DUK...DUK...DUK...
Sebuah bola berwarna orange sedang memantul-mantul di lapangan basket yang berada di halaman belakang rumah Trigonometri. Tidak, bola itu tidak memantul dengan sendirinya. Antariksalah yang memainkannya.
"Pamer, huh?" Sindir Caramel tak suka ketika Antariksa baru saja memasukkan bola bulat itu ke dalam ring.
Antariksa dengan bangganya melambaikan tangan pada Caramel yang sedang menemaninya di pinggiran lapangan mini rumahnya. Antariksa menunjukkan kesombongannya yang membuat Caramel merasa kesal.
"Mau sampai kapan gue nunggu?!" Tanya Caramel tak sabaran.
Ia kesal setengah mati pada Antariksa. Antariksa menawarkan diri untuk membantunya, tetapi sejak tadi dirinya hanya melihatnya bermain basket.
Antariksa menatap Caramel sekilas, lalu kembali pada aktifitasnya bermain basket. Karena merasa kesal, Caramel menghampiri Antariksa, lalu mengambil alih bola basketnya. Membawanya ke dalam ring, namun gagal. Sontak saja Antariksa tertawa dengan kerasnya.
"Jangan ketawa!" Bentaknya kesal sambil menahan malu.
"Gila keren banget yang tadi itu!" Gelaknya tak tertahan, bahkan perutnya terasa kram.
"Antariksa! Gue enggak butuh bantuan lo!" Teriaknya frustasi.
Saat Caramel hendak pergi meninggalkan Antariksa, laki-laki itu menarik rambut panjangnya sembarangan.
Caramel meringis sakit. "Rambut gue!" Pekiknya.
"Enggak usah ngambek. Gue bakal ngasih tahu semuanya tentang bang Galak." Katanya dengan nada menggoda.
Begitu menggoda pikiran Caramel untuk bisa membuang egonya sementara.
"Iya, lepasin dulu rambut gue!"
"Udahkan?"
Caramel menggeram kesal. "Mau lo apa sih?"
Antariksa meninggalkan Caramel di tengah-tengah lapangan dan mendudukkan dirinya di sofa empuk yang ada pinggir lapangan. Meminum minuman dingin yang tersedia.
"ITU MINUM GU...e." Teriakan Caramel memelan kala Antariksa melayangkan tatapan tajamnya.
"Gue haus." Katanya tanpa merasa berdosa.
Sabar Caramel sabar.
"Gue bakal bantuin lo."
"Memang harus Antariksa!"
Antariksa membuang napasnya kasar. "Bisa enggak sih lo kalau ngomong enggak usah pake urat?!" Balas Antariksa tak kalah kuat.
Caramel hanya terkekeh pelan.
"Gue bantuin lo, tapi ada peraturannya." Kata Antariksa yang membuat Caramel mencibir tak suka.
"Udah gue duga."
"Mau enggak?!"
Terpaksa Caramel mengangguk pasrah. Apalagi memangnya? Jika ia ingin mendapati Galaksi ia harus bekerja sama dengan Antariksa yang notabenenya adik kembar dari pria incarannya.
"Peraturan pertama, lo harus ikuti semua yang gue katakan."
"Enggak yang aneh-aneh, kan?" Tanyanya was-was.
Caramel dapat bernapas lega ketika Antariksa menggelengkan kepalanya.
"Semua yang gue katakan berhubungan dengan bang Galak. Jadi, lo aman." Katanya membuat Caramel menarik kedua bibirnya berlawanan arah, membentuk sebuah senyuman yang indah.
"Kedua, apa pun yang gue minta harus lo turuti."
"Kok gitu?!"
"Ya harus! Gue udah bantuin lo. Jadi, lo juga harus turuti kemauan gue. Anggap aja hubungan mutualisme, saling menguntungkan. Oke?" Kata Antariksa yang tanpa sadar membuat Caramel mengangguk.
"Jangan macam-macam lo!" Ancamnya.
Antariksa menunjukkan senyuman miringnya. Senyuman khas Trigonometri banget.
"Tenang, paling lo gue suruh nyebur ke laut."
"Antariksa!" Pekiknya marah sembari melempar tasnya tangannya ke kepala Antariksa, namun gagal.
Antariksa mampu menangkapnya lebih cepat, refleks yang bagus.
"Iya bercanda."
"Itu aja?" Tanya Caramel pelan karena ia merasa tidak yakin hanya ada dua peraturan.
Antariksa menggelengkan kepalanya cepat. "Terkahir, lo enggak boleh suka sama gue. Begitu juga sebaliknya."
Sontak saja hal itu membuat Caramel tertawa. "Bodoh! Itu enggak mungkin. Disini gue meminta bantuan lo untuk bisa dapetin hatinya Galaksi. Yakali, gue larinya ke elo!"
