Chereads / TRIGONOMETRI / Chapter 6 - Part 4

Chapter 6 - Part 4

"VERTUR!"

Vertur yang sedang berada di lantai bawah refleks menutup kedua telinganya. Ia baru saja akan berangkat ke sekolah kalau saja Caramel tidak memanggilnya.

"Kamu apain kakak kamu, Vertur?" Tanya Cyntia yang merupakan mamanya.

Vertur hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Ada apa ma?" Tanya Sander yang baru saja selesai sarapan.

"Enggak tahu pa. Sih Vertur tuh."

"Kamu apain Cara, Tur?" Tanya Sander yang melayangkan tatapan selidik pada anaknya itu.

Caramel adalah putri kesayangannya Sander, jadi tidak seorang pun yang boleh mengganggunya. Juga termasuk putra bontotnya Vertur.

Vertur menghelakan napasnya kasar. "Enggak diapa-apain pa. Biasalah anak kesayangan papa itu. Emangnya dia pernah enggak bikin heboh sekampung?"

Sander dan Cyntia saling bertatapan, lalu mereka menganggukkan kepala bersamaan.

"Benar juga kamu."

"Vertur tungguin!" Teriak Caramel sambil menuruni anak tangga dengan heboh.

"Cara hati--"

BRAKH.

"Huwaa mama!"

"Tuhkan baru juga dibilangin."

Sander langsung mengambil langkah menghampiri anak sulungnya dan membantunya untuk bangkit berdiri.

"Lain kali hati-hati."

"Vertur tuh pa!" Adu Caramel.

"Kok gue? Lo jatuh sendiri ya!"

Caramel bersembunyi di balik punggung tegap sang papa. "Katanya dia mau ninggalin Cara pa."

Langsung saja Vertur gelagapan. Memang benar, ia berniat meninggalkan kakaknya Caramel. Itu juga karena kakaknya yang sangat lelet, Vertur tidak ingin terlambat datang ke sekolahnya.

"Benar itu?" Intrupsi Sander.

Vertur memilih untuk berkata jujur. "Iya pa." Jawabnya memgakui.

"Kamu tuh ya. Udah tahu Cara anaknya kayak gini, bukannya di tunggu malah ditinggalin!" Omel Cyntia memprotes.

"Emangnya Cara gimana anaknya ma?" Sindir Caramel tak suka, sedangkan Vertur berusaha untuk menahan tawanya agar tidak pecah.

Cyntia meringis tertahan. "Cara anak cantiknya mama yang paling baik."

"Cara enggak terbujuk loh ma!" Katanya merajuk sambil melipat tangannya di depan dada.

"Udah dong berdebatnya. Lihat nih udah jam berapa, kalian udah telat sayang." Kata Sander sambil melirik jam dinding di ruang tamu.

Sontak hal itu membuat Caramel dan Vertur membulatkan mata dan berteriak heboh.

"KITA TERLAMBAT!"

***

Tanpa bisa dihindari lagi, Vertur dan Caramel mendapat hukuman karena terlambat. Padahal Vertur sudah menyarankan agar mereka lewat pintu belakang saja, tapi Caramel dengan kemagerannya terlalu malas untuk berjalan begitu jauh. Akhirnya disinilah mereka. Di pinggir lapangan bersama dengan beberapa murid lainnya yang terlambat.

"Kalian berdua anak baru bukan?" Tanya seorang guru BK sambil bersidekap dada.

"Iya sir." Jawab mereka serentak.

"Kamu Caramel hukuman kamu lari keliling lapangan 10 kali!" Perintah sang guru.

Caramel membulatkan matanya sempurna. "Gila! Masih pagi kali sir."

"Justru itu, biar kamu olahraga sekalian."

"Terus Vertur ngapain?" Sewot Caramel.

"Dia saya suruh bersihkan toilet."

"TOILET?!" Pekik Vertur yang merasa sangat terkejut dan hal itu membuat Caramel tertawa senang.

"Saya setuju sir! Yaudah saya lari dulu. Bye adek kesayangan!" Pamit Caramel yang masih saja tertawa.

Vertur mendengus kesal melihatnya.

"Saya aduin sir sama--"

"Sama siapa?! Saya tidak takut ya walaupun kamu anaknya donatur sekolah kita."

Vertur menggeleng kuat. "Bukan itu. Saya mau aduin sir sama Miss Dinda!"

"Lho, kok kamu tahu?" Bisik guru BK yang masih muda bernama Daren.

Vertur tersenyum miring. "Jadi sir?"

"Tidak ada penawaran! Kerjakan sekarang atau kamu saya pulangkan!" Bentak Sir Daren marah.

"Yaelah sir. Iya deh iya." Kata Vertur memilih pasrah.

"Apa kalian lihat-lihat?! Sana hormat bendera!" Suruh Sir Daren ketika murid yang lainnya menatapnya penuh selidik.

Daren memijit pangkal hidungnya pelan. "Kenapa mereka pada tahu sih saya lagi deketin Miss Dinda?" Gumam Daren yang kemudian meninggalkan pinggiran lapangan.

***

"Capek banget!" Gerutu Caramel yang baru saja menyelesaikan hukumannya. Ia mengelap keringatnya yang bercucuran di keningnya yang basah akibat berkeringat.

"Sayang!" Panggil seseorang saat Caramel baru saja akan berisitirahat di sebuah kursi kosong yang ada di pinggir lapanga.

