramel coba karena memang sangat pas, seakan dirancang khusus untuk Caramel. Namun, komentar Antariksa membuat Caramel merasa kesal dan juga menjadi semakin tidak percaya diri. Caramel ingin tampil cantik di hadapan Galaksi, sang pria incarannya.
"Ini aja." Kata Antariksa yang mengambil asal sebuah rok dan atasan model sabrina yang membuat Caramel tidak dapat menolak.
Caramel pun mencoba untuk menggantinya dan Antariksa langsung beranjak berdiri ketika Caramel baru keluar dari dalam ruang ganti.
"Ayo, kita bayar."
"No! Gue enggak suka modelnya. Ini ketinggalan zaman banget, Anta!" Ketus Caramel yang bahkan merasa bahwa Antariksa sedang mengerjainya.
"Anda benar nona, saya lebih suka--"
"Lo enggak perlu ikut campur, ini pilihan gue. Lo juga, kalau enggak mau gue atur, mending lo pergi sendiri!" Ketus Antariksa merasa jengkel karena Caramel yang mengajaknya, bukan kemauan Antariksa sendiri.
Caramel pun jadi merasa tidak enakan. Ia mencoba bersabar dan memilih pasrah karena dirinyalah yang meminta bantuan Antariksa dalam hal ini. Lagi pula, Antariksa tidak mungkin sejahat itukan mengerjainya?
"Alright, gue pilih yang ini. Lo pasti tahu seleranya Galaksi. Kita bayar yang ini, mbak." Kata Caramel yang kemudian berlalu meninggalkan Antariksa sembari memperhatikan kepergian Caramel yang kembali ke ruangan ganti diikuti oleh sang penjaga toko.
***