Antariksa mengedikkan bahunya acuh. "Bisa aja, kan?"
"Terserah, tapi lo enggak perlu khawatir karena itu enggak mungkin." Yakin Caramel yang dibalas senyuman lebar Antariksa.
"Best in partner?"
Caramel menganggukkan kepalanya mantap. "Best in partner forever!"
***
Saat ini Trigonometri sedang berkumpul di ruang keluarga. Tempat dimana mereka selau berkumpul sebelum merasa ngantuk dan berniat untuk tidur. Galaksi selaku ketua geng selalu menempati sofa panjang yang empuk sebagai singgasananya. Antariksa kebagian karpet berbulu halus yang memanjakan tubuh berototnya, begitu juga dengan Cakrawala. Selain itu, semuanya mereka bisa berbagi. Seperti game play station yang selalu diperebutkan oleh Antariksa dan Cakrawala.
"Bang kayaknya Caramel suka deh sama lo." Kata Cakrawala yang mulai membuka suara.
Galaksi memilih diam tidak ingin menanggapi.
"Kenapa lo bilang gitu?" Tanya Antariksa berpura-pura tidak tahu.
"Bahkan anak TK pun tahu hanya dengan sekali lihat."
"Bisa aja dia hanya sebatas kagum, kan?"
"Gini ya Anta. Gue udah perhatiin tuh tingkah kakaknya Vertur sejak awal. Bahkan pertama kali kita ketemu di koridor, pandangan Caramel enggak pernah lepas dari bang Galak." Katanya meyakinkan.
"Menurut lo gimana Lak?" Tanya Antariksa.
"Gue enggak peduli."
Cakrawala mendengus. "Memang sih lo dikejar banyak cewek, tapi kalau sikap lo kayak gini terus bakal jadi bujangan lapuk lo bang!" Katanya membuat Galaksi melayangkan tatapan tajamnya.
"Gue enggak tertarik."
"Seriusan lo bang? Cewek secantik Cara lo anggurin?!"
"Jangankan secantik Cara. Se-hot Anggun aja di cuekin njir!" Kata Antariksa ikut menambahi mengingat seorang alumni sekolahan mereka yang kini sudah menjadi seorang model di cuekin setengah mati oleh Galaksi.
Cakrawala bergumam tidak jelas.
"Terus lo maunya gimana sih Lak? Gue bantuin deh."
Galaksi menatap Antariksa datar.
"Enggak perlu."
"Gue kadang suka bingung sama lo bang. Mapan udah, ganteng apalagi, tapi kenapa masih jomblo terus sih? Lo enggak homo, kan?" Celetuk Cakrawala ngasal dan kemudian ia bergidik ngeri membayangkannya.
Galaksi menggeram tertahan. "Bacot lo kurangi!" Katanya tak suka.
"Ya maaf, lagian lo sih aneh." Katanya tanpa sadar membuat Galaksi termenung.
Mereka tidak tahu apa-apa tentang dirinya.
"Kayaknya kita butuh sedikit ekstra pikiran buat bantuin Galaksi deket sama Cara deh." Usul Antariksa sambil menatap Cakrawala.
Cakrawala menganggukkan kepalanya tanda ia setuju.
"Ide bagus. Lagian kalau gue lihat cuman Caramel yang tahan dengan sikap dinginnya bang Galak." Katanya antusias, sedangkan Galaksi langsung beranjak dari tidurannya.
"Gue enggak butuh cewek itu." Katanya menegaskan.
"Caramel bagus bang buat kelancaran harta warisan lo. Yang gue lihat oma tertarik sama Caramel." Kata Cakrawala menambahi.
"Tanpa dia pun harta warisan akan tetap jatuh ke gue."
Antariksa menarik napasnya dalam-dalam. Akan sangat susah membantu Caramel dekat dengan abangnya yang satu ini.
"Terus mau lo gimana? Lo enggak kasihan sama Caramel?"
"Jangan buat gue marah. Lo berdua juga tahu gue enggak suka ada orang asing di kehidupan gue. Dan lagi, dia bukan tipe gue." Katanya penuh penekanan, lalu pergi dari ruang keluarga dan masuk ke dalam kamarnya, mengunci diri.
Cakrawala mengacak rambutnya kasar. "Lihat kelakuan abang lo." Katanya pada Antariksa.
"Abang lo juga."
"Heran gue. Gue doain dia cepat-cepat dapat karma. Jatuh cinta sama Caramel waktu Cara udah enggak suka sama dia. Amin ya Tuhan Amin!" Kata Cakrawala menggebu-gebu.
Antariksa tertawa renyah. "Aminkan enggak nih?"
"Aminkan Anta!"
"Amin."
***