Caramel menoleh ke belakang dan menemukan Cakrawala disana. Pasti cowok itu baru saja memanggilnya.

"Kok lo disini? Bolos ya?"

Caramel menatap Cakrawala jengah. Bukan saatnya untuk bercanda sekarang. Apalagi untuk bernapas saja Caramel merasa kesusahan.

"Lo kalau enggak mau bantu gue mendingan pergi aja!"

"Kok gue di usir? Jangan ngambek dong sayang."

"Sekali lagi lo panggil gue sayang gue aduin lo ya!" Ancam Caramel membuat Cakrawala langsung nyengir kuda.

"Iya maaf. Terus lo ngapain disini?"

"Gue di hukum. Dari pada ngebacot mending lo beliin gue minum, haus nih."

"Bukan apa-apa. Gue males ke kantin ada bang Galak." Bisik Cakrawala pelan.

Caramel menaikkan alisnya sebelah.

"Terus kalau ada dia memangnya kenapa?"

"Lagi PMS, takut gue."

"Yaudah gue beli sendiri aja."

Mendengar itu Cakrawala pun bersiul menggoda. "Mau beli sendiri apa mau samperin bang Galaksi?"

Caramel memukul bahu Cakrawala kesal. "Mau beli minumlah!" Jawabnya.

"Mau samperin bang Galaksi juga enggak apa kok. Semoga berhasil ya!" Katanya sambil berlalu pergi.

Caramel menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Cakrawala.

"Dasar."

***

Benar saja di kantin belakang Caramel menemukan Galaksi yang sedang menatap layar ponselnya. Karena penasaran Caramel pun berjalan mendekat.

"Ngapain lo?" Sinis Galaksi yang mengetahui keberadaan Caramel.

"Gue mau beli minum."

"Enggak nanya."

"Tadi nanya."

"Bego ya lo. Gue nanya lo ngapain kesini bukan nanya lo mau beli apa." Geram Galaksi.

"Mau gabung."

"Gue ijini?"

Caramel menghelakan napasnya kasar. "Lo kenapa sensi banget sama gue?"

"Gue enggak suka sama orang asing kayak lo." Jawab Galaksi cepat.

"Bukannya opa kita temenan ya?" Tanyanya hati-hati, takut kalau Galaksi akan kembali marah.

"Yang temenan opa kita, bukan kita. Paham?"

"Yaudah kalau gitu mulai sekarang kita temenan!" Kata Caramel membuat Galaksi menatapnya tajam.

"Enggak."

Caramel memayunkan bibirnya. "Gue ada salah ya sama lo?"

"Iya, karena lo udah mengusik kehidupan gue."

"Tapi guekan--"

"Diam Caramel!" Bentak Galaksi tak terkontrol.

Biasanya ia masih bisa berusaha sabar dan menjaga cara bicaranya terhadap Caramel karena mau bagaimana pun Caramel adalah seorang perempuan. Akan tetapi, sepertinya tidak hari ini. Mood Galaksi sedang buruk sekarang.

Caramel menundukkan kepalanya dalam. Takut menatap Galaksi yang seakan sedang menelanjanginya melalui tatapan matanya. Caramel dapat mendengar Galaksi menghelakan napas dengan kasar.

"Lo...ada masalah?" Tanya Caramel ragu.

"Bukan urusan lo."

"Lo boleh cerita kok. Siapa tahu gue bisa bantu." Kata Caramel dengan tulus membuat Galaksi tertawa meremehkan.

"Lo siapa?"

Damn!

Caramel terdiam mendengar pertanyaan itu. Sederhana, tapi mampu membuat hati Caramel cenat-cenut, sakit.

"Gue...gue teman lo?"

Lagi, Galaksi tertawa sinis.

"Mimpi!"

Caramel kembali terdiam. Apa tidak bisa ia berteman? Hanya berteman atau mungkin ia menginginkan lebih? Entah mengapa hatinya terasa sakit.

"Ingat Caramel. Lo itu hanya orang asing di hidup gue. Jangan pernah berharap gue akan melihat lo sebagai seorang perempuan." Kata Galaksi yang dengan penuh penekanan di setiap perkataannya.

Dengan penuh keberanian, Caramel mencoba mengangkat kepalanya. Menatap manik mata Galaksi yang berwarna hitam pekat. Caramel merasa tersesat di dalam sana.

"Ke...kenapa?"

Caramel memundurkan wajahnya ketika wajah Galaksi semakin mendekat. Dengan wajah datarnya, Galaksi mengatakan sesuatu yang benar-benar membuat Caramel membisu.

"Karena lo bukan tipe gue. Dan lagi, gue udah punya seseorang yang harus dijaga,"

"Jadi, mulai sekarang lebih baik lo mundur." Lanjutnya, kemudian menjauh dari Caramel.

Caramel spontan berdiri dari duduknya. "Kalau gue enggak mau?!" Teriaknya agar Galaksi bisa mendengarnya.

Galaksi menghentikan langkahnya sejenak. Tanpa menoleh atau mengeluarkan sepatah kata pun ia kembali melangkah. Meninggalkan Caramel disana.

Caramel hanya tersenyum sendu mendapat respon seperti itu dari Galaksi. Biasanya ia yang di kejar-kejar cowok, tapi sepertinya ia harus lebih berusaha kali ini. Entah mengapa rasanya berbeda jika berdekatan dengan Galaksi. Aura Galaksi yang kuat menarik Caramel ke dalam pesona cowok itu.

"Fighting Caramel! Lo pasti bisa."

***