Suara alunan musik memenuhi setiap sudut sebuah cafe dimana Antariksa dan Caramel berada sekarang ini. Dikarenakan Antariksa tidak suka dengan alunan lagunya, Antariksa memilih untuk duduk di luar Cafe. Tepatnya di pinggir jalan.
Caramel cukup merasa kesal dan jengkel dengan keputusan Antariksa, tapi ia tidak bisa menolak. Antariksa selalu saja mengancamnya.
Caramel tidak suka diancam!
Lihat saja ketika ia sudah berhasil mendapatkan seluruh informasi itu, Caramel akan membalaskan dendamnya.
"Sebelumnya gue mau nanya."
"Apaan?!"
"Ketus banget. Yaudah gue enggak jadi nanya. Dan gue juga enggak mau--"
"Mau tanya apa Anta?" Kata Caramel terpaksa dengan senyuman manisnya.
Antariksa tersenyum miring melihatnya.
See? Bahkan Caramel pun tunduk padanya.
"Lo beneran suka sama Galaksi?" Tanyanya merasa penasaran.
"Harus banget dijawab?"
"Yaudah kalau lo enggak mau gue bantuin."
"Lo ya, kerjaannya ngancam mulu!"
Antariksa mengedikkan bahunya acuh, sembari meminum kopi dingin pesanannya.
"Yaudah gue jawab. Gue juga enggak tahu, tapi yang pasti waktu pertama kali gue lihat Galaksi gue ngerasa ada yang beda." Jawabnya sambil membayangkan bagaimana ia pertama kali bertemu lelaki itu.
"Gantengan juga gue."
"Beda! Galaksi punya ketertarikannya sendiri. Gue suka." Katanya sambil tersenyum malu-malu.
Antariksa menghelakan napasnya melihat itu. Ia mendorong kening Caramel menjauh.
"Antariksa!" Protesnya.
"Biar enggak kesambet."
"Siapa juga yang kesambet?!"
"Lo senyum-senyum sendiri, ngeri gue." Katanya membuat Caramel menggembungkan pipinya yang bulet.
Antariksa pun memilih mengacuhkan Caramel setelah perdebatan kecil mereka. Ia kembali meminum sisa kopinya. Karena merasa diabaikan oleh Antariksa, Caramel pun membuka tas sekolahnya, lalu mengambil sebatang cokelat caramel di dalamnya. Ia memakannya tanpa suara dan tanpa memperdulikan sekitarnya. Hingga Caramel tidak sadar, Antariksa memperhatikan setiap gerak-geriknya.
Saat sedang asyik memakan cokelat, tiba-tiba Antariksa memajukan tubuhnya. Caramel yang menyadarinya langsung menghentikan kegiatannya. Ia bahkan lupa bagaimana caranya bernapas dalam detik itu. Wajahnya sangat dekat dengan wajah milik Antriksa.
Antariksa terkekeh melihat ekspresi terkejutnya Caramel, ditambah pipi bulat itu yang semakin bulat karena dipenuhi oleh cokelat. Dengan sekali gerakan Antariksa memakan cokelat yang dipegang gadis itu. Melahapnya hingga setengah, lalu menjauhkan wajahnya. Caramel membulatkan kedua bola mata hazelnya dengan wajah memerah.
Antariksa tersenyum bangga. Akhirnya Caramel jatuh juga pada pesonanya.
"Udah nyadar kalau gue lebih gan--"
"BALIKIN COKELAT GUE!!" Teriaknya sekuat yang ia bisa membuat mereka berdua menjadi bahan tontonan.
Antariksa bahkan sampai berdiri dari tempatnya saking terkejutnya akan teriakan mematikannya milik Caramel.
"Lo gila?!"
"Lo yang gila! Gue enggak mau tahu lo harus balikin cokelat gue!" Amuknya marah.
"Kalau gue enggak mau? Lo mau apa?" Tantang Antariksa.
Ia sudah malu setengah mati karena ulah gadis itu yang tiba-tiba saja berteriak. Ia tidak akan mau menggantinya.
Caramel membuang sisa cokelatnya ke jalanan. Menggembungkan kedua pipinya, lalu menatap Antariksa dengan mata berkaca-kaca. Antariksa yang tidak tahu apa-apa malah menatap Caramel menantang.
"HUWAA COKELAT CARAMEL!" Tangisnya pecah dengan suara teriakannya yang begitu memekakan telinga.
Caramel benar-benar menangis mengeluarkan air matanya.
CRAZY!
Antariksa kembali dikejutkan dengan tindakan Caramel yang tidak tahu malu itu. Bahkan orang yang berlalu-lalang mengejek dirinya sebagai pacar yang tidak bertanggung jawab.
"Mas kalau enggak mampu beliin pacarnya enggak usah pacaran kali."
"Kalau enggak mampu kasih ke saya aja mas pacarnya. Saya bisa beli satu truck cokelat."
"Anak jaman sekarang tingkahnya ada-ada saja ya pak?"
"Iya ma. Masih pakai uang orang tua aja bangga."
Begitulah cemohan orang-orang terhadapnya. Karena merasa kesal, Antariksa pun bangkit dari duduknya menghampiri Caramel. Ia menariknya dengan paksa agar Caramel berdiri, lalu mendekapnya kuat. Tidak lupa ia menutup mulut Caramel yang masih setia menangis dengan suara yang cukup keras.
"Mphff, Anhaa!" Caramel berontak minta dilepaskan.
"Berisik! Berhenti enggak?!"
"Mphff!"
"Gue bakal lepasin, tapi lo jangan berisik." Katanya yang langsung di balas anggukan kepala dari Caramel.
"Gue enggak percaya!" Katanya melihat Caramel masih meneteskan air mata.
Caramel kembali mengangguk cepat di dada bidangnya Antariksa yang nyaman. Saking nyamannya, Caramel hampir tidak bisa bernapas karena hidupnya di bekap oleh dada milik Antariksa.
"Oke gue lepas, tapi kalau lo buat gue malu lagi. Gue enggak mau bantuin lo!" Katanya setengah mengancam, lalu melepaskan tangannya dari bibir Caramel.
"Gue pengap bodoh!" Gerutunya.
"Siapa suruh malu-maluin gue!"
"Siapa suruh makan cokelatnya Caramel!"
Antariksa mendesah frustasi. "Sekarang kita beli cokelat caramel lo itu. Bahkan kalau perlu satu pabriknya!" Katanya yang kemudian berjalan mendahului Caramel.
Antariksa masih merasa kesal karena perkataan beberapa orang yang mengatakan ia tidak mampu. Ingatkan orang itu kalau dirinya adalah Antariksa Cosinus Smith, SMITH! Bahkan pabriknya pun akan ia beli.
"Seriusan?!"
Antariksa mengangguk mantap membuat Caramel senang bukan main. Bahkan saking senangnya, tanpa sadar Caramel memeluk Antariksa erat. Tubuh Antariksa menegang, tapi Caramel tidak menyadarinya. Sambil memeluk Antariksa, Caramel membawanya berjalan.
"Satu pabrik loh ya Anta!"
Antariksa mengangguk kaku.
"Ini gila." Batinnya.
***
Catatan Penting Caramel!
1) Galaksi suka makan sushi
2) Galaksi suka minum milkshake
3) Belum ada
"Lo nulis apa kak?"
Caramel tersentak kaget dan langsung menutup note kecilnya di atas meja. Membalikkan badan menghadap ke pada Vertur yang tiba-tiba mengunjunginya di kamarnya.
"Lo ngapain?!"
"Gue tadinya mau gangguin lo, tapi kayaknya lo sibuk nulis." Katanya penasaran.
Vertur mencoba mengintip apa yang ada di meja Caramel. Dengan sigap Caramel menumpuk note kecilnya menggunakan buku cetak Kimianya. Tentu saja tanpa sepengetahuan Vertur.
"Gue lagi belajar."
Vertur mengernyitkan dahinya. "Lo belajar? Gue enggak salah dengar?"
"Gue belajar ya!"
"Terus muka lo kok kayak gugup?"
Caramel mendorong dada bidang Vertur menjauh. "Udah sana ganggu aja lo!"
"Lo nyembunyiin sesuatu?" Selidik Vertur karena ia melihat gelagat Caramel yang tampak mencurigakan.
"Enggak!" Jawabnya sedikit berteriak.
Vertur tersenyum licik. "Bohong." Katanya yang langsung menggeser Caramel, hingga terjatuh di atas karpet berbulu yang lembut.
"Vertur ja--"
"Buku kimia? Seriously?!" Kaget Vertur melihat apa yang dilihatnya di atas meja belajar Caramel.
Caramel bernapas dengan lega.
"Kok bisa sih!" Gerutu Vertur tak suka karena seharusnya ia bisa membongkar apa yang di sembunyikan oleh Caramel.
Caramel tersenyum penuh kemenangan. "Gue udah bilang, tapi lo gak percaya."
Vertur memicingkan matanya pada kakaknya Caramel, ia tak mau kalah. Vertur pun mengobrak-abrik tas sekolah milik Caramel. Tangannya berhenti bergerak ketika sesuatu menyentuh kulitnya.
Tanpa meminta ijin dari sang empunya, Vertur menumpahkan seluruh isi tas Caramel. Buku-bukunya berjatuhan, hingga ke lantai dan banyak cokelat yang terselip di balik buku-buku itu.
Vertur melotot tidak percaya melihat banyaknya cokelat yang disembunyikan oleh Caramel di dalam tas sekolahnya.
"Lo beli sebanyak ini?!"
DEG!
Entah mengapa jantung Caramel berdegup kencang. Ia takut kalau Vertur bertanya darimana ia mendapatkannya.
"Gila aja! Lo pasti malak orangkan?"
Caramel menggeleng kuat.
"Siapa kak?"
"Gue beli sendiri!"
Vertur tergelak. "Lo enggak bakal mau rugi beli sebanyak ini. Setiap hari lo malakin gue buat dibelikan cokelat. Gue enggak percaya lo nguras tabungan buat beli ini semua." Katanya dengan penuh kepercayaan diri karena Caramel bukan tipe orang royal dalam menguarkan uangnya untuk membeli cokelat.
Caramel mendesah kasar, ia sudah tidak mampu menyangkalnya lagi. Vertur tidak mudah untuk ia kelabui, tapi apa yang akan di pikirkan oleh Vertur jika dia tahu cokelat-cokelat itu berasal dari Antariksa? Semuanya akan terbongkar!
Tidak, Caramel tidak akan membiarkan misinya gagal.
"Gue--"
"Vertur jangan ganggu Caramel! Sini kamu!" Teriak Cyntia dibarengi suara langkah kaki yang terdengar melangkah mendekat.
Vertur mengerang kesal.
"Lo masih gue pantau kak." Katanya, lalu mengambil beberapa cokelat itu dan pergi keluar dari kamar Caramel.
Caramel hendak memprotes, tapi tidak jadi. Biar saja, besok ia akan meminta ganti lagi pada Antariksa. Akhirnya Caramel sudah bisa bernapas dengan bebas melihat kepergian Vertur dari dalam kamarnyam
"Akhirnya. Thank's mom."
***